TAKENGON-LintasGAYO.co : Organisasi Ikatan Pemuda Kecamatan Kebayakan (IPKK) melalui Bidang Kebudayaannya melakukan ekspedisi penting ke Kawasan Linge, dengan tajuk “Ekspedisi Kerajaan Linge: Menelusuri Jejak Leluhur Gayo” pada hari Jum’at s/d Minggu (4-6 November 2022) di dua lokasi yaitu di kawasan Buntul Linge dan kawasan Gerpa, Aceh Tengah.
Adapun ekspedisi yang diikuti oleh 10 orang ini dilaksanakan dengan maksud melakukan pemetaan, penulisan, perekaman dan pengidentifikasian seluruh potensi titik bersejarah dan titik lokasi objek yang diduga sebagai Cagar Budaya yang ada di kawasan Linge.
Azman sebagai sekretaris umum IPKK menyampaikan bahwa kegiatan ini cukup penting dilakukan untuk memahami sejarah Linge lebih dalam lagi, terutama bagi kami para anak muda.
“Rangkaian kegiatan dihari pertama tanggal 4 November 2022 adalah dilakukannya perjalanan dari Kebayakan menuju Linge yang dilakukan setelah sholat Jum’at sekira pukul 15.00 WIB, dalam kondisi hujan yang sangat deras,” ujar Azman.
Azman juga menyampaikan bahwa kegiatan ini dilakukan atas arahan dan koordinasi dengan pihak-pihak tertentu juga yang ada di wilayah Linge.
“Rangkaian kegiatan di hari Kedua Tanggal 5 November 2022 adalah dilakukannya koordinasi pada perangkat desa dan tokoh masyarakat Linge, yang kemudian dilanjutkan dengan perjalanan pengidentifikasian awal terhadap titik bersejarah ke kompleks Buntul Linge,” ungkap Azman.
Adapun kegiatan ekspedisi kerajaan Linge ini diketuai oleh Suhaili selaku Kepala Bidang Kebudayaan IPKK. Kemudian
dipandu langsung oleh beberapa narasumber dari desa Linge seperti bapak Juhursyah, (Kepala Sekolah Dasar N 18 Linge), bapak Kamaruddin (Anggota Majelis Adat Gayo), bapak Bas (Mantan Mukim Linge) dan bapak Ismanhadi (Tokoh Pemuda Linge).
Suhaili menerangkan bahwa dari perjalanan dengan para narasumber diatas, tim mendapatkan beberapa informasi penting di komplek Buntul Linge ini, diantaranya adalah titik lokasi Makam Abdul Muthalib Bin Sasa, Makam serdadu Belanda, Makam Dewa Bin Banta Cut, Makam Cahaya Nenggeri, Makam Cahaya Mani, Umah Corong, Umah Pitu Ruang, titik temuan Gerabah sisa peradaban Kerajaan Linge, Benteng Sengemara, Benteng Ujung, Ume Pasir dan Ume Gerincing.
“Dihari yang sama pengidentifikasian titik bersejarah berlanjut ke Kompleks Makam Jeret Siwah, titik bersejarah yang dapat diidentifikasi oleh Tim Ekspedisi di kawasan ini diantaranya adalah Makam Jeret Siwah, Makam Arifin, Makam Raja Jawan (Aman Nyak), Makam Raja Banta Cut Bin Jawan, Sasa Bin Banta Cut, Asa Bin Banta Cut, Tio Lela (Panglima Pengawal Kerajaan), Datu Beru, Makam Ulama Kerajaan, beberapa Makam Pengawal Kerajaan, dan juga Makam Jeret Terbang,” ujar Suhaili.
Suhaili juga menyampaikan bahwa terkait dengan Kompleks Makam Jeret Siwah dan Makam Jeret Terbang, sebagaimana kita ketahui sebelumnya bahwa banyak kalangan masyarakat di Gayo berpandangan bahwa di Batu Nisan Kompleks Makam Raja-Raja di Linge termasuk di Makam Jeret Terbang, hanya ditemukan inskripsi bertuliskan Syahadat Tauhid namun tidak ditemukan Syahadat Rasul, sehingga dengan itu imajinasi sejarah beberapa kalangan masyarakat di Gayo tentang Kerajaan Linge terkadang terbawa asumsi tanpa batasan periode.
“Perjalanan Ekspedisi Kerajaan Linge kali ini telah menemukan informasi sangat penting dalam menjawab pandangan diatas, bahwa setelah dilakukannya penggalian Informasi mengenai bentuk, motif dan khususnya pembacaan secara detil pada objek inskripsi di Batu Nisan Jeret Siwah dan Batu Nisan Jeret Terbang, tim menemukan hal yang mengejutkan bahwa, di batu nisan makam kedua dari pintu masuk Jeret Siwah dan batu nisan Jeret Terbang telah ditemukan Inskripsi lengkap dari syahadat tauhid dan syahadat rasul yakni batu nisan yang bertuliskan Lailaha Illallah, Muhammad Rasulullah,” ungkap Suhaili.
“Dilihat dari sisi motif dan bentuk, jika merujuk pada klasifikasi batu nisan menurut Ambary yang ditulis dalam buku “Awal Masuknya Islam ke Aceh: Analisis Arkeologi dan Sumbangannya pada Nusantara karya Dr. Husaini Ibrahim, MA. Maka rata-rata batu nisan yang terdapat di makam Jeret Siwah diperkirakan telah eksis sejak Abad 12-15 M,” tambah Suhaili.
Suhaili kemudian menyimpulkan bahwa temuan dalam perjalanan ekspedisi kali ini tentu menjawab dan membuka lembaran baru tentang diskusi sejarah kerajaan Linge dan diskusi tentang sejarah Gayo ke depannya.
Terakhir, tim ekspedisi menyampaikan ucapan terimakasihnya dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak, khususnya kepada narasumber, dewan pendiri, pengurus, anggota IPKK, tim camping ceria dan tim doktor coffee, yang telah berkontribusi besar dalam menyukseskan ekspedisi kali ini.
[Sp]