Spirit Hijrah dalam Mengisi Kemerdekaan

oleh

Oleh : Mahbub Fauzie*

Hijrah secara harfiah berarti pindah atau bergerak. Pindah dari satu tempat ke tempat lain. Secara historis yaitu pindahnya Nabi Muhammad Saw dan para pengikutnya dari Kota Mekkah ke Kota Madinah, setelah 13 tahun Nabi berdakwah menyampaikan risalah Islam di kota kelahirannya itu, kemudian hijrah mengembangkan dakwah Islam di kota yang 10 tahun kemudian menjadi tempat wafatnya. Di kota Medinah inilah, pasca hijrah menjadi titik awal kemajuan Islam dan peradabannya hingga sekarang.

Dari arti harfiah dan sejarah hijrah tersebut di atas, tentu dapat disingkap makna lebih luas dari hijrah itu sendiri. Yaitu suatu upaya pindah dan bergeraknya peradaban umat menuju keadaan masyarakat yang lebih beradab daripada sebelumnya. Pindah dan bergerak menuju sesuatu yang lebih baik dan maju.

Makna luas dari hijrah inilah yang tentunya menjadi harapan dari ajaran Islam, agama Rahmatan lil ‘alamin yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Dengan semangat iman yang kuat, kaum Muslimin bergerak berpindah di jalan Allah dengan penuh harapan mendapat rahmat dari-Nya yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang sebagimana tersurat dan tersirat dalam Surah Al-Baqarah [2] ayat 218.

Spirit hijrah itulah yang senantiasa mewarnai kemenangan demi kemenangan dakwah Islam. Dan makna dakwah itu sendiri adalah juga upaya menyeru, syiar dan penyampaian kebenaran Risalah tauhid dengan tuntunan-tuntunannya yang bernilai universal, yang menyelamatkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya terang benderang. Dengan spirit hijrah, umat diarahkan menuju kemenangan!

Karena itu, niat hijrah juga menjadi tolak ukur ketulusan dan keikhlasan para pelakunya. Sampai kapan pun dan di manapun, spirit serta niat hijrah harus menjadi energi positif dalam banyak hal aktifitas keumatan yang hendak dilakukan. Terlebih di zaman sekarang ini. Zaman penuh tantangan, penuh godaan dan bujuk rayu duniawi yang sangat amat menggiurkan. Belajar dari spirit Nabi serta generasi salafus shaleh, marilah spirit dan niat hijrah ini diaktualisasikan kembali, tiada henti.

76 Tahun Indonesia Merdeka, Bagaimana Kita?

Menarik, membaca artikel ibu Vera Hastuti di Media Online LintasGayo.co edisi 14/8/2021 berjudul: Sudah ‘Becus’ kah Kita Mengisi Kemerdekaan? https://lintasgayo.co/2021/08/14/sudah-becus-kah-kita-mengisi-kemerdekaan/ Satu pertanyaan introspektif dari judul artikel tersebut tentunya cukuplah menjadi cemeti bagi kita, pewaris sah bangsa ini.

Jika kembali kepada spirit hijrah, maka tidak berlebihan sekiranya ada upaya sungguh bagi generasi bangsa ini yang mayoritas warganya beragama Islam untuk merevitalisasi label “generasi penerus perjuangan bangsa”. Indonesia merdeka yang diperjuangkan dengan tetes darah dan nyawa oleh para pahlawan, sudah seharusnya diisi kemerdekaannya oleh generasi pelanjut keberlangsungan bangsa negara ini.

Para pejuang dan pahlawan telah berhasil mengantarkan bangsa negara ini menuju pintu gerbang kemerdekaan. Mereka tidak sempat menikmati secara sempurna kemerdekaan bangsanya yang diperjuangkan dengan bambu runcing, cucur keringat, pengorbanan jiwa dan raga. Para penerusnyalah termasuk kita pada hari ini, yang sudah 76 tahun menikmati Kemerdekaan Republik Indonesia, berupaya sungguh dengan kerja nyata mengisi kemerdekaan. Niat suci dan tulus jiwa para pejuang, rela mati berkalang tanah demi harga diri bangsa di mata penjajah janganlah disia-siakan oleh para generasi muda.

Spirit hijrah menjadi energi positif para generasi muda mengisi kemerdekaan. Berikhtiar melakukan hal-hal terbaik bagi bangsa ini menghiasi ranah gaul dan interaksi sosial kemasyarakatan para pemuda dan pemudi harapan bangsa. Mereka memiliki semangat juang yang tinggi dengan patriotisme atas bangsa dan negaranya. Tidak mempercumakan waktu dengan pekerjaan dan tindakan yang sia-sia dan bahkan bisa merugikan diri sendiri, keluarga dan lingkungannya.

Mereka menjadi generasi harapan orangtuanya. Dalam hal ketaatan terhadap ajaran agama, misalnya. Generasi yang kuat akidahnya, taat ibadahnya dan baik akhlaknya. Meraka menjadi generasi hebat yakni generasi yang anti dengan tindakan menuruti hawa nafsu. Mereka menjadi kenerasi yang tidak loyo, tidak lemah. Spirit samawi dalam Surah Maryam[19] ayat 59-60 dan dalam Surah An-Nisa[4] ayat 9 menyemangati mereka. Kedua ayat yang mengandung pesan jangan sampai muncul genarasi yang di kemudian hari meninggalkan generasi yang suka meninggalkan shalat serta cendrung berpacu syahwat. Para orangtua takut kepada Allah Swt sekiranya di kemudian hari meninggalkan generasi yang “loyo” dan “lemah”.

Adapun ‘pesan’ ayat 59-60 Surah dalam Maryam [19] adalah, bahwa : “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memper-turutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.”

Dan pesan ayat 9 dalam Surah An-Nisa[4]: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Generasi yang selalu menegakkan shalat. Karena shalat, shalat lima waktu merupakan kewajiban setiap muslim. Jika shalat ditinggalkan maka kewajiban-kewajiban lain pun mudah diremehkan dan dilalaikan. Generasi handal dan mumpuni tentu dilahirkan dari para orangtua dan cara didik yang shaleh yang memiliki spirit hijrah. Generasi yang terbiasa dibentuk dari pendidikan dan penanaman akidah yang kuat. Akhlakul karimah yang mantap disamping kebiasaan beribadah yang disiplin dan penuh ketaatan. Generasi yang para orangtuanya memahami ajaran agama Islam yang rahmatan lil alamin. Dengan pedoman suci-nya Al-Qur’anul karim.

Spirit Hijrah Generasi Muda

Lahir dan hadirnya generasi muda Islam yang bisa menjadi kebanggaan umat harus ada kerjasama semua pihak. Para orangtua di keluarga terutama, yang tidak kurang dari 60 persen waktunya bisa bersama anak di lingkungan keluarga. Pihak sekolah, dayah dan lingkungan edukasi lainnya. Selain itu, kesadaran sungguh para generasi muda itu sendiri yang memiliki spirit hijrah memperbaiki diri. Tatapan jauh ke depan serta introspeksi dan evaluasi diri bisa menjadi pemacu semangat bagi para generasi muda.

Menempa diri dengan semangat belajar, giat bekerja dan rajib beribadah adalah upaya-upaya signifikan yang bisa dilakukan oleh generasi muda. Tidak menyia-nyiakan waktu berlalu begitu saja secara percuma. Para generasi muda selalu cerdas dan pintar mengatur waktu. Kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat diprioritaskan.

Generasi muda yang hebat, yang tidak pernah meninggalkan shalat tentu sangat menyadari tentang arti kedisiplinan, ketaatan dan keikhlasan serta tawadlu (sederhana, rendah hati). Cita-citanya menjulang tinggi hingga seakan mencapai bintang di langit, meski kaki berada di bumi. Namun tidaklah menjadi orang yang “sok ngecat langit”. Generasi muda sadar diri dengan bagaimana masa depannya dan apa yang harus dilakukan hari ini.

Spirit hijrah sungguh bisa menggairahkan para generasi muda harapan bangsa. Para mahasiswa Islam, Sarjana Islam apapun fakultas dan jurusannya yang memahami spirit hijrah akan lihai mengarungi samudra zamannya. Kampus, bangku kuliah, organisasi serta relasi sosial lingkungannya sudah dipastikan menempa mereka. Mereka tidak menjadi pengangguran “tingkat tinggi”. Bergelar sarjana tapi tidak bisa bekerja apapunj juga adalah hal yang harus dihindari.

Generasi muda dari kalangan para sarjana; mereka tahu apa yang bisa dilakukan walau tidak harus menjadi pegawai negeri. Mereka tidak gengsi, semisal sarjana pertanian berkenan ‘pulang kampung’ membantu orangtuanya yang petani untuk bagaimana mengolah lahan kosong semacam ‘tamas muda’ menjadi lahan produktif dengan ilmu pertanian yang di dapatnya. Sarjana pendidikan agama bisa pulang kampung ikut memberdayakan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) atau pengajian-pengajian di kampungnya dengan lebih termanajemen. Tidak harus menjadi guru negeri.

InsyaAllah, dengan spirit hijrah para generasi muda bisa melakukan itu! Semoga dengan HUT ke 76 Kemerdekaan RI dan spirit Hijrah Nabi menjadi kesempatan baik bagi para generasi muda memulai dan melakukan upaya-upaya terbaik bagi bangsa ini. Maka, mereka menjadi generasi yang “Becus” dengan keberlangsungan NKRI! Wallahu a’lam bish shawab.

*Penghulu Madya dan Kepala KUA Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.