Kelahiran Nabi : Inspiratif untuk Maju

oleh

Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA*

Disebutkan dalam sejarah bahwa hari senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah merupakan waktu lahirnya Nabi Muhammad Saw. Pada saat ini kehidupan masyarakat Arab dikenal dengan masyarakat Jahiliyah yakni masyarakat yang mempunyai ilmu sangat tinggi tetapi mempunyai prilaku sangat rendah.

Dalam kondisi akhlak yang rusak seperti ini Allah mengutus Nabi Muhammad untuk memperbaiki keadaan masyarakat Arab. Nabi Muhammad mengatakan :

Innama buisttu li utammima makarimal akhlaq
Sesungguhnya aku (kata Nabi) di utus guna memperbaiki akhlaq.

Allah juga mengatakan tentang Nabu Muhammad dalam surat al-Ahzab ayat 21 yang Artinya :

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

Allah mengatakan dalam diri Muhammad itu ada suri teladan yang baik untuk dijadikan contoh oleh umat manusia untuk jadi pedoman dalam kehidupan di dunia ini dan untuk kehidupan di kahirat kelak, diantara contoh baik yang paling sederhana disebutkan oleh Allah adalah seringnya Nabi Muhammad berzikir dengan menyebut nama Allah.

Dalam perjalanan kehidupan Nabi Muhamad sejak kecil sebelum diangkat menjadi Nabi beliau sudah disebut oleh orang-orang disekitarnya dengan sebutan al-amin, padahal orang yang disekitar Nabi adalah orang-orang jahiliyah.

Hal ini tidak lain adalah karena kejujuran yang tertanam dalam diri Nabi Muhammad, sebagai contoh dapat kita baca dalam buku-buku Sirah Nabawi bagaimana prilaku yang dicontohkan Nabi tentang kejujuran kepada orang-orang dalam berdagang.

Karena kejujurannya sehingga Khadijah (wanita kaya pada saat itu) tidak segan-segan memberikan modal kepada Nabi Muhammad untuk berdagang. Kemudian wanita tersebut menjadi isteri pertama Rasulullah.

Secara pribadi kejujuran Muhammad mendapat pengakuan dari semua orang, baik dari keluarga maupun dari anggota masyarakat yang lain, sampai label al-amin tersebut menjadi sifat Nabi yaitu amanah.

Karena itu cerminan kebaikan atau akhlak baik pada Muhammad bukanlah secara serta merta tanpa proses, walaupun ia adalah seorang Nabi.

Demikian juga bila kita membaca sejarah hidup para Nabi dan Rasul Allah semua menggambarkan perjalanan kehidupan yang baik dari manusia setelah kebaikan itu menetap dalam diri mereka baru kemudian mereka dinobatkan menjadi Nabi atau Rasul.

Belum pernah kita mendengar ada Nabi atau Rasul sebelum mereka diangkat menjadi Rasul dan Nabi adalah orang jahat dan kemudian ia bertaubat. Tapi kenapa orang sekarang lebih banyak berkeyakinan kalau orang baik lebih baik diawali dengan kejahatan daripada orang baik yang belum tentu berakhir dengan kebaikan.

Dalam posisinya sebagai Nabi yang bertugas memperbaiki akhlak umat manusia, beliau lebih banyak memberi contoh dari pada memberi perintah.

Ini bisa dilihat ketika Allah memerintahkannya melalui al-Qur’an untuk melakukan suatu perbuatan baik itu ibadah maupun mu’amalah. Sebagai contoh ketika Nabi mendapat perintah Allah untuk mengerjakan shalat, lalu beliau mengajak para shahabat untuk melihat dan mengikuti bagaimana shalat harus dilakukan, kemudian setelah beliau mencontohkan tidak ditemukan adanya riwayat yang menyebutkan kalau Nabi muhammad mengoreksi kembali apakah yang shalat yang dilakukan sahabat itu sudah benar atau belum.

Demikian juga dengan shahabat yang mencontoh nabi, mereka tidak pernah menganggap salah atau ragu terhadap apa yang dicontohkan Nabi, sampai-sampai contoh yang beragam yang disampaikan Nabi tidak pernah dipertanyakan oleh shahabat dan keselanjutnya dikerjakan secara beragam juga.

Demikian juga dengan pelaksanaan haji yang diperintahkan Allah, lalu Nabi mengajak para shahabat untuk melaksanakan haji secara bersama dan beliau memberi contoh cara menunaikan haji tersebut.

Karena itu dalam bidang hukum posisi Nabi adalah sebagai penjelas dari ayat-ayat al-Qur’an yang belum jelas, dan bila ada ayat al-Qur’an yang umum maka Nabi yang mengkhususkan melalui sunnahnya dan bila ada kejadian tidak ada penyelesaiannya melalui al-Qur’an maka posisinya sebagai Rasul bisa membuat hukum baru terhadap perbuatan baru.

Sedangkan ketauladanan Nabi bukan hanya dalam bidang hukum semata tetapi untuk seluruh aspek kehidupan, karena itu bila kita menjadikan Nabi sebagai contoh dalam menjalani kehidupan maka tidak akan mungkin tersesat selama-lamanya.

Salahuddin al-Ayyubi seorang pencetus peringantan Maulid Nabi Muhammad berharap dengan momen peringatan Maulid Nabi semangat kaum muslimin bisa bangkit kembali dari keterpurukan, seperti halnya ketika kaum muslimin berhadapan dengan kaum nasrani pada perang Salib, dimana kondisi kaum muslimin pada saat itu mulai tidak bersemangat lagi untuk berjihad di jalan Allah. Akhirnya dengan peringatan Maulid kaum muslimin bisa menang.

*Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry dan Pengajar Mata Kuliah Agama Prodi Gizi di Poltikes Aceh


Ikuti channel kami, jangan lupa subscribe :

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.