[Puisi] Siapa Yang Mengundang Tsunami
Zulfriansyah
Hari itu minggu 26 desember 2004.
Tiba tiba saja alam berdansa dalam hentak seribu kaki
Pagi itu cerah ketika laut marah
Menumpahkan resah dalam kisah pilu
Ombak yang manja berubah Tsunami
Jerit, ratap dan doa dalam bahasa tanpa warna
Kita berlarian untuk selembar nyawa
Dunia seakan ingin pamit
Inikah yang disebut kiamat
Yang tersisa hanya puing-puing
Yang tersisa cuma air mata
Nyawapun dalam keadaan basah
Di pojok waktu kita pun mulai bisu
Sembari belajar untuk senyum lagi
Duhai…….dunia akhirat
Mengapa ini terjadi
Siapa yang mengundang tsunami?
Saudaraku
Kita yang mengundangnya
Dosa kita adalah surat undangannya
Jangan salahkan diri-Nya
Tsunami cuma bonus terindah
Atas dosa kita yang bernilai sempurna
Percayalah
Percayalah
Percayalah
Sekarang kita sedang mencetak surat
Undangan kedua
Inmemorial 17 tahun tsunami menghantam bumoe Serambi Mekah
diwaktu yang tersisa kulabuhkan sekuntum doa
untuk yang telah tiada atau masih tersisa
Meulaboh – Aceh Barat, Desember 2021
[SY]