Oleh : Teuku Fadli*
Berakhirnya la liga musim 2020/2021 yang ditandai dengan Atletico Madrid menjadi juara, akirnya membuat saya menarik kesimpulan atas analisa-analisa saya tentang masa depan Lionel Messi, yang sudah saya sampaikan sejak 2 tahun yang lalu, tapi tidak secara terang-terangan.
Messi dan Barca “lo gua end”
Itu kesimpulan saya.
Mengapa baru sekarang saya mengumumkan ini secara terang benderang?
Itu karena saya tidak mau di-prank soleh Messi.
Bagi yang mengamati Messi sejak lama, mereka pasti tahu bagaimana Messi yang sebenarnya.
Tapi, bagi saya yang penting adalah, mengapa Messi meninggalkan Barcelona, dan kemudian setelah itu kemana dia berlabuh.
Sebagaimana kita ketahui bersama, sejak merebaknya isu tentang rencana kepindahan Messi, tersebar berita tentang pembatasan gaji dan aturan finansial la liga. Katanya, inilah yang menjadi alasan mengapa Messi tidak bisa diperpanjang kontraknya.
Bagi yang paham lika-liku dunia sepakbola, tentu tertawa membaca alasan seperti ini di media sambil bergumam “ Ah ini sandiwara ini yang kelasnya selevel sinetron Raden Santang, nampak kali bo’ongnya kalau meminjam bahasa gaul remaja zaman now”
Saya sendiri dari awal mencium gelagat bahwa Barca dan Messi duduk bersama secara serius serta bersungguh sungguh membahas alasan apa yang akan mereka ambil bersama untuk menyempaikan berita putusnya kontrak antara Messi dan Barcelona ini.
Lalu bagaimana dengan berita yang menyatakan Messi bersedia dikontrak 5 tahun tapi Barca hanya perlu membayar senilai kontrak 2 tahun.
HAHAHAHAHA leluconmu terlalu garing kawan.
Seperti yang sering saya sebut sebelumnya, Messi akan meninggalkan Barcelona dan ini akan menjadi tonggak penanda resmi berakhirnya generasi emas Barca yang itu.
Selama ini, Messi tetap bertahan di Barca, sebenarnya tak lebih karena dirinya terjerat. Dia terkena jeratan ambisi petinggi dan mimpi kosong penggemar Barca tentang generasi emas yang bisa dibentuk dan di beli lagi.
Ini adalah mimpi absurd para Cules yang berulang kali saya ingatkan. Bahwa mitos tentang La Masia sebagai penghasil pemain jenius yang mereka yakini dengan seyakin-yakinnya akan abadi selamanya, bahwa La Masia setiap tahunnya bisa melahirkan Messi, Xavi, Iniesta dan Busquest … HA HA HA
Para Cules, begitu lama terjebak dalam halusinasi ini, menutup mata dan hati mereka karena mereka menolak fakta tak terbantahkan di hadapan mata mereka sendiri, bahwa La Masia hanyalah sebuah akademi yang tak berbeda dengan akademi-akademi sepakbola lainnya di Eropa.
Bahwa kejeniusan Xavi dan Iniesta adalah suatu anugrah yang takkan turun dalam selang waktu dekat setelah era 90-an.
Di era 90-an kita bisa melihat bagaimana Baggio, Litmanen, Djorkaef, Edgar Davis, Seedorf, Guti, Redondo, Zidane, Del Piero Ronaldo, Ronaldinho, Cantona, Giggs, Beckham sampai Kaka lahir berjejer-jejer.
Tapi setelah era itu berakhir, akan sulit mengulang kejadian yang sama. Persoalannya, sama seperti kita membahas kasus menghilangnya no. 10.
Kegagalan demi kegagalan dalam strategi pembelian pemain di Barca, tak pelak membuat Messi jadi “sendirian” di klub yang memiliki jargon “Mes que un club” lebih dari sebuah klub ini.
Musim-musim terakhir ke belakang ini, sebagaimana kita saksikan bersama, semakin menguatkan fakta tentang akan berakhirnya era kebersamaan Messi dan Barca. Di musim terakhirnya, bahkan Barca takluk beruntun di dua El Classico.
Takluknya juga bukan sekedar takluk dalam pengertian takluk karena selisih gol memasukkan dan kemasukan, tapi Barca takluk secara strategi dan kualitas pemain.
Menyaksikan itu, saya langsung tahu kalau, Messi tidak akan rela menjadikan dirinya terus-terusan sebagai bulan bulanan Madrid. Bagaimanapun, Messi punya sejarah indah di El Classico. Messi takkan rela mengorbankan sejarah indah ini hanya demi mencoba mengikuti mimpi indah tapi kosong dari para Cules.
Dengan kata lain, bisa dikatakan Messi sependapat denagn saya dalam melihat nasib Barca ke depan, berbeda dengan para Cules yang mati-matian menentang saya.
Dia pergi…Ya dia pasti pergi, karena tim pendukungnya sudah tak ada.
Saat ini, tak ada pemain di sekelilingnya yang punya kualitas untuk membantu Messi jadi pemain terbaik di dunia.
Messi juga jelas tak akan mau menjadi kambing hitam akan kegagalan Barca ke depan dan tentu saja tak akan mau jatuh ke jurang bersama Barca, karena bagaimanapun, secara pribadi dia sudah mencapai prestasi yang sedemikian tinggi.
Itulah yang menjadi alasan, mengapa Messi mengucapkan “Lo Gua End” ke Barca.
Jadi, para Cules yang manis dan imut-imut, jangan bantah saya… cry baby cry.
Lalu pertanyaan berikutnya, kalau Messi meninggalkan Barca, dia akan pindah kemana?
Ya jelas sekali….pasti PSG.
Uang jelas bukan menjadi isu buat PSG dan bagi Messi sendiri, kalau masalah uang mungkin masih ada klub lain yang bisa membayar, sebut Manchester City misalnya, tapi apa yang membuat Messi memilih PSG? Jawabannya, karena disana ada Neymar, kemudian ada Ramos ada Veratti dan ada Mbappe. (Tidak seperti Ronaldo di Jupe yang cuma disupport oleh kawanan Cuadrado Cuadrado itu…. bikin emosi)
Di PSG, semua secara kuantitas dan kualitas di atas kertas akan mampu mendukung Messi menjaga posisinya di kancah sepakbola.
Mengaitkan Messi dengan City, sebagaimana saya sebut seharusnya, memang suatu keharusan. Tapi maaf, anak emas UEFA si ingreh itu harus ikut mimpi basah kalau dikaitkan dengan masalah Messi. Ya tak lebih dari sebuah kesenangan semu (Saya malah berharap dia ke jupe… dan ini masuk kategori mimpi basah juga)
Terus pertanyaan besarnya, dengan bergagungnya Messi, bagaimana dengan para pangeran PSG.
NAH…Bung Alkaf, seorang pengamat sosial, sejarah Aceh, tinju dan sepakbola terkemuka, mengirim pesan ke saya tentang no.19, beliau mengirimkan beberapa tautan berita utk meyakinkan saya.
Saya terkejut tapi itu bukanlah sesuatu hal yang aneh kalau kita telaah karakter para pangeran PSG.
Mbappe punya sikap yang arogan (suatu saat akan saya bahas), dia betul betul mencoba mengcopy idolanya Ronaldo. Dia pasti tak akan mau menjadi pelayan Messi. Saya berani bertaruh.
Neymar, keluar dari Barca untuk uang besar di PSG? …. Ayo kawan berpikirlah lebih keras dan jernih. Neymar jelas keluar dari Barca karena mengejar sesuatu yang lebih besar untuk karirnya.
Neymar punya bakat besar dan kualitasnya hanya sedikit saja di bawah Messi dan Ronaldo.
Kalau saja dia tidak manja di umur 25-an dan berkomitmen penuh dan lebih besar lagi untuk sepakbola, dia pasti sudah setara dengan Messi dan Ronaldo di usianya yang ke 29 tahun ini.
Di Maria… anda tau Di Maria ? Dia dijual Madrid bukan karena kualitas buruk, tapi karena dia tak mau mengikuti peran sebagai penyuplai, dia ingin panggung sendiri di setiap pertandingan.
Nah, dari fakta-fakta di atas, jelas bukan? Bahwa bagi kita no.19 adalah suatu yang paling realistis buat Messi.
Sebelumnya, ada kabar bahwa Neymar menawarkan no. 10 utk Messi, kalau berita ini benar, lalu nama Neymar mau ditaruh ke mana? di campak ke got?
Neymar adalah ikon PSG dalam beberapa tahun ke belakang, lalu tiba tiba bajunya dijual di pasaran dengan no. Punggung 19? Ha ha ha nggak mungkin bro.
Tidak masuk akal kalau faktor bisnis dan ego serta masa depan Neymar yang berusia 29 tahun dipertaruhkan untuk Messi yang berusia 34 tahun.
Saya rasa di kontrak kali ini Messi tak punya daya tawar tinggi, bisa saja seperti kata bung Alkaf melalui WA, bahwa Messi tak mau ambil tanggung jawab dengan nomor punggung 10.
Tapi buat saya tidak, trade mark LM10 itu berharga ratusan milyar bahkan triliun. Jadi tak mungkin Messi tak berjuang untuk mempertahankan trade mark LM10. Mengingat, begitu lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membentuk ikon LM10 itu.
Jadi kesimpulannya terkait nomer punggung 19 yang akan dikenakan oleh Messi di PSG ini adalah karena Messi tak punya pilihan klub lain ketika dikaitkan dengan faktor uang dan materi pemain.
Terkait dengan uang dan materi pemain, satu-satunya klub di dunia yang tersedia buat Messi cuma PSG.
Jadi saya rasa, di klub ini nanti, Messi akan menjadi seperti anak baru yang masuk ke sekolah baru.
Biasanya dia akan mendapat bangku paling belakang, dan itu pun bangku yang ditunjuk oleh preman-preman kelas barunya itu.
Lalu kita, sebagai penikmat akan menunggu Messi yang betul-betul tentang kualitas permainan sepakbola, bukan tentang politik seperti di Barca.
Dengan nomer punggung 19 ini kita menunggu untuk menyaksikan durabilitas pemain peraih 6 ballon d’or. Sebagaimana CR7 sudah menunjukkan dan mendapatkan apa yang diinginkan dan pantas dia dapatkan di Jupe.
Mudah mudahan.
Saya berharap, saya benar-benar berharap bahwa saya masih bisa menyaksikan Messi bermain seperti yang kita kenal di Barca untuk beberapa tahun lagi.
Selamat berjuang orang yang paling pantas disebut sebagai penerus YANG MULIA DIEGO.
*Pengamat Sepak Bola Tinggal di Aceh