Tanda Seorang Itu Baik

oleh

Oleh : Johansyah*

Ada sebuah nasehat menggugah yang disampaikan oleh Muhammad Mutawally Sya’rawy yang barangkali dapat dijadikan sebagai bahan renungan. Begini kata beliau;

“Jika kamu mementingkan urusan orang lain, maka ketahuilah bahwa engkau punya karakter yang baik. Jika kamu melihat orang lain baik, maka ketahuilah bahwa batinmu juga baik Jika kamu memelihara persaudaraan, maka ketahuilah bahwa engkau akan memiliki teman ditempat yang mulia. Jika kamu dapat memelihara kebaikan orang lain, maka ketahuilah bahwa engkau akan memiliki teman yang akan menambal kekuranganmu.“

Pertama, jika kita mementingkan urusan orang lain, ketahuilah bahwa kita adalah orang baik. Sekilas pesan ini sederhana, tapi sesungguhnya menerapkannya sangat sulit. Dalam banyak hal kita dibenturkan dengan kepentingan pribadi, golongan, dan kepentingan orang lain.

Dalam hal-hal tertentu bahkan dirasa sangat sulit. Minsalnya ketika kita sudah merencanakan rekreasi bersama keluarga. Tapi begitu siap berangkat, tiba-tiba ada yang telefon bahwa dia ingin bertemu kita terkait sebuah persoalan tertentu dan soal keputusannya berkaitan dengan jabatan yang sedang kita emban. Maka pada situasi tersebut, kita lebih memilih untuk menunda piknik dan menunggu orang tersebut menemui kita hingga persoalannya tuntang.

Namun terkadang, dalam situasi seperti itu, di saat orang membutuhkan, kita tidak ada di tempat. Ketika ditelefon kita pun mengatakan ada urusan penting lain yang tidak dapat ditinggalkan padahal kita bersama keluarga atau teman. Sementara orang tadi sangat membutuhkan kehadiran kita, tapi kita kurang memperdulikannya. Bahkan yang lebih tragis lagi, terkadang waktu dia telefon, kita angkat saja tidak.

Sewaktu kuliah mungkin kita banyak memperoleh pengalaman seperti ini. Terkadang kita menelfon dosen yang bersangkutan. Kita ingin menjumpainya untuk bimbingan. Tapi saat ditelefon dia tidak angkat, waktu di sms tidak juga dibalas. Bahkan ketika ditelfon lagi lalu diangkat, dia marah-marah di telefonnya dengan mengatakan pada mahasiswanya; ‘tidak usah sering-sering telefon saya’, dan langsung ditutup. Padahal baru kali itu ditelefon.

Selama kita tidak atau kurang peduli dengan kepentingan orang lain, selama itu pula kita belum layak dikatakan baik. Sebab orang baik itu adalah orang yang mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepentingan pribadi, keluarga, maupun kelompoknya.

Sebagai contoh nyata salah satunya adalah Umar Bin Khattab, saat menjadi khalifah, beliau selalu keluar pada malam hari untuk mengetahui kondisi masyarakat, kira-kira persoalan apa yang mereka hadapi. Setelah mengetahui persoalannya dia pun lalu berusaha untuk mencari solusinya.

Kedua, jika kamu melihat orang lain baik, itu menandakan batinmu baik. Ketika kita berhadapan dengan orang-orang di sekitar kita, ada keyakinan dalam diri bahwa orang-orang tersebut baik. Kita tidak berprasangka buruk, menaruh curiga, apalagi meyakini bahwa orang tersebut jahat.

Kecuali itu, ketika kita sudah sangat mengenalnya berkarakter buruk. Namun begitu kita tetap tidak pernah sinis memandangnya. Bagi kita orang bisa saja berubah kapan pun.
Jadi orang yang batinnya baik itu selalu berpositif thinking. Kalau pun dia mengenal orang tersebut berkarakter buruk dia tetap memandang orang tersebut biasa tanpa menunjukkan sikap ketidak sukaannya.

Paling dia tetap berhati-hati agar terhindar dari keburukan dan berharap orang yang berkarakter buruk tersebut suatu saat bisa berubah.

Saya pernah melihat sebuah kelompok pengajian. Mereka hanya bergaul sesamanya dan tidak mau berbaur dengan kelompok lain yang tidak masuk dalam pengajiannya. Ketika orang lain menghampiri mereka, langsung berhenti berbicara dan secara perlahan membubarkan diri.

Seolah-olah orang lain yang hadir ke kelompok mereka adalah orang-orang yang berperilaku buruk, dan hanya merekalah yang baik. Sikap seperti ini tentu berlawanan dengan apa yang dikatakan oleh Sya’rawi di atas.

Ketiga, Jika kita memelihara persaudaraan, itu artinya kita akan memiliki teman ditempat yang mulia. Persaudaraan di sini bukan hanya persaudaraan sedarah, lebih dari itu persaudaraan yang dimaksud adalah persaudaraan yang dibingkai dengan nilai-nilai keimanan dan kebaikan.

Persaudaraan adalah salah satu syarat dalam membangun kehidupan sosial. Manusia itu hidup berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Maka saat dia memelihara hubungan persaudaraan berdasarkan nilai-nilai kebaikan dan keimanan, terwujudlah kehidupan yang rukun, damai, dan tenteram.

Sebaliknya, persaudaraan yang dilatarbelangi oleh asas manfaat dan kepentingan pribadi, suatu saat akan meruntuhkan nilai-nilai persaudaraan itu sendiri.

Keempat, Jika kita memelihara kebaikan orang lain, ketahuilah bahwa kita akan memiliki teman yang akan menutupi kekurangan kita. Itulah pertemanan yang paling mulia dan indah. Setiap kita pasti memiliki kekurangan.

Tapi ketika teman kita memiliki aib atau kekurangan tersebut, kita tidak buka aib tersebut kepada orang lain. Sebaliknya kita menutupi aib mereka.

Betapa banyak di antara kita yang membuka aib sahabat sendiri padahal kita sudah lama berteman. Percayalah kalau kita membuka aib teman, suatu saat dia pun akan membuka aib kita. Pada akhirnya saling membuka aib dan berujung pada ketidakakuran. Kita merasa kurang senang kepadanya atau sebaliknya.

Untuk itulah kita harus menjaga hati dan perasaan sahabat. Salah satunya adalah menutupi kelemahannya dan menguatkan kelebihan yang ada pada dirinya. Jangan sebaliknya, kita pamer aibnya, dan menurupi kebaikannya. Dengan demikian kita senantiasa menjadi teman sejati baginya dan pertemanan itu dapat berjalan kekal abadi.

Bahkan berlanjut hingga anak cucu kita. Seperti inilah pertemanan yang kita rindukan. Inilah beberapa nasehat hikmah dari Sya’rawi untuk kita semua yang dapat dijadikan tolok ukur baik atau tidaknya seseorang. Wallahu a’lam bishawab!

*Ketua STIT Al-Washliyah Aceh Tengah


Ikuti channel kami, jangan lupa subscribe :


Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.