Berita Tentang Kematian

oleh

Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA*

Kalimat atau unkapan yang paling populer di media apakah itu menasah (syuro = mersah), mesjid atau media sosial seperti Facebook, Whats App (WA), instagram, televisi, radio dan lain-lain saat ini adalah firman Allah SWT.
إنا لله وإنا إليه راجعون (البقرة : 156)

Ketika ungkapan ini didengar atau dibaca, maka yang terbayang pada pendengar dan pembaca siapa yang meninggal dunia, kendati sebenarnya di dalam Islam ungkapan tersebut bukanlah semata ditujukan kepada kematian seseorang tetapi juga kepada semua musabah yang menimpa semua orang baik itu musibah yang paling kecil sampai kepada musibah yang paling besar.

Namun dalam masyarakat kita tidak lazim atau jarang mengungkapkan kalimat tersebut pada musibah selain kematian atau musibah yang menyebabkan kematian. Kalimat tersebut sebenarnya menyadarkan kita bahwa apapun yang hilang dari kepemilikan kita, kita harus mengatakan bahwa semuanya adalah milik Allah dan sampai masanya semuanya kembali kepada Allah. Tanpa kecuali :

كل نفس ذائيقة الموت ثم إلينا ترجعون (العنكبوت : 57)

Setiap yang bernyawa pasti mati, kemudian kepada Kami semuanya kembali.
Tidak ada satu makhluk bernyawapun yang tidak mati . Apakah itu manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, malaikat, jin, semuanya kecuali Allah yang merupakan tempat kembali dan pemilik segala yang ada. Lalu Allah katakan :

قل يتوفاكم ملك الموت الذى وكل بكم ثم الى ربكم ترجعون (السجدة : 11)

Allah memerintahkan kepada Muhammad untuk mengatakan bahwa yang diberi tugas untuk mengambil nyawa itu adalah Malaikat maut, kemudian ditegaskan bahwa hanya kepada Allah kita dikembalikan.

Kematian selain manusia tidak perlu dibahas, apakah itu malaikat, jin, hewan, tumbuh-tumbuhan dan makhluk-makhluk Allah yang lainnya karena semua itu sudah pasti, tetapi bagi manusia kematian itu merupakan tahapan akhir yang wajib dilalui dari kehidupan di duia ini dan akan dilanjutkan untuk kehidupan selanjutnya, yaitu kehidupan yang kekal dan abadi (kehidupan tanpa akhir).

Karenanya ketika berita kematian terdengar, ditambah lagi dengan pengumuman secara berulang-ulang dengan jumlah yang setiap harinya diluar hitungan yang biasanya, maka banyak orang merasa syok, takut dan muncul perasaan-perasaan lain.

Bagi seorang muslim atau mukmin munculnya keadaan seperti ini ada wajar, karena dalam ayat lain Allah mengatakan bahwa kematian itu adalah pelajaran bagi mereka yang belum sampai waktu kematiannya, di samping itu juga bahwa kematian merupakan awal dari kehidupan selanjutnya dalam masa mempertangungjawabkan amal perbuatan yang dilakukan selama hidup di dunia, apakah amal perbuatan yang dilakukan selama ini sudah memenuhi harapan Allah sesuai dengan panduan-Nya yaitu al-Qur’an dan Hadis Nabi atau perbuatan yang dilakukan dengan sadar dan mengetahui bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan panduan yang diberikan oleh Allah. Bila ini terjadi berarti ketakutan demi ketakutan akan terus datang.

Di dalam ayat di atas telah disebutkan secara jelas bahwa yang bertugas mencabut nyawa adalah Malaikat maut, lalu selanjutnya bolehkah kita mempertanyakan tentang alasan malaikat mencabut nyawa, tentu pertanyaan tidak secara langsung kita pertanyakan kepada Allah atau malaikat, tetapi hal ini yang sering terjadi dalam fenomena kematian seseorang.

Ketika kita mendengar dan membaca pengumuman kematian biasa kita membacakan “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” dan dan secara langsung juga kita bertanya “kenapa ?” dia dia meninggal.

Kalau kematian itu diyakini hanya kehendak Allah tanpa ada peran manusia dalam kematian, tentu pertanyaan kenapa tidak perlu dan kalaupun dipertanyakan maka akan menjadi pertanyaan yang sia-sia, tetapi kalau kita meyakini bahwa dalam kematian itu ada peran manusia maka pertanyaan itu menjadi penting.

Banyak kematian yang terjadi dengan mengikutsertakan peran manusia didalamnya, ini biasa terjadi karena kelalaian manusia dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, mereka tidak menjaga pola sebagaimana yang diatur di dalam al-Qur’an dan Hadis Nabi.

Padahal al-Qur’an sudah mengatakan makan dan minumlah kamu dan jangan berlebihan, makanlah semua yang ada di bumi asalkan makanan itu halal dan bergizi. Ini diantara contoh yang difirmankan Allah, apakah pola ini sudah kita jalankan, mingkin kita yakin masih jauh dari yang dihendaki Allah.

Karenanya dalam hal makanan manusia mempunyai peran dalm mematikan dirinya, demikian juga dengan pola-pola lain dalam kehidupan lain.

Corona atau covid-19 sekarang diyakini sebagai penyebab kematian terbesar, sehingga pengumuman kematian menjadi lebih sering dari biasa sebagaimana telah disebutkan, lalu apakah corona itu sebagai kehendak Allah untuk mematikan manusia atau corona itu sebagai sebab yang dilakukan manusia untuk mematikan manusia yang lain.

Penulis masih mempercayai kalau virus itu diciptakan Allah dengan segala manfaat dan kegunaannya untuk manusia dan makhluk lainnya. Hanyasaja dalam pemanfaatannya (virus) manusia membuat kesalahan baik dengan disengaja atau tidak, sehingga melahirkan peran manusia dalam mematian manusia lain. Karena adanya peran manusia dalam pengelolaan virus tersebut maka sekarang manusia berlomba dalam memperbaiki kesalahannya dengan membuat obat-obat atau vaksin yang diyakini dengan keduanya penyakit yang diderita dapat disembuhkan.

Dari bahasan di atas dipahami bahwa seringnya terdengar berita tentang kematian dan selalu orang mengaitkan kematian yang terjadi dengan corona, karena dalam kematian yang terjadi sekarang ini didalamnya ada peran manusia dalam pengelolaan virus. Ini juga bisa kita pahami dari firman Allah, bahwa kerusakan dibumi (darat dan laut) disebabkan karena kesalahan manusia.

Hanyasaja sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan dalam memahami kekuasaan Allah, kita sulit membedakan antara kematian yang dikehendaki Allah secara muthlaq dengan kehendak Allah yang didalamnya ada peran manusia.

*Penulis adalah Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.