Maroko Sang Penakluk Semenanjung Iberia

oleh

Oleh : Win Wan Nur*

Ketika piala dunia 2022 masuk babak 16 besar, seperti biasa, banyak muncul ulasan tentang perkiraan partai berikutnya. Perempat final, semifinal dan final.

Tentu saja hampir semu perkiraan itu menunjukkan situasi ideal yang mana babak berikutnya diisi tim-tim besar.

Tapi ketika itu saya katakan, gambaran itu terlalu ideal, menafikan adanya kejutan. Saya katakan, feeling saya kejutan itu akan datang dari Maroko.

Perkiraan saya ini bukan tanpa alasan, Maroko saya lihat adalah tim penuh potensi.

Alasannya?

Secara geografis, Maroko, meski terletak di benua Afrika, tapi sebenarnya sangat dekat dengan Eropa, bertetangga dengan Spanyol dan juga Portugal di Semenanjung Iberia.

Meski Maroko secara “de jure” mewakili Afrika, yang infrastruktur sepakbolanya tidak memadai. Tapi secara “de facto” para pemain yang mewakili Maroko di Piala Dunia kali ini, 80% lahir di luar Maroko.

Para pemain kunci Maroko mengembangkan bakat sepakbolanya di akademi-akademi sepakbola top di Eropa.

Contoh sang Kapten, Roman Saiss, yang bermain di klub Turki, lahir dan besar di Prancis, lalu Achraf Hakimi, pemain PSG ini lahir dan besar di Madrid, Spanyol, Hakim Ziyech, yang kini bermain di Chelsea, lahir dan besar di Belanda.

Yassine Bounou, kiper Sevilla, pahlawan Maroko di babak 16 besar, lahir di Montreal Kanada.

Latar belakang seperti ini membuat Maroko sama sekali tidak canggung apalagi minder berhadapan dengan tim-tim Eropa dan Amerika Latin.

Dan benar saja, saat bertemu Spanyol, negara eropa tetangga terdekat mereka, sang mantan juara Dunia yang tampil gila di pertandingan pertama ketika membantai Costa Rica 7 – 1, Maroko tampil gagah berani dan memaksa mereka ke babak adu pinalti yang mereka menangkan dengan telak tanpa Spanyol mampu mencetak sedikitpun gol.

Lolos dari Spanyol, menariknya Maroko ditunggu tetangga Spanyol, Portugal yang terletak di Semenanjung Iberia.

Dan kembali tanpa ampun, kali ini juara Eropa enam tahun yang lalu inipun, digilas oleh singa-singa Atlas ini lewat gol tunggal En-Nasry yang dicetak di babak pertama.

Meski setelah gol itu, Maroko terus dikurung setengah lapangan, Portugal tetap tak mampu menyamakan kedudukan.

Bahkan di babak kedua, meski Ronaldo sudah dimasukkan dan satu pemain Maroko menerima kartu merah. Angka di papan skor tak juga berubah.

Alhasil, Maroko, tim yang diperkuat anak-anak diaspora inipun mencetak sejarah menjadi tim Afrika pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia.

Dan menariknya, Maroko yang merupakan negara Islam ini seperti mengulang sejarah penaklukan Islam di Eropa dulu. Memulai langkahnya dari Spanyol dan kemudian tadi menaklukkan tetangganya, Portugal, negeri di semenanjung Iberia. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.