Catatan Jumat : Mahbub Fauzie*
“In ahsantum ahsantum anfusikum wa-in asa’tum falahaa . Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” Pernyataan jelas dan tegas ini terdapat dalam Al-Qur’an surah Al- Isra (surat ke-17) ayat 7.
Ringkasan tafsir terkait firman Tuhan Allah Swt tersebut di atas bahwa: jika kamu berbuat baik dengan menaati perintah Allah dan rasul-Nya serta melakukan kebijakan kepada sesamanya, berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri, karena balasan yang kamu peroleh dari kebaikan itu. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kerugian kejahatan itu juga untuk dirimu sendiri, karena akibat dari kejahatan akan menimpamu.
Menurut M Quraish Shihab surah al-Isra’ ayat 7 berisi tentang penegasan hakikat perbuatan baik dan buruk pada ayat sebelumnya, bahwa kebinasaan yang dialami oleh bangsa Israil disebabkan oleh kedurhakaan dan kezaliman yang mereka lakukan, bukan karena orang lain. Sebaliknya, jika mereka mau taat dan bersungguh-sungguh niscaya Allah akan memberikan ganjaran sesuai ketetapan-Nya.
Dari ayat di atas jelaskah bahwa pilihan perbuatan seseorang sangat tergantung kepada orang itu sendiri. Baik atau jahat. Dan tentang balasan atas perbuatan tersebut juga kembali kepada orang tersebut. Di sinilah jelas bahwa ajaran Islam sangat moderat dan penuh demokratis.
Begitupun, sebagai manusia yang diberikan oleh Allah Swt dengan kelebihan akal budi serta fitrahnya yang punya nilai lebih ketimbang makhluk yang lain, manusia yang berfikiran sehat serta penuh iman tentu sangat mengetahui tentang hakekat pilihan atas setiap perbuatannya.
Karena itu, orang Islam yang beriman akan sangat paham juga tentang resiko perbuatannya. Termasuk jika dikaitkan dengan agama yang dianutnya, yaitu Islam. Ya, Islam sebagai agama yang mengajarkan kepada kebaikan, sesuai dengan maknanya pembawa kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan.
Ketika ada orang Islam yang berperilaku tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, berarti dia masih dipertanyakan ke-Islaman-nya. Padahal ajaran Islam yang kaffah (menyeluruh) mengatur bagaimana orang Islam itu ber-relasi dalam pergaulan yang penuh kedamaian. Jangankan terhadap sesama Islam, terhadap kaum yang bukan Islam pun, ajaran ini penuh dengan tebaran kebaikan.
Tentang bagaimana beribadah kepada Allah Swt (habluminallah), berelasi dengan sesama (habluminannas), dan bahkan berinteraksi dengan alam sekitar atau lingkungannya (habluminal’alam); Islam dengan indah ajarannya memberikan tuntunannya. Di sini makin jelas, bukan hanya dengan sesama umat manusia, dengan alam lingkungan pun ajaran Islam juga mempunyai misi kebajikan, menjaga lingkungan.
Sangat bijak sekali sekiranya pemahaman tentang Islam yang kaffah tersebut menjadi sandaran bagi kaum Muslimin. Orang Islam saling menguatkan, saling membahu dan mengokohkan persepsi. Menghindari kesalahpahaman dan kikis paham salah dalam memahami.
Perlu kiranya sesama orang Islam membebaskan diri dari giringan informasi yang selama ini sudah sangat dimaklumi siapa yang menguasai. Ada adagium yang menyatakan bahwa siapa yang menguasai informasi, dialah yang menguasai dunia. Di antara penggiringan informasi label teroris cendrung salah sasar alamatnya kepada Islam.
Sikap bijak sesama orang Islam yang yakin tentang kebenaran agama-nya, sekali lagi sesuai dengan makna dari kata Islam itu sendiri, tentu menghindari terhadap pandangan salah kepada saudara-saudara se-iman. Kesalahan persepsi sering terjadi.
Prasangka baik kita, bahwa orang-orang islam yang taat, yang tahu tentang kebenaran ajaran agamanya dipastikan tidak akan melakukan sesuatu yang berlawanan dengan ajaran agamanya. Islam adalah agama damai, manalah mungkin orang Islam yang taat anti damai. Manalah mungkin orang Islam yang menjalankan ajaran kedamaian malah dianggap perusak kerukunan dan kedamaian.
Islam adalah agama yang mengajarkan kesejahteraan, manalah mungkin orang Islam yang taat dan mendalam keilmuannya tentang Islam akan melakukan tindakan-tindakan yang bikin bangkrut. Terhadap alam raya saja Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menjaga kelestariannya demi kesejahteraan penghuni bumi.
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi keselamatan. Tersirat dan tersurat dalam titah perintah untuk saling bersalaman jika sesama muslim bertemu: Assalamu’alaikum!. Karena itu, manalah mungkin orang Islam yang taat dan tahu tentang ajaran keselamatan akan merusak. Kembali kepada penegasan bahwa relasi Islam berdiri kokoh dalam ajaran habluminallah, habluminannas dan hablu minal ‘alam.
Perbuatan baik dan perbuatan jahat sangat jelas dan dipahami oleh orang Islam yang taat. Termasuk resikonya, baik ketika di dunia maupun di akhirat. Jadi, kalau ada pandangan bahwa Islam yang mengajarkan ketaatan malah dinilai salah dan disalah nilaikan, maka sangat dinaifkan pandangan tersebut.
Fitnah akhir zaman terus berlangsung, pemojokkan terhadap Islam terus dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Itu semua harus dikembalikan kepada kesadaran diri orang Islam sendiri. Sampai di mana sesama orang Islam saling menguatkan, saling bahu dalam ukhuwah Islamiah.
Orang Islam yang moderat pasti tahu, bagaimana seharusnya dalam unjuk perbuatannya. Pun terkait dengan ajaran agamanya. Kembali kepada penegasan dan penjelasan firman Tuhan Allah Swt: “In ahsantum ahsantum anfusikum wa-in asa’tum falahaa . Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.”
Karena itu, orang-orang atau umat Islam yang taat pada ajarannya, dipastikan mereka adalah penegak kedamaian. Wallahu a’lam bis shawab.
*Penghulu KUA Kecamatan Pegasing