Jadi Anak Indigo dan Bisa Nyinden

oleh
Dinika Yusuf (Ist)

Oleh ; Dinika Yusuf*

Dalam cerita lalu, setiap saya kesurupan, selalu dibawa ke “guru kampung” sampai ustadz dengan cara “ruqiah.” Tapi tidak ada yang mampu menyembuhkan saya dengan sempurna.

Semakin hari saya semakin sensitif terhadap makhluk halus. Orang-orang menganggap saya punya indra ke-enam untuk merasakan kehadiran jin dan hantu. Tidak aneh lagi mereka lalu lalang di sekitar saya dengan segala rupa dan bentuk. Bahkan ada hanya bentuk bayangan hitam, tetapi bisikan dan energinya bisa saya rasakan sangat kuat.

Bahkan makhluk halus itu bebas keluar masuk ke dalam tubuh saya. Seperti kilat, mereka sangat cepat bergerak, tetapi ketika masuk ke dalam tubuh manusia, mereka “slow motion” atau melambat dalam bergerak.

Kalau ada orang kerasukan, lalu bisa meronta-meronta dan kadang-kadang puluhan tidak mampu memegangnya, itu hanya sugesti atau potensi dalam tubuh orang tersebut yang digerakkan oleh jin yang merasukinya.

Pada prinsifnya jin itu sangat lemah kalau sudah masuk ke dalam tubuh manusia. Dia seperti terperangkap. Sudah masuk tetapi susah keluar. Apalagi yang memerintahkannya pimpinan jin.

Jadi kalau dibacakan mantra atau ayat-ayat Al-Qur’an sesungguhnya dia tidak mampu bertahan di dalam tubuh manusia, tetapi yang memerintahkan rajanya, mereka takut keluar karena akan dihukum oleh rajanya. Prinsifnya mereka hanya menjalankan tugas dari pimpinannya atau yang “mengasuhnya.”

Saya sudah melewati semua itu. Saya yang semula ketika kesurupan tidak ingat apa-apa. Tetapi lama-lama kelamaan ketika makhluk halus menguasai saya sudah mulai setengah sadar dan saya punya kelebihan dari orang lain. Orang menyebutnya sebagai indigo.

Ada yang menganggap indigo adalah kemampuan seseorang merasakan atau mampu melihat dengan nyata bentuk mahkluk astral yang bukan manusia dari dunia lain. Kalau begitu maknanya, berarti saya pernah merasakan sebagai indigo.

Saya tidak pernah belajar “nyinden” atau sinden dalam bahasa Jawa, sebutan bagi wanita yang bernyanyi mengiringi orkestra gamelan. Suara saya pun khas, bahkan dalam sadar pun saya mampu menghapal syair-syairnya dan menyanyikan layaknya sinden profesional. Padahal garis keturunan saya tidak ada dari Jawa.

Ketika setengah sadar saya “nyinden”. Kata ibu saya dan kawan-kawan yang mendengarnya, mereka semua ketakutan. Seolah banyak makhluk-makhluk halus yang hadir menyaksikan pertunjukan saya. Tapi ketika saya “nyinden” dalam keadaan sadar, tidak seseram ketika “kemasukan” jin.

Kawan yang senasib dengan saya, di kampus yang dianggap biasa-biasa saja, tetapi dengan cepat bisa menyelesaikan soal-soal ujian.

“Kok bisa?” tanya saya penasaran.

“Saya dibantu oleh tiga jin yang berdiri di kiri, kanan dan di belakang saya” jawabnya dengan tersenyum.

Meskipun memiliki kemampuan lebih dari orang pada umumnya, tetapi kalau disadari tetap saja sebagai penyakit. Kita menjadi asosial, lebih senang bermain-main dengan makhluk halus. Tidak jarang seolah berbicara sendiri, tetapi sesungguhnya saya sedang berbicara dengan makhluk halus.

Saya tidak lagi kesurupan seperti semula, tetapi orang sudah menganggap saya seperti “orang gila”. Saya jarang tidur, makan banyak dan sering tertawa memperhatikan makhluk-makhluk halus dengan segala tingkahnya.

Saya bisa membaca niat orang-orang yang datang ke rumah; apakah niatnya baik atau buruk kepada saya. Bahkan orang-orang memelihara jin atau di kampung disebut “mutube” pun saya tahu dan saya sering menunjuk mereka dengan nada emosi. (Bersambung)

(Tanggal, 22 Juli 2022)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.