Oleh : Fauzan Azima*
GAYO salah satu suku yang masuk dalam rangking lima besar suku yang memiliki ilmu magic tinggi di negeri ini. Urutan pertama adalah suku Dayak yang saat ini dipimpin oleh Panglima Jilah. Konon dia kebal tusukan dari segala macam jenis besi dan mampu memanggil kunyang.
Pun begitu Panglima Jilah adalah orang yang disimbolkan atau nyata. Sementara itu yang paling kuat magisnya adalah Panglima Burung yang sudah berinkernasi dan tinggal di alam lain. Tubuhnya penuh tato burung di sekujur tubuhnya. Tato itu sendiri dikerjakan dengan segala macam ritual yang menghabiskan waktu puluhan tahun.
Ketika panglima burung mendatangi satu daerah, angin yang timbul dari kepak sayapnya bisa mengeringkan dan merontokkan seluruh daunnya yang semula rimbun.
Kedua adalah suku Baduy di Banten. Mereka terkenal dengan ilmu debus, pelet, santet dan kebal peluru. Baduy terbagi dua; Baduy Dalam yang masih mempertahankan tradisi dengan kepercayaan Sunda Wiwitan, yang menyatu dengan alam, sedangkan Baduy Luar sudah berintegrasi dengan kebudayaaan Islam.
Ketiga adalah suku Banten yang berbatasan langsung dengan suku Baduy. Kemampuan magic mereka sebagian besar beraliran putih. Dalam perkembangannya banyak juga suku itu mengembangkan ilmu hitam untuk kepentingan bisnis dan politik.
Magis suku Gayo menempati urutan ke empat, yang dulunya pernah menempati urutan pertama. Tapi akibat satu kesalahan akhirnya magis suku Gayo menempati urutan ke empat. Magis suku Gayo dulunya berkembang setelah ilmu ghaib dan musyahadah dihancurkan oleh Belanda. Oleh karena itu, sekelompok orang dalam suku Gayo–mereka yang peduli terhadap peri mustike; belang bepancang, uten betene dan nama tarraku–bangkit mempelajari ilmu melalui proses pertapaan.
Pada urutan kelima suku Batak Pakpak yang memiliki magis yang luar biasa. Dari dulu sampai sekarang, soal magis masih disegani. Tidak jarang orang-orang yang punya hajatan ingin sebagai pemenang dalam politik mendatangi negeri suku ini.
Kabarnya di zaman dahulu, mereka pernah dijuluki suku kanibal. Mereka mempunyai lidah berbulu hitam. Meskipun pada kenyataannya sekarang ini, sebagian besar manusia sekarang “kanibal” karena mempergunjingkan saudaranya sendiri.
Akhir-akhir ini banyak oknum pejabat dari kampungku mendatangi dukun ke Banten. Mengapa? Saya terus bertanya dan bertanya dalam diri mengapa mereka bergerombolan pergi ke Banten dengan tujuan mematikan karakter dan bahkan nyawa rivalnya dalam politik.
Sampai akhirnya saya mendapat jawaban bahwa magis di Gayo menempati urutan ke empat dan barangkali bisa ditundukkan dengan magis dari suku Banten yang menduduki posisi nomor tiga.
Saya kira bertarung dalam politik adalah biasa dan sudah menjadi pesta rakyat, akan tetapi perlakuan terhadap sesama suku, sesama saudara sekampung jangan sampai menghilangkan nyawa. Apalagi dalam perbincangan oknum pejabat itu, mereka sempat berbicara soal tumbal. Naudzubillaho min dzalik.
Oknum para pejabat itu membawa pesan atas nama calon penjabat yang sedang bertarung sekarang ini. Setelah menuturkan panjang lebar kepada sang dukun, dan untuk menghabisi nyawa, sang dukun memasang tarif Rp 200 juta.
Sekarang banyak pejabat yang bermuka tanpa dosa. Sayangnya di balik itu semua, hati dan perbuatannya sangat bejat. Bahkan tega memperlakukan rival politik dengan tindakan sangat buruk. Jangankan manusia, semut sekalipun tidak boleh dibunuh untuk menjaga hubungan ke sesama makhluk Allah atau hablum fil alam.
Memang benar, membunuh orang lewat ilmu santet sulit dibuktikan dengan hukum pidana. Kita jangan terkecoh. Karena setiap perbuatan kita, termasuk mencelakai orang lain dengan santet, tetap bakal dimintai pertanggungjawabkan di hadapan Allah di hari berbangkit.
Yang penting untuk diingat bagi mereka yang berhasrat untuk menyantet, saat ilmu itu tidak mengenai sasaran, maka santet bakal berbalik mengenai si pemesan atau anak dan cucunya. Bisa jadi gila, kurang akal dan berpenyakitan.
Sebenarnya calon penjabat bupati yang melibatkan alam lain dengan cara sadis inilah perlu ditolak. Fenomena di kampungku pembunuhan karakter dan penghilangan nyawa dengan cara tidak wajar sudah berlangsung lama meski sulit dibuktikan secara sains. Kita hanya bisa mengenali ciri-cirinya.
Baca Juga : Cerita dari Kampungku (Episode 9); Tak Perlu Kaca Mata Sukarno
Memang sebagian di antara pemimpin kami ada yang senang untuk mendapatkan harta, jabatan dan kehormatan dengan meniti tangga mayat saudara-saudaranya. Mereka seperti tak pernah belajar mengaji dan dididik secara benar oleh orang tuanya. Mungkin karena ulah mereka pula, ilmu magik di Gayo merosot sampai urutan ke-empat.
(Mendale, Desember 26, 2022)