[Puisi] Merekah Dalam Museum
Salman Yoga S
Berabad-abad menghujam rekam
Waktu yang diingat lembar-lembar buku
Namamu disebut dan dubah berdasar jajah
Tetapi Betawi tetap Betawi
Rumpun tua yang menyebelahkan diri
Kegaris luar tapal batas
Ke ujung cahaya gemerlap kota
Ke tepi selendang ibu renta yang selalu setia
Menamatkan setiap sejarahnya
Dengan kunyahan sirih yang memerah nyala
Apakah kau didurhakai Betawi
Lenong membengong dalam hiruknya kaca bergambar
Ondel-ondel tak kuasa melirikkan mata
Mulutnya kaku tak berkata-kata
Tangannya melambai mengapai seperti nelayan yang akan tenggelam
Berabad-abad menghujam rekam
Waktu yang dicatat sejarah
Merekah dalam museum
Kulum yang menggumam jauh
Takengon, 2021
* – Dipetik dari buku “Jakarta dan Betawi, Antologi Puisi Penyair Nusantara”, Jakarta: Perkumpulan Seni Asnur, 2021.
– Puisi ini juga menjadi topik utama yang diapresiasi dan dibahas oleh Gubernus DKI Jakarta Anies Bawesdan, P.h.D dalam pengantar buku “Jakarta dan Betawi, Antologi Puisi Penyair Nusantara”, serta dibacakannya dalam zoom meeting laoncing buku pada pertengahan Juli 2021 di Jakarta.