Penuh Sejarah, Pabrik Kopi Peninggalan Belanda, Seakan Terlupakan, Butuh Tindakan Perubahan

oleh

Oleh : Intan Wahyuni*

Berkarat, lapuk, dan tua. Begitulah kiranya gambaran bangunan bersejarah dari peninggalan Belanda ini. Keberadaannya seakan terlupakan dan tak dihiraukan, padahal menyimpan berbagai cerita dan menjadi saksi bisu dari jejak kaki Belanda di tanah Gayo ini.

Pabrik ini bertempat di desa Bandar Lampahan, kecamatan Timang Gajah, kabupaten Bener Meriah. Bangunannya sudah tertutup rumput jalar, semakin berkarat dengan debu jalan yang menghinggapi.

Tak tahu pasti entah mengapa pemerintah daerah dan pemerhati sejarah tidak mengolah tempat ini. Kurang strategis apalagi pabrik kopi tua ini, tepat dipinggir jalan raya, terlihat setiap saat oleh orang banyak yang bukan hanya masyarakat daerah tapi juga orang luar.

Bahkan saya sendiri, hampir tidak tahu bangunan pabrik ini, untungnya dengan tempat tinggal yang tidak jauh dari sana dan keluarga juga kakek nenek yang tahu tentang sejarahnya membuat saya berpikir bahwa tempat ini tidak boleh terbengkalai begitu saja. Cerita tentang sejarah pabrik kopi ini tidak boleh tenggelam di era yang semakin modern, sebab generasi penerus seperti kami harus tahu sejarah itu, dan harus diberi tahu.

Ekplorasi pengetahuan tentang ikon bersejarah hendaknya dilakukan secara menyeluruh termasuk pabrik kopi ini. Sebab selain memberi dampak pada penanaman kecintaan terhadap tanah Gayo juga bisa membuka pikiran masyarakat kita “Inilah tempat kelahiran kita, asal kita ternyata memiliki sejarah yang berharga.” Dalam artian, berharga bukan hanya dalam lingkup daerah tapi juga negara bahkan dunia.

Jika tidak ada sentuhan untuk memperbaiki dan menghidupkan kembali pabrik kopi ini dalam bentuk ikon sejarah, mungkin lambat laun tak ada satupun yang tahu tentang pabrik kopi, bagaimana bisa berdiri, siapa pendirinya, siapa penerus kisah nya.

Hal itu pasti akan terjadi karena tak ada dukungan dan semangat untuk meneruskan pengetahuan sejarah kepada generasi muda seperti kami. Mungkin ada, tapi hanya satu dua orang saja, seharusnya semua dari kita harus tahu agar aset ini terus dapat di jaga

Memanglah pabrik kopi tersebut adalah milik alm. Tgk Ilyas Leube yang menurut pengakuannya secara pribadi adalah raja linge XIX, Sebagai hadiah dari pemerintah atas jasanya dalam perang mempertahankan kemerdekaan pada era setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Namun tetap saja bukan berarti tidak dapat di olah bersama, penerus dari keluarga Tgk. Ilyas Leube juga berharap adanya perhatian dari pemerintah untuk pabrik kopi ini.

Mengapa saya berkata akan terlupakan, karna sudah sejak lahir saya mengenal tempat ini, tapi yang saya tahu jika di tanya hanya ” ini pabrik kopi ” tempatnya saja, tapi tidak dengan cerita sejarahnya. Selain itu bagi pelintas jalan raya yang melewati kawasan pabrik itu hanya seperti melihat bangunan pabrik kopi tua biasa, karena memang tak ada yang menarik mata atau menunjukkan bangunan bersejarah, sebagian orang saja yang mengetahuinya itupun pasti sama seperti saya hanya pabrik zaman Belanda saja.

Untuk bertanya mengenai sejarah pabrik kopi saja saya hanya bisa bertanya pada para kakek nenek di kampung ini, sepertinya sudah terlupakan pada satu tingkatan generasi yaitu orang tua kami, takutnya pada generasi kami sejarah itu akan benar-benar hilang.

Selama tinggal dan tumbuh di kampung Bandar Lampahan, tempat dimana pabrik kopi ini berada, saya melihat orang tua disini seperti menyimpan cerita sendiri. Apakah tak ada gebrakan untuk menghidupkan kembali pabrik kopi tua yang sudah tak berfungsi ini, sekiranya memang tak dapat berfungsi seperti awal didirikan, namun dari sejarah yang begitu penjang bisa menjadi jalan untuk membuat ikon ini dikenang. Dengan membangun museum, wisata budaya, atau lainnya yang dikira dapat berhasil mengubah, tidak ada salahnya mencoba.

Jangan salahkan generasi muda yang kehilangan rasa cinta tanah airnya karena tidak tahu sejarah daerah sendiri, karena tidak ada dukungan dari orang tua yang lebih tahu. Bukan hanya aset seperti pabrik kopi ini yang sampai sekarang masih terbengkalai, tapi masih banyak tempat lain yang bernasib sama dan harus di ingat itu adalah aset berharga jangan sampai orang luar yang menyentuhnya. Daerah kita terkenal karena kopi, kita juga hidup sebagian besar dari kopi tapi mengapa aset dari kopi tak kita jaga dan lestarikan.

Wisata pemandian air panas yang tepat melewati pabrik ini seakan tak dapat membantu membangun pandangan orang, tidak membuat pabrik kopinya seterkenal tempat wisatanya. Apalagi sudah hampir 2 tahun pemandian di tutup seakan semakin mengubur sejarah berharga di hadapannya. Sebenarnya pabrik ini sempat berfungsi sebagai rumah makan atau semacam restoran itupun sekitar 7 tahun yang lalu, berdiri hanya beberapa waktu saja kemudian di tutup kembali.

Di barengi dengan era modernisasi dan teknologi yang semakin canggih, penurunan sejarah kepada generasi muda seperti kami bisa dilakukan secara real, kami bisa melakukan study tour atau orang lain juga dapat berkunjung ke pabrik kopi karna ketertarikan awal pada tempat tanpa di sadari juga sekalian mengenal sejarahnya.

Maka perlunya langkah untuk menghancurkan gerbang kegelapan akan nilai sejarah ini. Jika pabrik kopi diperlakukan layaknya tempat ikon bersejarah seperti tugu Rimba Raya dan lainnya. Maka akan berperluang besar pada peningkatan pemberdayaan dan pembudayaan sejarah Gayo dan tanpa disadari juga berpengaruh pada ekonomi masyarakat sekitar dimana terciptanya peluang lapangan pekerjaan.

Apalagi di Kampung Bandar Lampahan juga terdapat Wisata Burni Telong yang menarik banyak kalangan sehingga dengan semakin dibangun dan dikelola tempat bersejarah yang ada, juga semakin menarik seluruh mata. Selaku generasi penerus saya prihatin dan menginginkan hal ini didengar dan diperhatikan oleh pemerintah daerah maupun masyarakat sekitar.

Karena saya hanya anak muda bisa berkata namun dalam berbuat hanya pihak berwenang yang dapat menjalankannya. Jangan sampai di kemudian hari, kami mendengar sejarah daerah sendiri dari orang luar, miris sekali nasib kami.

Semoga dengan ini, ada satu perubahan besar yang menjadi batu loncatan kita dalam memperbaiki sejarah Gayo yang terancam tenggelam dan terlupakan. Dan anak cucu generasi setelah ini juga akan selalu mengenang segala sejarah dari Gayo termasuk pabrik kopi peninggalan Belanda ini.

*Penulis adalah peserta Pelatihan Jurnalistik yang Digelar Cabdin Bener Meriah Bekerjasama dengan LintasGAYO.co dari SMAN 3 Timang Gajah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.