Lupa Tanggal Ulang Tahun

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

17 tahun sudah damai Aceh, tetapi rasanya baru kemarin kita melewati masa-masa kelam itu. Khususnya bagi saya; ancaman lapar, diserang, keluarga terusir, dikutuk, disumpahserapahi menjadi resiko keseharian yang harus ditanggung.

100 persen sama sekali saya tidak menyesal telah melewati hidup di bawah ancaman kematian kala itu karena semuanya adalah tugas yang sudah diperjanjikan di lauhul mahfudz (alam pewayangan) dan semua itu harus saya tuntaskan agar pada kehidupan selanjutnya saya tidak lagi mengerjakan “pekerjaan rumah” yang sama.

Semoga pada kehidupan yang akan datang derajat kita lebih meningkat dengan anugerah surga yang tertinggi; kaya, tampan dan bahagia yang menjadi parameter kesenangan dan Allah senang kepada orang-orang yang berbuat baik, sebagai mana Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 195.

Semoga pula pada episode kehidupan selanjutnya, ketika tersadar jangan ada perintah, “Buatlah senjata kalian mengkilat sebagai pertanda kalian mencintainya. Isilah senjata kalian dengan khadam agar ia menjadi sahabat yang bisa melindungi kalian.”

“Yah, sudah naik derajat sedikit, sebagai panglima wilayah, eh dalam hidup sekarang, kok malah jadi prajurit untuk menebus dosa dan kesalahan masa lalu saya” demikian gerutu hati saya di masa depan.

Amit-amit! Jangan sampailah. Saya ini makhluk yang disaring menjadi manusia yang sekarang sedang mengikuti “open bidding” sebagai “manusa” yakni orang-orang yang masuk ke dalam golongan yang bisa mempengaruhi manusia menjadi lebih baik dan melestarikan alam sekitarnya.

Hari ini, 22 Mei 2022, saya tepat berumur 50 tahun. Menurut adat, perjalanan hidup ini sudah hampir sampai di ujung. Namun begitu saya selalu berdo’a agar diberikan umur panjang dan awet muda. Untuk itu saya perlu bertanya kepada orang-orang tua dan mencari ramuan obat-obatan agar tetap sehat walafiat, meskipun usia saya kelak lebih dari manusia umumnya.

Hanya saja, sejak keterlibatan saya dalam konflik Aceh (1999-2005), saya trauma dengan tanggal kelahiran saya sendiri. Hampir setiap kali ulang tahun saya diserang. Sehingga dalam menyambut milad saya sendiri dengan lebih banyak bertafakur dengan membaca apa yang bisa saya baca.

Setelah saya membaca tanda-tanda “ayat takhiriyah” ternyata bukan saja setiap ulang tahun saya mendapat musibah, tetapi hampir setiap tanggal 22 setiap bulannya saya mendapat musibah dengan berbagai keadaan. Dengan keadaan itu, setiap tanggal 22 saya meningkatkan tafakur agar selamat dari mara bahaya.

Setelah damai Aceh, 15 Agustus 2005, saya merasa-rasakan kembali akankah kalau ulang tahun di kala damai juga akan mendapatkan musibah? Alhamdulilah! Ternyata hanya dalam suasana perang saja saya mendapat kesialan. Bahkan dalam alam damai setiap ulang tahun keberuntungan selalu mengikuti saya.

Setelah damai Aceh, sejujurnya saya selalu lupa dengan ulang tahun saya sendiri dan tidak pernah merayakannya. Sering kali beberapa hari kemudian saya baru ingat kalau hari ulang tahun saya sudah lewat. Barangkali kelupaan saya karena tidak ada lagi tantangan.

Pada tahun 2012 saya sempat merayakan ulang tahun di Jeddah, Arab Saudi. Seperti biasa saya lupa, sampai kemudian pihak travel menyiapkan kejutan berupa kue ulang dengan angka 40 tahun. Pada waktu itu saya berfikir, ternyata usia saya sudah tidak muda lagi.

Pada ulang tahun “emas” ini, saya berharap maaf dari hati yang paling dalam kepada setiap saudara-saudaraku yang pernah atau tidak berinteraksi dengan saya, yang membuat sikap, ucapan dan perbuatan saya membuat ketersinggungan dan salah, sekali lagi saya mohon diperbanyak maaf.

(Mendale, 22 Mei 2022)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.