Oleh : Win Wan Nur*
Hari ini, minggu 8 Mei 2022, sebuah isu tentang perselingkuhan yang katanya kalangan atas di Aceh Tengah berhembus kencang dan berkembang liar.
Saya sendiri, pertama kali mengetahui adanya isu ini menjelang dzuhur tadi, dari status facebook seorang anak muda yang namanya dikenal luas sebagai tokoh pelaku wisata kreatif di Aceh Tengah.
Isi statusnya sendiri, ambigu, hanya menyebutkan ada suatu berita menggemparkan. Kemudian kolom komentar dipenuhi pertanyaan kepo dan keluarlah pernyataan, ada pejabat daerah yang tersandung kasus “tali air” sebuah istilah umum di daerah ini untuk menyebutkan kasus perselingkuhan.
Di hari yang sama, sekitar pukul 17.30 WIB, saya mendapat pesan WhatApp dari seorang teman yang menyebutkan nama seorang pejabat daerah Aceh Tengah yang saya kenal, berselingkuh di sebuah hotel terkenal di daerah ini, tertangkap basah oleh istrinya.
“Oh berarti, ini yang dimaksud oleh (saya menyebutkan nama anak muda hebat itu) di statusnya tadi,” balas saya.
Kemudian pulang ke rumah, bercerita dengan teman yang mengirim informasi tadi, sama-sama menyayangkan, kenapa pejabat yang dimaksud melakukan itu, padahal dia kan sudah berubah. Teman ini masih tidak sepenuhnya percaya kalau dia melakukan itu, karena dia tahu persis kalau pejabat yang dimaksud, saat ini tidak sedang punya uang banyak.
Ketika kami bercerita, saya ditelpon lagi oleh orang berbeda dan mengatakan nama lain lagi, nama yang disebut anak buah dari nama pertama. Mulai tidak jelas.
Lalu saya kebetulan pergi ke terminal Paya Ilang, di sana bertemu dengan si pejabat yang namanya disebut pertama, sedang mengantarkan anaknya pulang ke Banda Aceh, di sana dia hadir dengan formasi lengkap, anak dan istrinya. Saya tidak melihat sedikitpun ada tanda-tanda ketidak harmonisan di antara mereka.
Kemudian saya pulang, saya mendapat telepon lain lagi, menyebutkan kalau yang dimaksud bukan si pejabat itu, keluar nama lain lagi yang sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan dua nama pertama, bahkan nama ketiga ini bukan pejabat dari jajaran eksekutif pemerintahan.
Makin kacau, lalu saya klik nama anak mudah hebat tadi di facebook, ingin melihat komentar di kolom komentarnya, mungkin ada ‘clue’ tentang nama pejabat yang dimaksud. Ternyata, status itu sudah dihapus.
Alhasil, isu sudah berkembang liar dan kabarnya isu ini sudah sampai ke telinga jajaran tertinggi eksekutif daerah ini, tapi siapa sebenarnya yang dimaksud, masih tak ada kejelasan, malah semakin melebar.
Yang jelas, kalaupun tidak semuanya, paling tidak dua dari tiga nama yang beredar yang ceritanya sampai ke saya ini, dua tidak bersalah. Itu pasti.
Tapi, meski tidak bersalah, nama mereka sudah tercemar. Sialnya, secara hukum, tak ada orang yang bisa dilaporkan, tak ada delik hukum yang dilanggar.
Kita tidak tahu, bagaimana turbulensi di keluarga ketiga orang yang namanya diasosiasikan orang dengan perselingkuhan ini. Bagaimana dia menghadapi istrinya, bagaimana dengan mertuanya, anaknya dan juga lingkaran pertemanannya? Wallahu Alam.
Peristiwa ini, mengingatkan saya pada salah satu buku favorit anak sulung saya, yang dulu saat dia kecil sangat sering saya bacakan untuknya menjelang tidur.
Buku ini ditulis oleh Madonna, penyanyi top Amerika yang dianggap sebagai perempuan paling seksi di dunia pada era 80 dan 90-an yang masyhur karena kontroversi dan keseksiannya.
Tidak banyak orang yang tahu kalau Madonna juga adalah seorang penulis produktif. Padahal sampai saat ini, sudah ada 31 buku yang sudah ditulis oleh Madonna yang sebagian besarnya adalah buku anak-anak.
Buku anak-anak pertama yang ditulis Madonna adalah English Roses yang berkisah tentang anak-anak perempuan yang punya kecenderungan menghakimi orang lain hanya berdasarkan penampilan dan prasangka tanpa dasar.
Sementara buku yang saya maksud ini adalah buku kedua yang ditulis Madonna, judulnya Mr. Peabody Apples, buku ini membahas tentang Mr. Peabody, seorang pelatih tim bisbol sekolah di Happville, sebuah kota kecil di Amerika.
Di cerita ini, penulis menggambarkan Mr. Peabody sebagai orang yang baik, yang sepulang melatih selalu melambaikan tangan kepada semua orang.
Kebiasaannya setelah selesai melatih, dia selalu berhenti di sebuah stand pedagang kaki lima yang menjual buah di trotoar, di sana, dia akan memilih apel paling mengkilap dan, memasukkannya ke tasnya, lalu melanjutkan perjalanannya.
Suatu hari, Tommy Tittlebottom, seorang anak, pemain baseball yang dia latih, menyaksikan “ritual” ini dan berasumsi bahwa Mr. Peabody sedang mencuri apel. Dia menceritakan apa yang dia lihat pada temannya, lalu si teman menceritakan pada orangtuanya, lalu orangtuanya bercerita pada orangtua lain.
Pada latihan berikutnya, tiba di lapangan, Mr. Peabody heran, lapangan kosong, yang hadir hanya seorang anak kecil bernama Billy.
Kepada Billy, Mr. Peabody bertanya kemana teman-temannya yang lain. Dan berceritalah Billy, kalau teman-temannya tak diizinkan orangtuanya dilatih Mr. Peabody, sebab menurut cerita dari Tommy Tittlebottom, Mr. Peabody, seorang pencuri.
Mr. Peabody kemudian menyuruh Billy mencari Tommy Tittlebottom dan ketika si anak datang Mr. Peabody menjelaskan pada anak itu bahwa dirinya sudah membayar apel yang dia ambil itu, di muka di awal bulan. Jadi dia tidak perlu lagi membayar setiap mengambil.
Mendengar itu Tommy Tittlebottom menyesal dan bertanya pada pelatihnya, bagaimana caranya memperbaiki kesalahan.
Mr. Peabody lalu meminta Tommy untuk pulang dan kembali dengan membawa bantal. Tommy dengan patuh melaksanakan apa yang diminta pelatihnya. Ketika anak itu tiba dengan bantalnya Mr. Peabody lalu mengajaknya naik ke bagian tribun paling atas stadion.
Tiba di sana, Mr. Peabody membelah bantal yang Tommy bawa lalu mengibas-ngibaskannya. Sehingga, semua bulu angsa di dalam bantal keluar berserak kemana-mana diterbangkan angin.
“Nah sekarang, kamu kumpulkan semua bulu itu dan masukkan kembali ke dalam bantal ini,” pinta Mr. Peabody pada Tommy.
“Mana mungkin saya bisa mengumpulkannya kembali pak Pelatih,” kata Tommy.
“Ya, begitu juga dengan kabar yang kamu sebarkan tentang saya mencuri apel dan sudah menjadi keyakinan banyak orang, kamu tidak mungkin bisa menarik semuanya kembali. Selamanya akan tetap ada orang yang berpikiran, saya pencuri.” Pungkas Mr. Peabody. []