Takengon-LintasGAYO.co : Bupati Aceh Tengah Drs. Shabela Abubakar menggunting pita sebagai simbolis dibukanya secara resmi gelaran pameran Peninggalan benda bersejarah dan benda pusaka lainnya dari sisa kejayaan kerajaan Reje Linge, di Pintu Utama Gedung Olah Seni (GOS) Takengon, Sabtu Malam (19/02/22). Kegiatan ini merupakan serangkaian kegiatan Pekan Kebudayaan Gayo.
Pameran atas inisiasi Dewan Adat Gayo (DAG) bekerjasama dengan Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tengah ini juga dirangkai dengan Pekan Kebudayaan Gayo (PKG) yang akan berlangsung hingga Sabtu 26 Februari 2022 mendatang, dengan diisi berbagai agenda, diantaranya Festival Tari Guel dan lagu Hymne Gayo, Seminar adat dan budaya Gayo, atraksi adat dan seni Gayo serta perlombaan pentas seni Gayo lainnya.
Bupati Shabela Abubakar bersyukur atas terselenggaranya pameran benda pusaka Reje Linge dan benda bersejarah lainnya yang turut ditampilkan, selain sebagai media informasi, sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat, kiranya juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang kebetulan sedang berkunjung di Kabupaten Aceh Tengah.
Adanya pameran itu diharapkan dapat memberikan informasi dan mengenalkan lebih dekat dengan sejarah kejayaan Kerajaan Reje Linge kepada masyarakat, serta bertujuan untuk meletakkan dasar pengakuan bahwa suku Gayo telah mendiami tanah leluhur di dataran tinggi Gayo sejak ribuan tahun silam.
”Kami menilai kegiatan seperti ini merupakan kepedulian bersama dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya dan adat istiadat di tengah kemajuan teknologi informasi yang semakin luas dan terus berkembang,” kata Shabela.
Pameran tersebut diharapkan menumbuhkan rasa cinta masyarakat, terutama kaum generasi muda, karena seni budaya dan adat istiadat merupakan karakter dan dasar peradaban dari suatu suku bangsa. Bila seni budaya dan adat istiadat masih mengakar dengan kokoh maka menunjukkan karakter bangsa itu masih kuat dan akan tetap lestari.
“Itulah yang harus kita jaga dan pertahankan dari generasi ke generasi, agar anak cucu kita kelak tidak menyalahkan kita, mengapa tidak mewarisi seni dan budaya Gayo kepada mereka sebagai generasi penerus kita,” tutur Shabela lebih lanjut.
Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah beserta pihak terkait terus berupaya mengingatkan pemerintah pusat bahkan dunia internasional, bahwa keberadaan suku Gayo adalah suku asli yang telah lebih dahulu mendiami dataran tinggi Gayo, terbukti dari fakta-fakta sejarah dan hasil penelitian yang ada, walau disayangkan hingga saat ini belum sepenuhnya disetujui dan diakui.
Pemerintah daerah sangat berkomitmen untuk mempertahankan seni dan budaya gayo yang kita miliki, hal ini tentunya membutuhkan dukungan dari seluruh elemen, terutama dari komponen masyarakat, karena pemerintah daerah tidak dapat berbuat sendiri tanpa adanya keterlibatan dan kepedulian dari semua pihak.
“Meskipun berbagai upaya yang kami lakukan masih belum membuahkan hasil yang memuaskan, Insya Allah Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah akan terus berkomitmen,” tegas Bupati Shabela.
Sebelumnya, ketua Panitia Pekan Kebudayaan Gayo, Syukur Kobath mengatakan, acara yang diselenggarakan ini, menampilkan beragam kegiatan seperti, pameran peninggalan kerajaan Reje Linge di masa lampau, festival tari guel, perlombaan Hymne Gayo. Berlangsung mulai 19-24 Februari 2022.
Ia mengatakan, saat ini status suku Gayo terancam kehilangan identitas. Atas dasar pemikiran itu, pihaknya melalui Dewan Adat Gayo kembali menyegarkan generasi muda atas torehan-torehan kejayan Reje Linge dalam mempertahankan kekuasaan di masa lampau.
“Untuk itu kita selenggarakan seminar nasional, guna mengetahui lebih detail tentang rekam jejak Gayo di masa lampau, begitupun dengan pameran benda pusaka Reje Linge, supaya kita bisa melihat langsung bagaimana koleksi di masa itu. Mari kita mengenang kekuasaan pada saat itu,” kata Syukur Kobath.
Sukur Kobath mengingatkan generasi muda untuk berpendirian teguh mengenang amanah dari keturunan orang Gayo (Munyang-Datu-red). “Kita ingin mengedukasi generasi penerus, bahwa kejayaan kerajaan Reje Linge sangat berperan dalam peradaban, mulai dari tanah karo hingga Selat Malaka,”ujarnya.
Diharapkan Sukur Kobath, ke depan generasi muda dapat merubah kebiasaan tradisi lisan menjadi tradisi tulisan, melalui semangat membaca dan menulis, sehingga semua kegiatan-kegiatan atau ilmu yang didapat terdokumentasi dengan baik. “Kita harus mampu mempertahankan adat dan budaya Gayo yang menjadi identitas, bahasa ibu jangan sampai luntur. Jangan sampai akulturasi budaya luar mengganggu peradaban kita,” tutup Ketua Panitia, Syukur Kobath.[]
Masih dalam rangka memeriahkan Hut Kota Takengon ke 445, kegiatan tersebut turut dihadiri Komunitas Masyarakat Gayo Serumpun, Bupati Gayo Lues H. Muhammad Amru beserta rombongan, Bupati Bener Meriah atau yang mewakili, jajaran Forkopimda, Forkopimda Plus Kabupaten Aceh Tengah, Pimpinan Dewan Adat Gayo Ir. H. Tagore Abubakar, Pejabat OPD Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues Beserta Jajaran, Ketua TP PKK Aceh Tengah, Gayo Lues dan Aceh Timur beserta rombongan, tamu undangan dan Masyarakat yang tampak antusias menyaksikan kegiatan tersebut.
[Red]