Menyikapi Pandemi Dengan Memantapkan Jati Diri

oleh

Catatan Jumat : Mahbub Fauzie*

Sampai hari ini warga dunia masih dihadapkan dengan merajalelanya penyebaran wabah virus Corona atau Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Termasuk Indonesia secara umum, tidak terkecuali di provinsi paling barat, yakni Aceh, penyebaran virus asal Wuhan China ini proses penularannya masih berlangsung menjangkiti ribuan warganya.

Kondisi ini telah mengganggu tatanan multidemensi kehidupan masyarakat. Baik dalam skala pribadi, keluarga maupun sosial. Sendi-sendi kehidupan ekonomi masyarakat cukup terdera, dan kegiatan sosial, pendidikan bahkan agama cukup terusik. Dimaklumi, masa-masa seperti ini tentunya kita sebut sebagai masa-masa sulit.

Sebagai orang-orang Islam yang beriman tentu harus bijak dan arif menghadapi situasi seperti ini. Situasi sulit akibat pandemi berkepanjangan. Sikap bijak dan arif harus melahirkan tindakan-tindakan positif dan produktif demi keberlangsungan hidup kita sebagai hamba Allah SWT, kebaikan-kebaikan dunia maupun akhirat diupayakan bisa dicapai oleh insan-insan beriman.

Bagi orang beriman, bahwa pandemi corona itu tidak lain adalah merupakan azab dan juga ujian. Azab bagi orang-orang yang berdosa, dan ujian bagi orang-orang yang beriman takwa.

Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya ia (thaun) adalah azab yang dikirim Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Lalu Allah menjadikannya rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (HR. Bukhari).

Oleh karena itu, sikap bijak dan arif orang beriman dan bertakwa dalam menghadapi pandemi harus bisa membangkitkan kesadaran untuk lebih memantapkan jadi dirinya sebagai hamba Allah Swt.

Upaya-upaya positif dan produktif harus bisa diejawantahkan dan dilakukan. Setidaknya ada tiga, yaitu: *pertama* , berupaya untuk lebih memantapkan keimanan dan meningkatkan kesabaran.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 155-157 Allah Swt mengingatkan: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. Al Baqarah: 155-156)

*Kedua* , berupaya semakin optimis. Yakni, walau kondisi sulit tidak boleh dihadapi dengan putus asa.dan lemah semangat. Justru harus lebih yakin, bahwa setiap kita menghadapi kesulitan pasti ada hikmah kemudahan.

Ini janji Allah Swt sebagai firman-Nya: “Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah: 5-6)

*Ketiga* , berupaya lebih giat meningkatkan kualitas diri. Sebagai insan beriman, kondisi sulit harus melahirkan pribadi kokoh, tegar dan mumpuni. Baik sebagai hamba Allah Swt maupun sebagai makhluk sosial.

Peningkatan kualitas diri bisa dilakukan dengan semakin giat belajar, bekerja dalam rangka ibadah. Kapasitas sebagai pribadi muslim mukminin diwujudkan dengan semakin pintar mengambil ibrah atau pelajaran. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran diri tentang pencipta.

Giat bekerja demi nafkah diri yang dinawaitukan sebagai ibadah tentu akan melahirkan spirit kehalalan dan kethayyiban serta keberkahan rezeki.

Upaya ketiga ini, tentu terkait dengan upaya pertama dan kedua insan beriman dalam menghadapi masa-masa sulit (pandemi). Yakni, dengan memantapkan jati diri sebagai hamba Allah Swt, kualitas keimanan dan kesabaran insan bertakwa makin teruji.

Aqidahnya semakin kuat, ibadahnya semakin meningkat dan akhlaknya semakin baik. Pribadi semakin baik, di keluarga maupun di lingkungannya. Ini tentunya manifestasi dari peningkatan iman dan pemantapan kesabarannya.

Rasa semakin optimisme akan melahirkan pribadi muslim yang yakin akan kesuksesan karena kesungguhan. Karena keyakinannya akan kehadiran Allah Swt dalam segala aktifitas kehidupan insan beriman, melahirkan semangat spiritual akibat etos ruhiyahnya.

InsyaAllah, upaya-upaya positif produktif dalam menghadapi masa sulit pandemi akan lebih mengokohkan jadi diri kita sebagai muslim mukminin muttaqin yang dihadapan Allah Swt adalah orang-orang yang mulia.

Semoga, apapun kondisi kita, keberlangsungan hidup kita dengan makin beriman dan bertaqwa kita, akan semakin bermanfaat bagi sesama. Kalaupun kemudian kita harus kembali kepada Allah Swt semoga dalam kondisi khusnul khatimah, yakni akhir yang baik… Aamiin.

Catatan ini merupakan intisari khutbah jumat di Mesjid Ar-Raudhah Kp. Gelelungi Pegasing. Jumat (2/10/2020)

*Khadimul Ummah yang bertugas di KUA Kec. Pegasing.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.