Bang Bela dan Kitab Suci Agama Tao

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

“Saya akan maju dalam Pilkada mendatang jika para calon-calonnya kuat, tetapi jika tidak kuat saya tidak akan maju,” kata Shabela disambut gelak tawa undangan yang hadir pada (9/2) di halaman Kantor PWI Aceh Tengah.

Ketika membaca judul beritanya, “Jika Dapat Lawan Kuat, Shabela Nyatakan Maju Lagi Jadi Calon Bupati Aceh Tengah”, saya mengira Bang Bela sedang bercanda karena memang beliau tipe orang yang suka berkelakar. Bersyukur, ternyata beliau serius dengan pernyataannya.

Terlepas dari soal calon pada Pilkada akan datang, salah satu ciri orang cerdas adalah kemampuan memainkan jiwa orang lain dengan kalimat yang mengandung humor.

Sikap inilah yang menjadi kelebihan Bang Bela dibandingkan dengan bupati lainnya di Aceh.
Terus terang saya angkat topi dengan pernyataan tersebut. Saya terpana dan bertanya pada diri; Apakah Bang Bela pernah membaca Kitab Suci Utama Agama Tao? Biasanya orang berkata-kata dan berbuat menurut apa yang pernah dibacanya dan dilihatnya.

Kitab Suci Utama Agama Tao merupakan mahakarya “Nabi Lao Zi” sejak ribuan tahun lalu. Walau hanya terdiri dari 5000 kata dalam Bahasa Mandarin, makna yang terkandung di dalamnya sangat luas, hampir mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Bahkan mengurai sekali gus jati diri Sang Pencipta Alam Semesta yang bernama Dao.

Saya langsung kepada pengajaran “Nabi Lao Zi” yang lahir pada tahun 571 sebelum Masehi itu, pada bab 78; “Lembut bisa mengalahkan keras” dengan penjelasan, di dunia ini tidak ada yang lemah lembut daripada air, namun tidak ada yang menandinginya untuk menghancurkan benda-benda keras.

Selanjutnya dipertegas lagi, sesungguhnya orang yang lemah bisa mengalahkan yang kuat dan yang lembut bisa mengalahkan yang keras, banyak orang mengetahuinya, tetapi tidak banyak orang yang melakukannya.

Lalu bab itu ditutup dengan kalimat berikut, orang suci berkata, “Orang yang sanggup memikul beban fitnah dan beban kehinaan negaranya, dialah pemilik negara sesungguhnya dan orang yang bisa menanggung semua bencana yang terjadi, dialah raja yang sesungguhnya.”

Pernyataan Bang Bela “Jika dapat lawan kuat” bukan berarti beliau mendayaupayakan seluruh potensi yang ada agar lebih kuat untuk mengalahkan lawannya. Akan tetapi untuk menang justru Bang Bela bersikap lembah lembut dalam menghadapi lawan yang keras dan kuat.

Kalau kita lihat perjalanan Bang Bela memimpin Aceh Tengah selama tiga tahun setengah belakangan ini, beliaulah pemilik negeri dan raja sesungguhnya karena selama ini, beliau sanggup memikul beban fitnah, kehinaan, menanggung semua bencana negeri di atas awan ini.

Semua itu tentu saja karena spiritualisme Bang Bela sudah mencapai puncaknya. Pernyataan beliau kepada wartawan adalah praktek pelajaran ilmu “mewahdatulwujudkan” diri ke dalam sifat air yang lembah lembut sebagai salah satu, dalam bahasa Gayo disebut “nasir opat” atau empat unsur bumi; air, tanah, api dan angin.

Pendapat saya, lawan tanding yang bisa mengalahkan Bang Bela pada Pilkada yang akan datang adalah sosok perempuan. Tentu saja ini kabar gembira bagi kandidat perempuan yang dianggap sebelah mata oleh kandidat laki-laki pada setiap pemilihan kepala daerah.

Perumpamaan sikap lemah lembut yang diasosiasikan kepada manusia adalah juga perempuan. Tampaknya memang lemah lembut, tetapi tatapan matanya lebih tajam dari pisau belati. Sehingga tidak perlu heran, pisau dapur di tangan ibu-ibu banyak yang tumpul.

(Mendale, 11 Pebruari 2021)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.