Beberu, Ini 7 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Menikah

oleh

Catatan : Zuhra Ruhmi*

Syawal menjadi momen dimana teraktak terpasang hampir di setiap lorong jalan, keyboard padat bookingan, pelaminan dan perias wajah butuh antrian jauh-jauh hari. Ketersediaan dan penyerahaan amplop serta isinya juga bisa mecapai sebelah jari perhari.

Nah, bagi beberu yang sudah terikat janji dengan tambatan hati atau yang berharap seseorang datang ke rumah wali, berikut 7 hal yang perlu dipersiapkan :

1. Ilmu agama.

Menikah merupakan ladang ibadah terpanjang selama hidup. Banyak kerikil, batu, jurang, dan terjal yang harus dihadapi. Maka ilmu agama menjadi sangat penting untuk mengisi hari-hari kita agar masalah sebesar apapun kita bisa hadapi dengan sandaran yang kokoh.

Belum lagi, menjadi istri juga yang Insya Allah akan menjadi ibu “harus” benar-benar mempersiapkan ilmu agama. Karena ibu merupakan madrasatul ula atau sekolah pertama bagi anak-anaknya.

2. Jangan Baper (jangan Umping)

Pernikahan bukanlah pertemuan antara dua individu saja. Tapi juga pertemuan antara keluarga, artinya kita menemui banyak orang yang keadaan dan tingkahlakunya tidak bisa kita kondisikan.

Maka, pribadi kita yang harus dikondisikan. Jangan terlalu baper atau umping atau cepat tersinggung. Menganggap orang bercerita membicarakan kita adalah hal yang tak perlu difikirkan. Berbahagialah menikmati peran baru.

3. Jangan punya ekspektasi terlalu besar

Siapa yang tidak memimpikan keluarga yang akan dibangunnya. Namun kita harus tetap berdiri di atas tanah bukan di atas khayalan. Karena yang kita impikan tak selalu jadi kenyataan. Maka berfikir realistislah.

Yang perlu kita ingat adalah pernikahan tak seindah film korea, lelaki punya romantisme, kepedulian dan kepekaan yang tinggi. Tolong ini hanya terjadi dalm film-film.

Pernikahan juga tak semengerikan film yang sering mengangkat permasalahan rumah tangga di salah satu stasiun TV dengan sound track lagu “ku menangis, membayangkan….”

4. Lihai dalam berkomunikasi

Komunikasi sangat penting dalam sebuah pernikahan. Bagaimana kita membahasakan apa yang kita mau kepada pasangan atau kepada keluarga.

Aspek psikologi sangat perperan disini. Misal bagaimana pola komunikasi dengan lelaki akan berbeda dengan pola berkomunikasi dengan perempuan. Juga gaya berkomunikasi dengan suami akan berbeda dengan gaya berkomunikasi dengan ibu dan ayah mertua, juga ipar. Tak hanya gaya komunikasi yang peting tapi juga pilihan katanya.

5. Bibes dan jangan malas

Menjadi manantu atau pemen jangan hanya duduk santai, juga tak bisa melakukan semua pekerjaan dalam satu waktu. Maka pastikan, kita terus berperan dalm berbagai hal.

6. Adil

Untuk membangun keluarga, keadilan sangat dibutuhkan. Menjadikan keluarga suami sepenuhnya menjadi keluarga kita, atau sebaliknya.

Yang paling efektif adalah kita merasa menjadi keluarga suami, dan suami merasa menjadi bagian keluarga istri.

7. Tidak egois

Menikah, tidak bisa menjadikan ego kita menjadi yang utama. Maka penurunan ego sebaik dilakukan. Tak ada gunanya menaikkan ego tapi hanya menghancurkan keluarga yang dibangun.

 

Beberu, sejatinya kita adalah duta keluarga yang menyebar menjadi bagian keluarga yang lain maka baik baik kita baik nama keluarga kita, pun sebaliknya buruk kita maka buruklah nama keluarga kita.

*Penulis adalah Redaktur Pelaksana LintasGAYO.co

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.