Diabaikan di Daerah Asal, Junaidi Gayo Kembangkan Kampung Inggris di Bali (Bag. I)

oleh

Oleh : Tim Redaksi*

Junaidi Gayo, putra Gayo asli asal kampung Lelabu, kecamatan Bebesen Aceh Tengah, memiliki pengalaman kuliah S3 sembari bekerja sebagain pengajar selama 5 tahun di Jepang, lulusan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini juga membangun lembaga kursus bahasa Inggris si Pare, Jawa Timur.

Sukses dengan lembaga kursus miliknya di Pare, sejak tahun 2018, berusaha mengembangkan kampung Inggris di Gayo tanah kelahirannya.

Meski sebenarnya dirinya sadar kalau keuntungan yang dia dapat dari program kampung inggris di Gayo, jauh lebih kecil di tempat lain, Junaidi tetap berkeras untuk membangun program itu di Gayo.

Alasannya, selain karena naluri sebagai putra asli Gayo yang ingin daerah asalnya berkembang. Junaidi yang dulunya merupakan satu dari sekian siswa unggul dari pelbagai sekolah menengah tingkat atas yang dipilih oleh mantan bupati Aceh Tengah, alm Mustafa M. Tamy untuk dipersiapkan menjadi tokoh-tokoh Gayo di masa depan, ingin mengulang program yang tidak lagi dilanjutkan oleh para bupati pengganti tokoh yang membidani lahirnya bandara Rembele dan kabupaten Bener Meriah ini.

Junaidi yang mengaku sangat terkesan dengan program siswa unggul yang digagas almarhum Mustafa M. Tamy yang selain dirinya juga telah mencetak seorang Yusradi Usman Al-Gayoni, Zamzam Mubarak dan Arbie Misra ini.

Selain sisi ideal, ambisi Junaidi untuk mengembangkan kampung Inggris di Gayo ini juga didasari pertimbangan, mulai tumbuhnya pariwisata di Gayo.

Menurutnya, selain wisata konvensional yang selama ini sudah berjalan. Kampung Inggris yang rencananya dia gagas, diyakininya akan menjadi magnet yang akan menarik minat banyak orang untuk berkunjung ke daerah kelahirannya ini.

Baca Juga : Mr.Jun; Anak Terasi, Tak Harus Minim Prestasi

“Konsep kampung Inggris ini, kalau dalam pariwisata masuk dalam segmen “education tourism” yang sebenarnya jauh lebih menguntungkan bagi ekonomi daerah dibandingkan wisata konvensional, karena waktu tinggal bagi siswa yang belajar di kampung inggris ini, jauh lebih lama dibandingkan waktu tinggal wisatawan konvensional,” ungkap Junaidi.

Dengan adanya waktu tinggal yang lama, otomatis ekonomi daerah, terutama di seputaran kampung Inggris itu akan berputar kencang dan menyumbangkan angka yang tidak kecil untuk PAD.

Sebagai contoh, berdasarkan informasi yang diberitakan oleh salah satu media online di Malang, perputaran kampung Inggris Pare rata-rata sekitar 10 milyar per bulan, dan uang itu langsung diserap masyarakat tanpa melalui perantara.

Alasan lain mengapa Junaidi sangat berambisi membangun kampung Inggris ini di Gayo adalah keprihatinannya melihat fenomena derasnya arus keluar siswa lulusan SMP di dua kabupaten Gayo, Aceh Tengah dan Bener Meriah, untuk melanjutkan pendidikan ke luar daerah entah itu Bireun, Langsa, Banda Aceh, Medan atau pulau Jawa.

Dengan adanya kampung Inggris ini yang rencananya akan diintegrasikan dengan beberapa sekolah menengah tingkat atas unggulan di dua kabupaten Gayo ini, Junaidi yakin kualitas sekolah menengah tingkat atas di Gayo akan melonjak dan bukan hanya menjadi daya tarik buat lulusan SMP asal Gayo untuk melanjutkan pendidikan di daerah ini, tapi dirinya optimis fenomena ini akan menarik siswa dari daerah lain untuk bersekolah di Gayo.

Kemudian, karena pengalamannya di Jepang yang membuat Junaidi memiliki jaringan yang bagus dengan industri di sana.

Menurutnya, Jepang yang saat ini kekurangan tenaga kerja akibat rendahnya angka kelahiran, sangat membutuhkan tenaga trampil asal Indonesia untuk dipekerjakan di sana.

Sementara di Gayo, tingkat pengangguran usia produktif sangat tinggi.

Karenanya, selain mengajarkan bahasa Inggris, dirinya juga berencana untuk membuka program pengiriman tenaga kerja ke Jepang, yang mana dalam program ini, selain mengajarkan bahasa Jepang, calon pekerja ini juga dibekali kemampuan memasak sendiri dan dilatih untuk beradaptasi dengan kultur Jepang.

Sayangnya, semua konsep yang digagas Junaidi untuk Gayo ini mental dan tak bisa berjalan.

Apa alasannya?

Nantikan di bagian kedua serial tulisan ini. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.