Oleh : Teuku Fadli*
Korea Vs Ghana.
Korea mengambil inisiatif di 20 menit babak pertama. Melihat ini, saya merasa khawatir mengingat pengalaman Arab dan Jepang yang menguasai pertandingan dan agresif terhadap lawan tapi malah kebobolan.
Seperti di tulisan yang lalu tentang tim Asia yang kebingungan di sepertiga akhir lapangan lawan adalah faktor kekalahan. Ini melulu tentang pengalaman.
Jika Jepang dan Arab, lumayan lama baru pusing, Korea tidak 20 menit tak bisa menembus pertahanan Ghana cukup membuat mereka kebingungan dan mulai Wewen.
Lalu apakah permainan Jepang dan Arab Saudi indentik dengan Korea?
Tidak. Jepang dan Arab bermain tetap dominan sepanjang laga, Korea tidak. Korea ketika kebingungan mulai berlaku aneh untuk sebuah event piala dunia. Mereka mulai mengalirkan bola dengan lambat.
Bukan pemainnya lambat. Tetapi memang aliran bolanya lambat. Mungkin mereka memperlambat aliran bola karena sedang berpikir langkah langkah selanjutnya.
Bola tetap dapat dikuasai tapi ada efek samping yang berbahaya. Ghana mulai bisa bernafas. Mereka mulai bisa berpikir juga. Apa yang harus dilakukan utk mematahkan dominasi Korea.
Bahkan sangking lambatnya. Saya bisa menduga bahkan pemain Ghana sempat berpikir, nanti habis pertandingan mau ngopi dimana?
Kalau saya tidak salah lihat, ada pemain Ghana yang jalan sore untuk mengantisipasi serangan Korea.
Ketika lawan tak lagi mengancam, mulailah Ghana mendapatkan cara. Mereka mempercepat bola dan Korea pun gagap menghadapinya.
Anehnya pemain Korea tak melakukan hal yang seharusnya biasa dilakukan pemain di piala dunia 2022 untuk mematahkan segera serangan lawan.
Yaitu menjatuhkan pemegang bola
Dua gol pun datang. Dari serangan yang lemah. Serangan yang seharusnya bisa di patahkan.
Babak ke dua pergantian dilakukan. Terlihat tujuannya jelas utk meningkatkan tempo Korea. Dan hasilnya mereka bisa mencuri 2 gol bagus.
Ini memang sangat mungkin sekali dilakukan Korea, karena pada dasarnya secara tim Korea lebih bagus dari pada Ghana.
Secara tim, bukan secara materi tim.
Ketika Korea meningkatkan intensitas kecepatan, Ghana langsung menjadi tim biasa saja.
Walaupun Ghana membuat gol ke tiga,
tapi kita semua bisa lihat sejauh mana sebenarnya tim Korea lebih baik dari pada Ghana.
Akhirnya sama seperti Arab Saudi dan Jepang. Tim-tim Asia kurang pengalaman di event seperti ini.
Kurang pengalaman menghadapi turnamen sekuat ini. Imajinasi pemain dan Tim Pelatih Asia tetlihat belum berada di level Piala Dunia
Saya ingat sekali Belanda di Piala Dunia ketika saya masih kuliah. Nonton depan MtsN Jambo Tape.
Belanda tertingal 1 gol, materi Belanda bagus di dominasi generasi emas Ajax tapi tak bisa menembus pertahanan lawan.
Lalu Belanda mulai membuat serangan sayap seperti Korea tadi tapi tak melulu melempar umpan lambung ke mulut gawang lawan.
Tapi agak keluar kotak, yang di luar sudah berada EDGAR DAVIDS yang sedangla lucu-lucunya saat itu.
Dia terus menerus melakukan shooting yang seakan-akan memang disengaja ke arah pemain belakang lawan.
Tidak menyasar sisi gawang yang kosong, saya jadi tahu apa yang dia mau.
Dan komentator saat itu juga mengamini pemikiran saya.
Edgar Davids tidak mengincar gawang, dia mengincar bola pantul.
Tendangannya yang terkenal keras dan jitu saat itu seolah sengaja diarahkan ke pemain bertahan lawan yang parkir bus di depan gawang.
Dan tendangan ke sekian menghasilkan gol di menit akhir.
Yah, bola pantulan
Kiper tak menduga lagi
Kala kiper lawan tampil bagus
Pemain bertahan lawan tampil bagus
Keanehan lah yg akan membuat gol
Dan DAVIDS menciptakan bola aneh itu.
Yah kawan tampaknya sampai pertandingan ke dua Asia kurang imajinasi. Hanya kurang Imajinasi. []