Timang Gajah, Kampung Durian di Bener Meriah

oleh

Oleh : Aina Sabela*

Menurut saya pribadi dataran tinggi gayo merupakan salah satu wilayah yang terkenal dengan alam dan budayanya. Dimana hal tersebut dapat kita lihat dari ruang lingkup kehidupan masyrakatnya yang sangat bervariasi, budaya dan alam dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dari kehidupan masyrakat. Begitu pula dengan hasil tanaman yang ada di Gayo.

Mungkin selama ini orang hanya mengenal Gayo dengan kopi, kentang dan hasil palawija, tapi sebenarnya ada hasil pertanian unggulan lain di Gayo, yaitu durian Salah satu daerah di Gayo yang menghasilkan durian berkualitas adalah Timang Gajah yang terletak di kabupaten Bener Meriah.

Durian dari daerah ini terkenal berkualitas karena mulai dari rasa yang mengugah selera dan mengetarkan setiap lidah yang mencobanya.

Setiap tahunnya kampung Timang Gajah dikunjungi begitu banyak masyarakat dari seluruh kabupaten kota dikarenakan musim durian yang terjadi hanya setahun sekali. Hal ini membuat orang-orang lain berdatangan untuk mencicipi durian kampung ini.

Tak heran kampung ini disebut sebagai kampung penghasil durian terbaik di kabupaten Bener Meriah. Saya sendiri mempunyai kebun durian pribadi, tapi anehnya saya sendiri enggan memakan durian dikarenakan bau yang menyengat serta rasa durian yang menurut saya penuh gas.

Tapi menurut kerabat yang berdatangan, durian kampung Timang Gajah sangat lezat dan memiliki rasa yang tak tertandingi.

Karena memiliki ciri khas rasa yang lezat, durian ini begitu disukai masyarakat sehingga bisa menjadi salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar.

Ayah saya yang setiap pagi dan sore hari selalu mengumpulkan durian yang akan dijual ke pengepul durian, adalah salah satunya. Ada berbagai variasi harga durian yang dijual di Timang Gajah. Jika durian yang kualitas super akan dihargai dengan sekitar 3 buah durian kisaran Rp. 100 ribu. Sementara yang berkualitas rendah akan dihargai Rp. 8.000 per buahnya.

Tidak hanya itu, yang saya ketahui bahwa di sini, yang dipanen bukan hanya durian yang sudah jatuh tapi masyarakat Timang Gajah juga menggunakan sistem durian yang belum matang namun sudah jatuh, untuk diolah menjadi makanan makanan, contohnya seperti asam durian, pancake durian, namun sayangnya makanan tersebut tidak dibuat oleh masyarakat Timang Gajah sendiri, melainkan diproduksi di luar kota.

Sebelum didistribusikan ke luar kota durian terlebih dahulu dibelah dan dimasukkan kedalam wadah yang akan dibekukan terlebih dahulu.

Inilah sebabnya, mengapa masyarakat sekitar kampung Timang Gajah sangat memprioritaskan durian yang telah menjadi objek daya tarik utama kampung Timang Gajah setiap tahunnya.

Walaupun telah menjadi objek daya tarik utama setiap tahunnya, petani durian memliki masalah yang cukup rumit dikala pemanenan. Masalah yang dihadapi yaitu maraknya pencurian durian yang sudah jatuh. Pandangan saya setiap tahunnya tradisi pencurian durian ini tidak berubah ubah, malah semakin menjadi menjadi.

Hal ini menjadikan petani durian lumayan kehilangan cuan akibat perbuatan mereka. Karena ini petani durian harus benar benar waspada. Persoalan yang belum teratasi ini menuntut mereka untuk selalu berjaga, malahan ada yang sampai menginap dikebun durian tersebut. Tak heran jika musim durian tiba semua petani durian jarang berada dirumah mereka.

Anehnya lagi jika musim durian telah tiba, banyak yang mengaku kerabat kita. Bahasa gaulnya ara doren, ara sudere. Tapi menurut saya pribadi kalimat itu harus dihempas jauh jauh, karena tuhan memberikan kita rezeki maka rezeki itu adalah sebagian rezeki orang lain. Dan itu akan menjadi ladang pahala bagi kita.

Permasalahan yang satu lagi adalah, tentang pembuangan limbah durian. Bagi penjual durian yang berjualan tidak memanfaatkan limbah tersebut dengan baik, mereka menyia nyiakan limbah tersebut. Seharusnya mereka memanfaatkan nya seperti menjadi kan kan pupuk, karena limbah tersebut adalah organik.

Jika menjadikan limbah tersebut sebagai pupuk akan bisa menjadi ladang uang tambahan bagi masyarakat sekitar. Namun sampai saat ini setelah saya perhatikan selama beberapa tahun belum menemukan titik terang permasalahan tersebut. Akhirnya limbah durian yang dapat diolah menjadi pupuk, terbuang sia sia hanya karena belum ada yang mengolah nya.

*Siswa SMAN 1 Timang Gajah, peserta pelatihan jurnalistik yang digelar Cabdin Disdik Bener Meriah bekerjasama dengan LintasGAYO.co 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.