Peserta Tuding Penyelenggara Piala Soeratin Aceh Amatiran, Begini Penjelasan Panpel

oleh

BANDA ACEH-LintasGAYO.co : Sebagaimana surat yang dikeluarkan Asprov Aceh bertanggal 27 Desember 2021 yang ditujukan kepada para ketua klub peserta kompetisi piala Soeratin U-17 2021, Kick Off berlangsung pada tanggal 5 – 7 Januari 2022.

Sebenarnya, sebagaimana kompetisi Soeratin yang berlangsung secara nasional di masing-masing provinsi. Kompetisi Piala Soeratin ini dibagi dalam tiga kategori, masing-masing untuk U – 13, U -15 dan U – 17.

Tapi entah karena alasan apa, penyelenggara kompetisi Piala Soeratin di Aceh hanya mempertandingkan U – 13 dan U-17. Kompetisi U – 15 tidak diselenggarakan tanpa ada penjelasan yang memuaskan.

Meskipun Asprov Aceh hanya menyelenggarakan kompetisi U – 13 dan U -17, tapi begitu banyak kejanggalan yang terjadi dalam praktek penyelenggaraan kompetisi Piala Soeratin Aceh 2021 yang berlangsung di Bireun ini.

Kepada LintasGAYO.co, seorang admin akun sport lokal “BandaAceh Football” mengatakan kalau ada banyak sekali ketidak konsistenan yang dipamerkan oleh panitia penyelenggara Piala Soeratin 2021 ini, sehingga beberapa tim peserta sangat dirugikan dan sebaliknya, beberapa tim lain diuntungkan oleh aturan yang plin plan dan ditafsirkan seenak perut sesuai keinginan panitia penyelenggara.

Salah satu tim yang sangat dirugikan oleh kekonyolan caral penafsiran aturan oleh panitia penyelenggara adalah tim Bintang Aceh dari Aceh Besar.

10 orang pemain tim Bintang Aceh dengan tahun kelahiran 2006, dilarang oleh panitia untuk turun bertanding di kategori U -17, dengan alasan kompetisi U – 17 diperuntukkan untuk pemain kelahiran 2004 dan 2005.

Manejer tim ini mencak-mencak melihat kekonyolan yang dipamerkan panitia. Dia bisa maklum kalau pemainnya dilarang turun, kalau pemainnya kelebihan usia. Tapi, ini usia mereka jelas-jelas masih di bawah 17 tahun, tapi karena menurut panitia usianya terlalu muda, mereka tidak diizinkan turun. Akibatnya, dari seluruh anggota tim mereka, yang awalnya cukup 11 orang, tapi ketika beberapa pemain mereka cedera saat posisi sudah unggul 2 – 0, mereka dilarang oleh panitia untuk menurunkan pemain kelahiran 2006, akibatnya hanya 7 orang pemain yang masih fit bertanding di lapangan, sehingga sang lawan bisa menyamakan kedudukan menjadi 2 -2.

Admin “BandaAceh Football” yang tidak ingin disebutkan namanya ini menyatakan rasa herannya dengan kekakuan panitia pada regulasi yang menyatakan bahwa pemain yang turun untuk Piala Soeratin U -17 adalah kelahiran 2004 dan 2005 dan menolak dengan tegas tim yang bertanding menurunkan pemain kelahiran 2006.

“Ini menunjukkan, seolah-olah panitia begitu taat pada regulasi sehingga tak ada kompromi sama sekali. Tapi, pada aturan lain yang mengharuskan pelatih kepala di setiap tim memiliki setidaknya lisensi C PSSI dan asisten pelatih setidaknya memiliki lisensi D PSSI, sama sekali tidak permasalahkan. Padahal kalau memang mereka sebegitu ketat pada regulasi, urusan lisensi pelatih inilah yang pertama kali mereka permasalahkan,” ujarnya.

Ketika hal ini LintasGAYO.co konfirmasi kepada panitia penyelenggara, Jack, Wasekum II Asprov Aceh membantah kalau panitia penyelenggara pilih kasih dan plin-plan.

Menurut Jack, apa yang dialami oleh klub Bintang Aceh yang dilarang menurunkan pemain kelahiran 2006 memang sudah sesuai dengan aturan oleh PSSI, sebab memang untuk pertandingan kategori kelompok umur U – 17 memang dalam regulasinya, jelas dinyatakan bahwa kategori ini diperuntukkan untuk pemain kelahiran 1 Januari 2004 – 31 Desember 2005.

“Ada batas umur bawah dan batas umur atas,” ujarnya. (Pada salinan dokumen yang diterima LintasGAYO.co dari Asprov PSSI Aceh, pernyataan tentang batas atas dan batas bawah usia ini termuat dalam pasal 29 ayat satu pada butir D)

Sementara itu, terkait tudingan bahwa panitia tidak tegas pada regulasi yang mengharuskan pelatih kepala memiliki lisensi C PSSI, Wasekum II Asprov PSSI Aceh ini menegaskan bahwa itu tidak benar, karena ketika pendaftaran, seluruh tim memang sudah melampirkan persyaratan bahwa pelatih kepala tiap tim memang memiliki lisensi C PSSI, meski dalam prakteknya, mereka tidak mendampingi tim saat bertanding.

“Karena saat bertanding, tim hanya didampingi oleh asisten pelatih yang memiliki lisensi D PSSI, dan itu juga dibenarkan oleh regulasi.” Pungkasnya.

[Win Wan Nur]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.