Blangkerejen-LintasGAYO.co : Berita tentang seminar nasional terkait sejarah Gayo yang diselenggarakan oleh Dewan Adat Gayo (DAG) telah tersebar ke seluruh wilayah Gayo.
Berita ini tidak hanya menyebar di sekitar wilayah di Takengon, Bener Meriah dan sekitarnya.
Informasi tentang adanya seminar yang bertajuk nasional ini teryata juga menyita perhatian masyarakat Gayo di kabupaten lain, salah satunya Gayo Lues.
Tapi bukannya gembira, berdasarkan pengakuan salah seorang tokohnya, masyarakat Gayo Lues justru merasa kecewa ketika mengetahui adanya seminar tentang sejarah Gayo di Takengen ini yang berlangsung tanpa melibatkan masyarakat Gayo di pelbagai wilayah Gayo lainnya, mulai dari Gayo Lues, Serbejadi dan Kalul.
Buniyamin, seorang tokoh masyarakat Gayo Lues melalui sambungan telepon kepada LintasGAYO.co, menyampaikan rasa marahnya terkait kegiatan ini.
“Bung…. Gayo itu bukan Takengon saja. Kalau mau bicara tentang sejarah dan adat budaya Gayo, ajak juga Gayo yang lain. Gayo Lues, Gayo Lokop Serbejadi, Gayo Kalul dan lain-lain,” kesalnya, Selasa 21 Februari 2022.
Buniyamin kemudian membuka kembali lembar sejarah, ketika Gayo Lues memulai seminar yang mengumpulkan seluruh perwakilan kelompok masyarakat yang berasal dari seluruh wilayah yang dihuni masyarakat Gayo, mulai dari Aceh Tengah, Bener Meriah, Lokop Serbejadi, Aceh Tenggara dan Kalul, lalu melakukan seminar di Belang Kejeren beberapa tahun yang lalu.
Pada akhir seminar itu, disepakati kalau seminar selanjutnya yang menghadirkan perwakilan dari seluruh wilayah Gayo akan dilangsungkan di Takengen.
Tapi kesepakatan itu tak pernah dijalankan, sampai tiba-tiba muncul seminar tentang Gayo yang bertajuk nasional, tapi sama sekali tidak melibatkan perwakilan Gayo dari luar wilayah Lut ini.
“Ini kenapa kalian orang Takengon dalam membicarakan Gayo dalam seminar nasional tidak melibatkan kami, Gayo yang lain. Coba berpikir jernih, jangan licik,” semburnya lagi.
Buniyamin meminta dengan tegas kepada siapapun untuk tidak pernah berbicara tentang Gayo sebelum mengerti Gayo itu siapa saja dan daerahnya mana saja.
Menurut Buniyamin, Gayo itu luas meliputi Gayo Lut, Gayo Deret, Gayo Lues, Gayo Lokop Serbajadi dan Gayo Kalul.
Kemudian dia menambahkan bahwa kita harus dewasa jika berbicara Gayo. Menurutnya, orang Takengon sudah sangat sering berbicara tentang Gayo, seolah mewakili seluruh Gayo, padahal ruang lingkupnya hanya “tarak” (kandang) sendiri.
Menurut Buniyamin, perilaku seperti itu adalah perilaku yang licik dan pengecut.
Kemudian Buniyamin juga mempermasalahkan keberadaan Dewan Adat Gayo. Menurutnya, lembaga ini terlalu lancang untuk lagi-lagi membawa nama Gayo tanpa melibatkan Gayo di luar Takengen.
“Itu kan cuma Dewan Adat orang Takengon, kenapa bawa-bawa nama Gayo. Saya selaku anggota masyarakat Gayo Lues menuntut Dewan Adat itu membuang nama Gayo dari namanya, karena kami sebagai masyarakat Gayo di Gayo Lues sama sekali tidak merasa terwakili oleh mereka, kami juga sama sekali tidak dilibatkan dalam pembentukannya dan perjalanan Dewan Adat itu pun, yang mereka wakili cuma orang Takengon,” protes Buniyamin lagi dengan nada tinggi.
Selain tidak melibatkan masyarakat Gayo Lues, Buniyamin juga yakin kalau orang Gayo lain non Takengen, baik itu orang Gayo Lokop Serbejadi dan Gayo Kalul juga tidak dilibatkan. Jadi menurutnya, sangat jelas kalau Dewan Adat itu sama sekali tak memiliki hak untuk menyandang nama Gayo di dalam namanya.
“Bagi saya, itu bukan Dewan Adat Gayo tapi Dewan Adat Takengon. Ini kan tidak pernah digodok dengan melibatkan semua daerah Gayo. Kenapa kalian lancang sekali menggunakan nama Gayo untuk lembaga itu, seolah lembaga itu mewakili kita semua.
Kita ingin besar, tapi lupa justru tindakan lancang yang tak menaruh sedikitpun rasa hormat pada masyarakat Gayo di daerah lain itu justru meluluhlantakkan peradaban Gayo secara keseluruhan,” pungkasnya.
[Redaksi]