Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA*
Kondisi akibat corona (covid-19) sudah sangat terasa diseluruh lini masyarakat, mulai dari masyarakat kota sampai kepada masyarakat desa, mulai dari masyarakat yang berprofesi sebagai pengusaha sampai kepada masyarakat yang berprofesi sebagai petani.
Untuk tulisan ini kita ingin melihat kondisi masyarakat sebagai petani yang Kebanyakannya hidup di desa dan identik masyarakat desa dengan masyarakat yang hidupnya miskin.
Semua masyarakat yang berprofesi sebagai petani sangat merasakan sulitnya ekonomi dalam masa pandemi ini, semua barang yang dihasilkan oleh masyarakat petani sangat murah dan malahan tidak ada harga bahkan tidak ada yang membelinya.
Ini berlaku tidak hanya untuk produk tertentu tetapi juga untuk semua produk yang dihasilkan, mulai dari tanaman keras sampai kepada tanaman palawija, mulai dari tanaman yang buahnya tahan lama sampai kepada tanaman yang buahnya cepat busuk.
Kopi yang menjadi tanaman unggulan masyarakat semenjak dari masa awal terjadinya covid-19 sampai pada hari ini harganya sangat rendah, di awal-awal kendati harganya rendah masih dibeli oleh para toke atau pedagang tetapi kini para toke dan pedagang kopi tidak lagi memiliki uang.
Karena uang yang mereka siapkan selama ini telah habis membeli kopi dan juga para toke yang mengambil kopi dari masyarakat dengan janji akan membayarnya ketika kopi laku terjual, sedangkan sekarang kopi yang mereka beli dari masyarakat menumpuk di gudang-gudang penyimpanan, kini mereka yang memiliki produk baik sebagai petani atau yang berprofesi sebagai pedagang mulai dilanda kefakiran bila kondisi seperti ini terus berlanjut.
Disisi lain dalam bidang palawija (tomat, kul, bawang, dll) mempunyai fenomena tersendiri, dimana kebanyakan masyarakat yang menanam palawija meminjam uang dari toke atau orang lain yang punya modal (uang), dengan harapan setelah panen toke akan membeli hasil panen mereka dengan sistem mengembalikan modal yang dipinjam dan berbagi keuntungan dengan system bagi dua atau bagi tiga.
Sistem atau pola tanam seperti ini telah berjalan lama dalam masyarakat petani pada masa sebelum pandemi sampai sekarang pada masa pandemi ini. Tetapi pada masa pandemi ini masyarakat petani menjadi rugi karena modal yang dipinjam dari toke tidak sanggup dibayar, karena hasil tanaman palawija yang ditanam tidak bisa terjual.
Bila dilihat dari sisi toke sebagai pemberi modal, maka toke menjelaskan bahwa pemberian bantuan didasarkan pada pengembalian modal yang diberikan dan akan menjual hasil tanaman petani kepada pembeli di luar daerah, namun ketika pendemi terjadi hasil pertanian masyarakat tidak ada yang beli termasuk tanaman palawija yang dibantu modal, karena itu kalau tanaman palawija petani tidak bisa terjual maka toke juga tidak mendapat keuntungan dan juga tidak ada dalam aqad kalau petani rugi maka akan ditanggung bersama.
Dalam menyikapi keadaan pandemi (corona) saat ini pemerintah daerah telah mengambil peran dalam membantu masyarakat dengan nama bantuan “ketahanan pangan”, bantuan berupa dana diberikan kepada masyarakat agar masyarakat bisa menanam tanaman seperti jagung, ubi-ubian, kentang dan lain-lain yang berfungsi untuk menjadikannya sebagai pengganti makanan pokok atau dengan cara menjualnya kepasar kemudian uang yang didapat selanjutnya bisa membeli beras.
Permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini bukanlah dari sisi susah dan mudahnya menanam sehingga dapat hasil, tetapi yang menjadi permasalahan sekarang tidak terbiasanya masyarakat mengganti makanan pokok (padi) menjadi yang lain seperti ubi, kentang, jagung atau yang lainnya.
Permasalahan lain bukanlah mereka para petani tidak memiliki barang untuk dijual tetapi lebih susah lagi hasil usaha mereka tidak dapat dijual, kemudian mereka tidak tahu solusi apa yang harus dilakukan, sedangkan pemerintah sendiri diam dengan membiarkan apa terjadi terhadap produksi masyarakat.
Bila kita melihat di Negara lain tentang melimpahnya produksi pertanian rakyat, maka pemerintah menyikapinya dengan dua cara : Pertama, pemerintah membeli semua hasil pertanian rakyat untuk selanjutnya dimusnahkan karena melimpahnya produk dan diperkirakan tidak habis dikonsumsi.
Kedua, pemerintah membeli hasil produk pertanian rakyat untuk selanjutnya diolah ke pabrik dan dijadikan makanan kemasan. Jadi tanggung jawab pemerintah terhadap produksi pertanian rakyat dijamin oleh pemerintah secara penuh. Lalu bagaimana dengan pemerintah kita dalam menyikapi hasil pertanian rakyatnya?
Saya pernah mendengar ucapan salah seorang pemimpin kita (Gayo) berbicara dalam menyikapi fenomena yang terjadi saat ini, “kita sebagai petani menanam terus apapun yang dapat menghasilkan, nanti soal harga kita serahkan kepada Allah”.
Untuk menyikapi pernyataan seorang pemimpin seperti ini saya sendiri tidak paham, karena dalam pemahaman saya mencari pasar yang dapat menampung produksi rakyat adalah pemerintah dan yang menentukan harga di pasar juga adalah pemerintah. Bila ini tidak dijalankan maka kita yakin masyarakat petani akan putus asa dengan apa yang dilakukan, karena hasil pertanian mereka tidak terjual dan tidak dihargai oleh pemerintah.
Sementara kondisi masyarakat saat ini sudah mulai merasakan kelaparan, yang selama ini sayur-sayuran yang dipetik dari kebun dapat dijual ke pasar dan uangnya dapat digunakan untuk membeli beras.
Tanaman palawija yang selama ini dapat dijual ke pasar walaupun dengan harga murah kini pasar tidak menerima lagi apa yang dijajakan petani, karena mereka yang selama ini berbelanja ke pasar tidak lagi memiliki uang. Sehingga seorang anggota masyarakat bertutur “semua yang kami tanam tidak laku untuk dijual, sekarang kami sudah mulai susah membeli beras”, sekarang apa yang mereka harus lakukan?
Ketika mendengar pernyataan masyarakat seperti itu, saya memberi solusi walau sangat sederhana, yaitu biasakan diri untuk memakan makanan yang pernah orang-orang tua kita dahulu konsumsi, seperti ubi, kentang dan lain-lain. Karena sebenarnya makanan-makanan itu merupakanan makanan pokok sebelum adanya beras atau jadian makanan tersebut sebagai makanan pendamping.
*Pemerhati Adat dan Budaya
Ikuti channel kami, jangan lupa subscribe :