Masjid Jokowi di Bener Meriah, Terbengkalai dan Merana

oleh

Oleh : Risa Naulina Br.Pasaribu (Icha)*

Bangunan ini adalah sebuah masjid kecil berkonstruksi kayu, terletak di Kampung Bale Atu, Kecamatan Bukit, tidak jauh dari lokasi Bandara Rembele.

Masjid kecil ini dibangun oleh Presiden Joko Widodo ketika orang nomor satu di Indonesia ini masih menjabat sebagai salah satu manejer di PT Kertas Kraft Aceh (PT KKA). Saat itu, Presiden Republik Indonesia ini sendiri yang mendesain Mersah (sebutan bahasa Gayo untuk masjid kecil atau mushalla) yang dibangun di dalam Kompleks Perumahan PT KKA Desa Bale Atu ini.

Cerita berawal pada tahun 1987 ketika presiden Jokowi bersama sejawatnya di PT KKA termasuk almarhum pak Asep yang merupakan salah satu karyawan di PT KKA bersama warga sekitar membangun sebuah masjid kecil yang terbuat dari kayu berfondasi beton untuk tempat ibadah.

Selain mendesain “mersah” atau masjid kecil, Presiden juga mendesain Kompleks Perumahan Karyawan KKA di kampung Bale Atu tersebut. Kompleks Perumahan PT KKA Kampung Bale Atu Bener Meriah ini, sudah tidak berfungsi lagi, sejak kegiatan KKA mulai vakum sekitar tahun 1998/1999.

Saat itu para penghuni kompleks karyawan KKA yang berasal dari luar daerah mulai meninggalkan kompleks, sehingga banyak rumah yang kosong dan hanya tinggal beberapa orang yang kebetulan penduduk asli Bale Atu yang mendiami tempat itu.

Lokasi Masjid kecil itu berdekatan dengan Masjid Jami Istiqamah Bale Atu, terpisah jarak hanya sekitar 50 meter, sehingga jamaah lebih suka ke masjid untuk beribadah, akibatnya lama-kelamaan masjid kecil tersebut tidak lagi berfungsi.

Masyarakat setempat menyebut masjid kecil itu sebagai “Mersah Jokowi” tapi seperti yang disebutkan di atas, sayang sekali Mersah itu tidak lagi berfungsi. Sekarang, meski mersah tersebut masih berdiri tegak, tapi tampilannya benar benar mengenaskan berada dalam semak yang dikelilingi pohon kopi.

Sebagian dinding dan lantainya yang sudah lepas memperlihatkan masjid ini sudah lama tidak difungsikan. Meskipun, syukur Alhamdulillah, properti Mersah tersebut seperti karpet untuk alas shalat dan beberapa kaligrafi masih dapat diselamatkan dan sekarang terpasang di masjid Istiqamah Bale Atu.

Di depan masjid itu terdapat sebuah pamflet berisi foto-foto dan keterangan tentang pembangunan masjid.

Dengan ditemukannya “Mersah Jokowi” tersebut, ini dengan otomatis menggugurkan anggapan tidak benar selama ini bahwa rumah ibadah yang dibangun Presiden Jokowi sudah digusur untuk kepentingan pembangunan BANDARA REMBELE, yang diresmikan 2 Maret 2016 silam.

Untuk kita ketahui, selama bekerja di Bener Meriah, presiden tinggal di Rumah Merah, yang berada di kaki gunung Burni Telong. Disebut Rumah Merah, karena rumah tersebut dicat merah dan rumah itu adalah rumah peninggalan Belanda. Di sana juga ada Taman Arboretum yang juga ditanam oleh Presiden.

Presiden Joko Widodo berada di Bener Meriah selama tiga tahun, pada akhir 1985 atau awal 1986 sampai 1988. Ketika itu presiden bekerja di bagian penyemaian dan pembibitan KKA. Saat presiden jokowi tinggal di Bener Meriah, wilayah ini belum mengalami pemekaran sehingga masih termasuk wilayah kabupaten Aceh Tengah.

Menurut sahabat presiden Jokowi semasa bekerja di PT KKA, presiden sering menikmati secangkir kopi Gayo, namun bukan pecandu kopi saja, bahkan presiden Jokowi menyukai cara orang Gayo mengistimewakan tamu dengan menawarkan “Ngupi Mulo, Mangan Mulo” Yang Artinya (Ngopi dulu, makan dulu).

Ahli waris pemilik lahan tempat dibangunnya masjid kecil atau merah oleh presiden Jokowi itu yang bernama “Hasan Husen Bin Oesin Setie Gunung”. Bersedia menghibahkan atau mewakafkan lahan seluas 1 Hektar, dengan harapan presiden bersedia merenovasi masjid kecil itu untuk direhap dan difungsikan kembali serta di area itu dibangun museum presiden Jokowi.

Hingga saat ini ada berbagai usulan dari banyak pihak agar bekas buah jari Bapak Presiden Joko Widodo itu dilestarikan, dan sudah pernah ada yang mengusulkan untuk dibangun semacam Museum dengan segala cerita dan benda-benda peninggalan Jokowi, sebagai pusat dokumentasi dan penyimpanan Jejak-jejak Bapak Joko Widodo ini bisa dijadikan destinasi wisata sejarah di Tanah Gayo.

Dan masyarakat juga berharap presiden Joko Widodo yang pernah membai’at dirinya sebagai orang Gayo, dan Gayo adalah kampung halamannya yang kedua, dapat membantu rehabilitasi masjid kecil yang lebarnya lebih dari 12×12 Meter itu.

Penulis adalah peserta pelatihan Jurnalistik yang Digelar Cabdin Bener Meriah bekerjasama dengan LintasGAYO.co dari SMKN 2 Bener Meriah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.