Oleh : Sri Sastika Khasanah*
Memulai kegiatan usai liburan, acara opening program Ma’had Bayt Al Qur’an dengan tema “Jurnalistik sebagai Upaya Membumikan Al Qur’an” diadakan pada Senin 13 September 2021 di Gegarang Resto, Takengon.
Ma’had Bayt Al-Qur’an yang lembaganya beralamat di Kampung Kemili, Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan tahsin dan tahfizh atau perbaikan bacaan dan hafalan serta baca tulis Al-Quran.
Untuk penyegaran dan inovasi kegiatan serta memberi pencerahan bagi para santri dan ustadz/ah , di awal memulai program seusai liburan, diadakan kegiatan open atau pembuka program Bayt Al-Qur’an ini. Demikian informasi kegiatan dilaporkan oleh Futikhatus Sa’diyah selaku ketua panitia program tersebut.
Acara di Gegarang Resto itu dihadiri oleh pengasuh Ma’had Bayt Al Qur’an, para santri dan selaku pemateri Mahbub Fauzie, S.Ag salah seorang ASN Kemenag Aceh Tengah yang bertugas sebagai Penghulu dan Kepala KUA di Kecamatan Pegasing, yang kebetulan juga seorang jurnalis.
Dalam sambutannya pengasuh Ma’ had Bayt Al Qur’an Sodikin, MA menyampaikan motivasi, semangat baru dan dengan mengadakan program inovasi Ma’ had Bayt Al Qur’an, seperti kegiatan pelatihan jurnalistik bagi para santri, guna untuk meningkatkan kemampuan menulis dan minat baca para santri dalam upaya membumikan Al-Quran untuk mengimplementasikan dan mendakwahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengantar sederhana tentang jurnalistik yang disampaikan oleh Mahbub Fauzie yang menyampaikan materi diawali dengan cerita perkenalan sekitar profilnya, mulai dari nama yang diberikan oleh orangtua terinspirasi dari sosok Mahbub Djunaidi, seorang tokoh Jurnalis, sastrawan dan penerjemah buku “100 Tokoh yang Berpengaruh di Dunia.”
Dikatakan bahwa pemberian nama bagi orangtua juga merupakan doa dan harapan sesuai dengan arti nama atau inspirasi pemberian dari nama anaknya, demikian katanya.
Untuk memotivasi peserta, Mahbub memaparkan pengalamannya sejak dari bangku sekolah sudah mulai suka menulis hal juga hal sederhana, di bangku kuliah juga mengambil jurusan yang berkaitan dengan jurnalistik dan dakwah yang sampai sekarang menjadi hobi, bahkan sudah menghasilkan karya berupa buku yang sangat bermanfaat bagi para pembaca.
Tidak hanya itu, tips bagaimana memulai menulis dengan menulis hal hal sederhana, rumus jurnalistik 5 W 1 H, memilih judul yang baik dan menarik dan memulai dengan banyak membaca sebagai referensi untuk bahan tulisan.
Dipaparkan bahwa Al Qur’an merupakan sumber jurnalistik yang utama dan luar biasa, kitab Allah Subhanahu wata’ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, merupakan ‘wahyu langit’ (samawi) yang ‘membumi’ . Karena itu, dengan semangat jurnalistik, para ahli A-Qur’an agar bisa membumikan pesan-pesan kitab mulia ini.
“Dalam istilah Al-Qur’an kata nabi berarti pembawa berita, dan 5 (lima) ayat pertama yang turun sangat kental dengan pesan-pesan dan semangat jurnalistik,” ujar Mahbub.
Untuk memberikan semangat bagi para santri beliau juga menyampaikan semangat para tokoh dan ulama dalam membaca dan menulis. Adanya kitab tafsir karena adanya semangat jurnalistik para mufassir. Seperti Profesor M Quraish Shihab dengan Tafsir Al-Misbah yang ditulisnya, dan ulama tafsir serta ulama lain dengan karya-karyanya.
“Tokoh sastrawan dan sejarah serta intelektual muslim Kuntowijoyo mengatakan bahwa syarat untuk menjadi penulis yaitu menulis, menulis dan menulis,” tambahnya.
Di akhir materi kepada para santri agar semangat iqra’ (bacalah) dan semangat uktub (tulislah) serta rendah hati dengan niat apa yang kita tulis itu untuk mengharapkan ridha Allah dan bisa menjadi karya yang bisa bermanfaat.
“Jika para jurnalis atau penulis itu berasal dari ahlul Qur’an, dunia ini akan indah. Tapi jika para jurnalis atau penulis itu berasal dari para ahlul maksiat, maka dunia ini bisa rusak,” tutup Mahbub.
*Santri Tahfizh dan Ustazah TPQ Ma’had Al-Qur’an Kemili Bebesen, serta Mahasiswi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di IAIN Takengon