Leg 1 Timnas vs Curacao, Timnas Patenkan Kecepatan Sebagai Identitas Tim

oleh

Oleh : Teuku Fadli*

Leg 1, Timnas vs Curacao * sudah di gelar

Tim tamu patut mendapat penghormatan dari kita karena mereka punya peringkat cukup jauh di atas timnas.

Saya sebenarnya tidak dalam kondisi bersemangat membahas timnas. Saya pikir malam ini mau santai menikmati timnas saja.

Tapi teringat status tadi sore dari bang Win Wan Nur tentang seorang pemaim muda harapan yang terancam posisinya di timnas saya jadi ingin sedikit membahas pertandingan barusan.

Apa yang bisa saya simpulkan dari pertandingan tadi adalah, timnas sudah jelas mengambil kecepatan sebagai jati diri. Pemain-pemain yang turun tadi mayoritas di keterangan pabriknya tertera speed yang tinggi.

Kecuali Klok, Kambuaya, Baggot dan Fakhrudin, sisanya cepat. Kecepatan yang dituntut pun tidak main- main, sampai-sampai seorang Egy kesulitan. Egy diketahui punya speed dribling yang O.K, tapi di sini dia kepayahan.

Dan akibat transisi cepat dan kecepatan yang diinginkan tim untuk segera berada di area lawan, membuat malam ini Kambuaya hilang di lapangan.

Klok selamat dari kecepatan tim karena dia punya visi yang jauh dan teknik yang tinggi, ini membuat dia bisa bertahan dalam skema tadi. Dia tidak cepat tapi mampu menerka permaianan dengan baik

Nah cuma 2 kekurangan tim ini yang masih harus di perkuat komitmen oleh STY.

Pertama :

Di babak 1, permainan O.k, dan bisa gagah berani meladeni lawan.

Permasalahannya, akibat pressing di garis tinggi, banyak pemain lini tengah kita di area lawan dan menghidupkan mode menyerang.

Hasilnya….
Mereka kagok dan terjadi jeda dalam melakukan pertahanan.

Transisi dari mode menyerang ke mode bertahan para pemain gelandang dan pemain sayap error atau jeda.

Bukan tim tapi menurut pandangan saya, itu pribadi dan mentalnya saja.

Makanya yang perlu diperkuat komitmen pemain gelandang dan sayap untuk segera membantu pertahanan jika serangan datang.

Akibatnya di babak 1 kita lihat Fakhruddin Baggot dan Irianto kelabakan diserang pemain lawan yang juga cepat.

Di babak 2 presing tidak di garis tinggi
Jadi para pemain gelandang masih relatif dekat dengan para pemain bertahan dan ini membuat pertahanan timnas lebih kokoh.

Di babak ke dua masalah transisi menyerang ke bertahan teratasi.

Kedua
Di akhir babak kedua, menit 70’an, lawan sudah habis. Dan ini harusnya timnas segera membunuh mereka, tapi kita malah tidak efisien di sana. Di turnamen nanti, ini akan menjadi hal yang bisa merugikan kita.

Harus saya sorot, para diaspora kita betul betul membawa mental berbeda dalam pertandingan. Percaya diri, tenang, berani pegang bola, tidak panik.

Tapi kredit besar harus saya berikan kepada Irianto. Dia pemain yang saya lihat berkembang sangat jauh. Dari junior kemarin saya berpikir dia hanya akan setingkat dari ayahnya, Bejo Sugiantoro.

Betul saya berpikir seperti itu, tapi
Setelah turnamen lalu, dan malam ini. Kita semua harus sepakat perkembangan dia sangat besar.

Dan dia menurut saya yang pernah melihat ayahnya main di Persebaya dan Timnas, jelas Irianto sudah jauh melewati ayahnya dari sisi teknik dan membaca permainan.

Hebat dia
Hebat

Lalu secara keseluruhan, tim ini menang karena percaya diri. Tim ini merasa mereka bisa dan mereka mewujudkannya.

*Pengamat Sepak Bola

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.