[Part IX] Kisah Mantan Gerilyawan GAM Linge : Dunia Terbalik

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Pada masa konflik Aceh, alam beserta isinya tampak nyata membantu gerilyawan GAM. Semesta menuntun pergerakan pasukan agar selamat dalam perjalanan menuju kawasan lainnya.

Ketika Muallim Muzakkir Manaf beserta 17 pasukan pengawalnya naik ke kawasan Linge, sudah barang tentu banyak meninggalkan bekas. Saya khawatir musuh akan menapaki bekas mereka. Sehingga kami berinisiatif untuk kembali lagi menutupi bekas-bekas itu. Belum jauh kami berjalan, ternyata sekelompok gajah sudah terlebih dahulu menutupi bekas-bekas itu.

Begitulah alam menyelamatkan pejuang dalam bergerilya. Kawanan gajah menghapus jejak pasukan Muallim bukanlah hal yang kebetulan. Kami juga sering mengalami peristiwa serupa.

Setiap kali kami diserang, sebenarnya sudah ada yang memberi tahu kepada kami dengan wujud berbeda-beda, tetapi kami terlalu sering mengabaikannya. Pasca penyerangan, baru kami sadar dan saling bercerita tentang detik-detik sebelum musuh menyerang,

Bagi saudara-saudara kami, kadang sudah curiga musuh akan menyerang, tetapi ia membesarkan hatinya bahwa keadaan aman dan meyakinkan pasukan lainnya, keadaan delapan dua belas.

Mengabaikan tanda-tanda alam menyebabkan banyak yang syahid dari pihak gerilyawan. Andai saja sedikit sensitif, tentu lebih banyak gerilyawan yang selamat.

Barangkali berita alam itu adalah buah dari do’a sebagian pasukan yang merapalkan; “Bismillahirrahmanirrahim berkat, Bismillahirrahmanirrahim nikmat, Bismillahirrahmanirrahim selamat, berkat Bismillahirrahmanirrahim”.

Saya menceritakan getirnya bergerilya bukanlah untuk gagah-gagahan atau bercerita tentang kepahlawanan, keberanian, kehebatan, kepinteran, kelihaian tetapi lebih kepada agar selamat dalam perang.

Salah satu cara agar selamat adalah melawan kenormalan atau menjadikan “dunia terbalik”. Dalam kehidupan masyarakat normal, waktu siang mencari rizki, bersilaturahmi, pergi ke kantor dan pada malam hari beristirahat.

Gerilyawan sebaliknya, seperti kalong, pada malam hari berusaha dan siang untuk beristirahat. Malam hari berjalan dan “bersilaturahmi” dengan masyarakat, mencari rizki, siang berdiam di dalam markas.

“Supaya selamat dalam perang, jangan Bergerilya dan jangan berperang” kata saudara kami yang suka melawak.

“Benar juga sih!” jawab saudara lainnya.

“Untuk apa juga bersumpah rela korban harta dan nyawa untuk Aceh, kalau tidak berperang?” timpal saudara satunya lagi.

“Berperang, menyerang dan diserang adalah kelaziman, tinggal masalahnya bagaimana daya upaya supaya selamat” kata Gubernur Linge, Tengku Husni Jalil.

Perdebatan berhenti seiring dengan hari mulai gelap.

“Tanah sudah tidak tampak, ayo kita jalan! Siapa yang tahu jalan, berjalan paling depan” tegas Wapang Jangko Mara.

Semua pasukan bersiap-siap, saling tanya siapa yang disebut namanya segera menyahut untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. Kami pun mulai berjalan ke lokasi yang dituju dengan perasaan di malam buta. Langkah kaki mengikuti suara telapak kaki dan nafas saudara kami sampai ke tujuan, tidak ada yang tersesat.

Kami telah melewati hutan-hutan kecil di Kampung Bakongen, kebun-kebun kopi di belakang perkampungan, lembah dan pematang sebelum akhirnya ke sebuah kampung yang berdaulat, Kampung Kemp.

Pada waktu yang lain, kami berjalan ketika hujan lebat dan pada kesempatan lainnya lagi kami melangkah saat datang kabut tebal. Tentu saja bagi masyarakat, waktu-waktu “santing” itu mereka menunda perjalanannya.

Beberapa kawan yang jantungnya lemah, berjalan di lokasi yang tidak ada jalan sama sekali dan bersembunyi pada lokasi yang tidak ada nama.

Di Samarkilang pengetahuan masyarakat tentang jejak di dalam hutan luar biasa. Bahkan seberapa jauh dan arah kemana, mereka bisa tahu. Sehingga kalau mereka mau berkhianat, seketika kita bisa syahid.

Begitulah gerilyawan kalau ingin selamat, maka harus berlaku “tidak biasa”, tahan susah, tidak manja, tidak malas melewati medan sulit, tahan lapar dan tahan dingin. Semua itu harus dibungkus dengan semangat.

(Mendale, 28 November 2021)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.