11 Tahun Berlalu, Akhirnya Indonesia Bantai Malaysia 4 – 1 dan Juarai Grup B AFF 2020

oleh

Catatan : Win Wan Nur*

Sebelas tahun berlalu sejak final piala AFF 2010, yang berakhir ironis bagi Timnas Garuda.

Indonesia yang saat itu dilatih oleh mantan pelatih Vietnam, Alfred Riedl asal Austria, sedang berada di puncak penampilan dan merupakan tim terbaik di turnamen, harus rela menyerahkan Piala AFF ke Malaysia, setelah kalah 0 – 3 di Malaysia. Meski kemudian kekalahan ini, dibalas di Jakarta dengan skor 2 – 1, tapi Indonesia yang di fase grup mengalahkan Malaysia dengan skor telak 5 – 1, tetap harus kalah karena selisih gol.

Tidak lama setelah itu, Indonesia kembali bertemu Malaysia, di final Sea Games Jakarta, yang rencananya akan menjadi ajang balas dendam sempurna terhadap Malaysia, meski yang bertanding adalah Timnas U – 23. Tapi apa lacur, Timnas U – 23 yang juga saat itu sedang bagus-bagusnya, kembali harus takluk, setelah kalah adu pinalti di final.

Di dua final itu, gawang Malaysia dijaga oleh kiper yang sama Khairul Fahmi.

Setelah itu, dalam 11 tahun berikutnya, Indonesia berulangkali bertemu Malaysia. Pelatih yang menangani timnas Indonesia datang dan pergi silih berganti, tapi tak sekalipun Indonesia bisa memenangkan pertandingan melawan tim sepakbola negeri jiran. Tim yang berjuluk Harimau Malaya ini seolah menjelma menjadi Kryptonite bagi Indonesia. Bahkan pelatih sekelas Luis Milla pun tak mampu membawa Tim Garuda mengalahkan Malaysia.

Entah kenapa, selama ini, setiap kali Indonesia bertemu Malaysia, para pemain Indonesia seperti bermain tidak biasa. Pemain Indonesia biasanya tak mampu mengontrol emosi, belum lagi wasit yang hampir selalu memihak Malaysia.

Alhasil, dari tahun ke tahun, Indonesia dibuat frustasi tiap kali bertemu Malaysia. Penonton juga mulai pesimis, tak lagi berani berharap menang tiap kali ketemu lawan yang satu ini.

Piala AFF 2020, Indonesia kembali dipertemukan dengan Malaysia di fase grup. Nada-nada pesimis mulai terdengar nyaring, disuarakan oleh para pengamat yang katanya paling mengerti sepakbola. Mengingat di dalam grup ini juga ada Vietnam, tim terkuat saat ini di kawasan. Rata-rata pengamat mengatakan kalau Indonesia akan angkat koper lebih awal.

Ketika turnamen dimulai, Indonesia tampil lumayan di pertandingan pertama. Indonesia berhasil memutus rangkaian hasil gagal menang di pertandingan awal Piala AFF. Indonesia berhasil membungkus tiga angka, dengan skor 4 – 2, meski memang lawannya hanya Kamboja. Hasilnya, kritik dari para pengamat yang paling paham bola, kembali deras mengalir.

Pertandingan kedua, melawan Laos, permainan Indonesia membaik, Laos berhasil dibekuk dengan skor 5 – 1. Tapi kritik, tak urung masih menghujani timnas Indonesia, karena melawan tim sekelas Laos saja masih bisa kebobolan.

Lalu, tibalah hari melawan Vietnam, tim yang baru mencukur “kryptonite” kita dengan skor 3 – 0. Nada pesimis makin kencang dihembuskan, tapi di sini Shin Tae Yong, pelatih Indonesia menunjukkan kelasnya. Melawan Vietnam yang beberapa bulan yang lalu menghajar tim Indonesia yang sama dengan skor telak 5 – 0. Nada pesimisme makin nyaring terdengar, karena Elkan Baggot, bek terbaik kita yang sebelumnya sudah turun melawan Laos, tak diizinkan oleh otoritas Singapura untuk bermain.

Melihat situasi ini, Shin Tae Yong menurunkan formasi bertahan total. Hasilnya, Vietnam dibuat frustasi sepanjang pertandingan. Meski mereka menguasai bola 71%, tapi mereka hanya mampu melepaskan satu tendangan ke gawang. Skor akhir 0 – 0, pemain bertahan Indonesia, Alfeandra Dewangga didapuk menjadi pemain terbaik pertandingan ini.

Selepas pertandingan ini, meski pegila bola Indonesia rata-rata mengapresiasi pencapaian tim asuhan Shin Tae Yong, para pengamat yang paling tahu sepakbola tetap meremehkan dengan alasan parkir bus lah, tak ada kehormatan lah, intinya, sepele.

Hari ini minggu 19 Desember 2021, pertandingan melawan Malaysia akhirnya tiba.

Awalnya, Indonesia tampil cukup meyakinkan, Shin Tae Yong yang memainkan tiga taktik berbeda dengan tiga lawan sebelumnya, kali ini kembali memilih taktik berbeda ketika melawan Malaysia, kentara sekali ini membuat para pemain Malaysia kebingungan.

Tapi, keasyikan menyerang, melalui sebuah skema serangan balik, Malaysia malah membobol gawang Indonesia.

Gol ini berawal dari sapuan Irfan Jaya yang jatuh di kaki lawan dan langsung melepaskan tendangan keras ke pojok kanan gawang yang dijaga oleh kiper Bali United, Nadeo Argawinata yang tak mampu menghadangnya meski sudah maksimal merentangkan badan.

Jaring gawangpun bergetar, Malaysia 1 – 0 Indonesia.

Para pemain Harimau Malaya, yang harus memenangkan pertandingan ini untuk bisa lolos ke final, tak pelak meluapkan suka citanya.

Suporter Indonesia kontan terdiam, bayang-bayang kekalahan melawan Malaysia kembali hadir di depan mata. Malaysia sepertinya akan semakin menegaskan diri sebagai kryptonite timnas Indonesia.

Tapi para pemain timnas asuhan Shin Tae Yong bukanlah ayam sayur, meski kebobolan, mereka tetap semangat menekan dan hasilnya, melalui sebuah skema serangan yang dibangun rapi, Witan yang berlari di sisi kiri pertahanan Malaysia, lolos dari pengawalan dan berhadapan langsung dengan kiper Khairul Fahmi, kiper yang dua kali mengalahkan Indonesia di final pada tahun 2010 silam.

Alih-alih menendang ke gawang, Witan malah memberikan umpan tarik alias Cut Back yang langsung disambar oleh Irfan Jaya dan bola melaju mulus ke gawang, skor imbang 1 – 1 dan Indonesia kembali di atas angin.

Berhasil menyamakan kedudukan tak membuat Indonesia puas, gawang Malaysia terus dibombardir, hasilnya Irfan Jaya kembali menggetarkan gawang Malaysia dan Indonesia unggul 2 – 1. Kali ini berkat asis dari Pratama Arhan, bek kanan Indonesia yang ini, meliuk-liuk di daerah pertahan Malaysia sebelum menyodorkan umpan yang dimaksimalkan oleh Irfan Jaya Skor ini bertahan hingga babak pertama berakhir.

Statistik pertandingan di babak pertama ini menunjukkan dominasi total Indonesia atas tim yang pernah jadi batu sandungan tak ada ampun ini.

Di babak pertama, Indonesia tercatat melepaskan 15 tembakan yang 5 di antaranya mengarah ke gawang dan dua di antaranya berhasil dikonversi menjadi gol. Sementara itu, Malaysia hanya mampu melepaskan dua kali tembakan dan hanya satu yang mengarah ke gawang dan menjadi gol.

Babak kedua, alih-alih mengendurkan serangan Indonesia malah menurunkan Elkan Baggot, pemain Ipswich Town berusia 17 tahun, yang tiap kali dirinya berada di lapangan, gawang Indonesia tak pernah bisa dibobol lawan.

Keberadaan Elkan Baggot, membuat lini serang Indonesia semakin percaya diri membombardir gawang Malaysia. Hasilnya, Pratama Arhan yang sebelumnya mencetak assist, berhasil menyarangkan gol ketiga buat Indonesia.

Sementara itu, di pertandingan lain grup B, Vietnam sudah unggul 4 – 0 melawan Kamboja, yang artinya kalau skor ini bertahan hingga akhir, Indonesia akan menjadi runner up Grup B, karena meskipun kedua tim ini sama-sama mengumpulkan nilai 10, Indonesia kalah selisih satu gol dari Vietnam. Yang membuat Indonesia harus bersiap-siap melawan Gajah Perang, Thailand di semifinal.

Tertinggal dengan selisih dua gol, Malaysia berusaha keluar menyerang, tapi tim yang disebut komentator pertandingan ini sebagai tim dengan usia tertua ini, tampak kepayahan meladeni tenaga muda tim Indonesia yang sebaliknya adalah tim dengan usia rata-rata termuda di turnamen ini. Polesan fisik ala Shin Tae Yong, benar-benar terlihat nyata.

Tak bisa menembus pertahanan Indonesia, Malaysia mengganti beberapa pemain, termasuk striker berwajah kaukasia, De Paula. Tapi, segala daya upaya itu mentok di barisan pertahanan Indonesia.

Ketika mereka mencoba umpan-umpan panjang, malah itu menjadi makanan empuk bagi Elkan Baggot, bek Indonesia yang bertinggi lebih dari dua meter.

Menjelang akhir pertandingan, Indonesia mendapat tendangan pojok yang diambil Evan Dimas, Elkan Baggot yang merangsek maju ke depan, memanfaatkan tinggi badannya, menyambut umpan lambung Evan Dimas tanpa mampu dihentikan para pemain bertahan Malaysia dan tanpa ampun, bola sundulan Elkan, mendarat mulus di jaring gawang.

4 – 1 untuk keunggulan Indonesia.

Skor ini bertahan hingga akhir pertandingan dan inipun benar-benar menjadi pembalasan yang sempurna.

Khairul Fahmi, kiper yang dua kali membuat patah hati pendukung Indonesia di dua final, kali ini tertunduk menanggung malu. Lebih sempurna lagi, salah satu pemain Malaysia yang turun di pertandingan ini adalah Badrool, kapten tim Malaysia di final Sea Games Jakarta yang berakhir dengan kekecewaan bagi Indonesia.

Dan kemenangan malam ini semakin sempurna, karena Vietnam gagal menambah gol dan selisih golnya dengan Indonesia pun jadi persis sama, 9. Tapi, Indonesia menang agresifitas karena berhasil menjaringkan 13 gol.

Akhirnya, lengkaplah sudah tim semifinalis AFF 2020.

Indonesia sebagai juara grup B, akan berjumpa dengan Singapura runner up Grup A. Sementara itu Vietnam yang harus rela menjadi runner up grup B, akan bertemu Thailand.

Kita nantikan aneka kejutan dari Shin Tae Yong dengan tim mudanya, semoga tahun ini Indonesia pecah telor, bisa menjadi juara setelah selalu kalah di lima final sebelumnya. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.