Ronaldo, Sang Utusan Tuhan Untuk Menghancurkan Sepakbola Pencitraan

oleh

(Edisi Barca: berakhirnya sebuah Generasi emas Sepak bola yang spektakuler)

Oleh : Teuku Fadli*

Seiring dengan memudarnya kekuatan Galacticos (Cuma edisi 1, tidak ada edisi 2) dan terus meredupnya sinar terang mereka.

Dari dalam keremangan, muncullah secara perlahan kekuatan Generasi Emas Barca.
Generasi emas ini dilahirkan dari rahim keruntuhan Galacticos dan nasib yang membuat Barcelona tertimpa keberuntungan dengan kemunculan XAVI, INIESTA, PUYOL, BUSQUET dan tentu saja MESSI.

Ibarat membangun sebuah rumah, ‘bouwplank’ tim ini dipasang oleh Rijkaard sang legenda Oranye. Tapi meski ‘bouwplank’ sudah terpasang, pondasi belum lagi terbentuk. Karena di tim ini masih ada dua orang latino yang membuat roh tim ini yang menjadi skema Tiki Taka tidak akan pernah sempurna untuk dimainkan.

Skema Tiki-taka, membutuhkan penguasaan tiap pemain atas detail permainan, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh. Detail pertandingan yang seperti itu, jelas TAK AKAN MUNGKIN bisa dijejalkan pada seorang LATINO SEJATI.

Barcelona baru mulai bisa menguasai dunia secara kokoh ketika akhirnya Xavi dan Iniesta menjelma menjadi Roh tim ini.

Keberadaan merekalah yang membuat Barca mendominasi jagat sepakbola dunia.

Begitu dominannya Barca saat itu sampai-sampai para pemabuk membuat klaim absurd, BARCA ADALAH SEPAK BOLA ITU SENDIRI.
Klaim ini semakin parah ketika Tulisan UNICEF tiba tiba nongol di baju Carca yang sebelumnya POLOS itu.

Keberadaan tulisan itu membuat siapapun yang berani mengeritik Barca auto dosa. Tapi untungnya, dunia masih punya Papa Perez. Sosok yang sudah lebih dahulu “mengerti” masalah Madrid, filosofi Madrid dan kedudukan Madrid di jagat sepakbola.

Papa Perez, dengan segudang pengalaman yang dia punya berhasil menemukan obat untuk mengobati mabuknya dunia sepakbola. Bagaimana detailnya gerakan Papa Perez, tidak mungkin saya tuliskan di sini, karena sangat panjang dan membutuhkan pembahasan tersendiri.

Singkatnya, obat temuan Perez itu adalah seorang pemuda berusia 23 tahun. Dia adalah pemuda yang merepotkan Barca di semifinal liga champions.

Saat mendarat di Bernabeu, dia perkenalkan di hadapan 80 ribu lebih pasang mata. Sebahagian terbesar, datang karena ingin melihat PEMAIN TERMAHAL DUNIA.

Sebagian kecil datang karena rasa penasaran, ingin tahu bagaimana sosok pemuda yang akan menantang PEMERINTAHAN DUNIA SEPAKBOLA seorang diri.

Ya para pemirsa sekalian “SEORANG DIRI”
Kalau kita bicaar soal kemampuan, SKILL pemain ini jelas O.K punya. Tapi untuk menantang pemerintahan sepakbola dunia, skill bermain saja jelas tidak cukup. Selain skill, yang lebih dibutuhkan adalah daya tahan alias DURABILITAS jiwa dan raga.

Ya dialah Cristiano Ronaldo. Pemuda asal Portugal yang membangun reputasinya di tanah Inggris bersama Manchester United ini dibeli oleh Madrid dengan harga yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Pada musim perdananya di Madrid, pemain yang saat itu adalah bintang paling terang di Inggris ini langsung mendapat ujian pertama atas kekuatan dan daya tahan jiwa dan raganya.

Dia yang sebelumnya sudah meraih Ballon d’or bersama Manchester United yang identik dengan nomer punggung 7. Sampai-sampai nomer itu menjadi brand pribadinya CR7. Harus mau menerima nomer 9 terpampang di punggungnya. Dia menerimanya tanpa drama.

Ini jelas menandakan kemampuannya yang luar biasa dalam mengesampingkan EGO Kebintangan, sekaligus menunjukkan kesabaran dan kesadaran bahwa Madrid yang agung akan diwariskan pada dirinya, satu sarunya harapan untuk melawan Barca yang hebat yang didukung dengan dukungan di luar nalar oleh otoritas sepakbola dunia.

Anda, para pembaca sekalian mungkin berpikir kata “Seorang Diri” itu terlalu membesar besarkan sosok ini.

Jadi begini, biar saya jelaskan.
Di masa-masa awal dia “melawan,” ketika dia baru tiba di Madrid. Bahkan teman setimnya sendiripun masih berpandangan kalau Messi lebih baik dari dirinya. Dan pendapat ini bukan hanya beredar di kalangan sendiri, mereka bahkan mengungkapkannya ke public. Jadi, kalau rekan setim sendiri masih berpandangan begini. Tak perlu ditanya lagi, bagaimana pendapat pemain di luar tim.

Tantangan buat CR7, tidak berakhir di sana, malah bisa dikatakan. Tantangan itu baru pembuka. Ketika dia mulai mendapatkan momentum dalam Kampanye Melawan Barca, bukannya mendapat apresiasi atas usahanya.

Yang terjadi, malah tiba tiba para pelatih yang seharusnya merupakan pengamat paling baik bagi pemain malah berbondong-bondong, terang-terangan berdiri di belakang Messi (mengorbankan penilaian kebutuhan Tim) bahkan terdengar pelatihnya sendiri juga (mantan pelatihnya) lebih memilih Messi daripada dirinya. Ini jelas sangat “MENCURIGAKAN”.

Masa masa “Perlawanan” ini baru terasa menjadi sedikit mudah ketika Ramos dan Marcelo berikrar untuk berjuang bersama dirinya.

Para “NETRALIS” baru tersadar adanya ketidakberesan, ketika perhitungan suara Ballon D’ Or bocor ke publik. Kebocoran perhitungan itu membuat publik sadar kalau hubungan antara Barca dan UEFA- FIFA ini ternyata memiliki pola seperti hubungan antara Amerika dan NATO-nya.

Dukungan UEFA-FIFA kepada Barca sedemikian brutal, sampai-sampai mereka bisa melarikan suara para kapten sepakbola Dunia… Ah UEFA-FIFA ini kok macam komisi penyelenggara Pemilu nya Negri Mukidi saja ya?

Dunia semakin tersadar akan adanya konspirasi di pucuk otoritas tertinggi, ketika seorang Presiden organisasi olahraga terbesar di dunia ini dalam acara resmi, terang-terangan men”cela” CR7 dan mengagung-agungkan Messi.
Jelas kan kawan kawan?

Cuma Papa Perez yangg mendukungnya dari awal sampai akhir. Akhirnya, setelah berbagai macam rentetan insiden keberpihakan, Ballon D’Or mulai realistis dan CR7 pun mulai mendapatkan pengakuan.

Lalu kalian bilang statistik tak menentukan, kemampuan di lapangan yang menentukan. Itulah sebabnya mengapa gelar dan piala bergengsi yang sudah didapatkan CR7, sengaja tak saya lampirkan disini.

Sekarang, pemaparan kita masuk ke wilayah Teknik. Messi itu indah bro….tak ada yang bisa memungkiri itu.

Dia meliuk liuk di antara pemain bertahan dan menuntaskan dengan baik dan banyak serangan (saya pernah membaca sebuah komentar dari seorang pemain hebat yang menuturkan Messi lebih hebat karena dia tidak pernah mencetak gol dengan tendangan keras)
Kawan…Mari kita pahami situasinya.
Diawal Messi masuk ke tim utama Barcelona.

Dia bermain di sisi kanan lapangan tengah Barca, karena sisi kiri ada Ronaldinho dan tengah ada Deco. Jadi dengan adanya fakta itu, tentu saya tak perlu lagi menjelaskan bagaimana mudahnya, tugas seorang Messi ketika di daftar pemain yang diturunkan, dua nama itu muncul. Messi sangat jenius, benar sekali. Tak ada yang bisa membantah itu.

Dia sangat-sangat jenius sehingga mampu memanfaatkan masa itu untuk mengembangkan skill mengecoh lawan. Tugas mencetak gol waktu pada waktu itu ada di pundak Eto’o => Ibra => Henry.

Setelah masa itu lewat, dia bergerak di sisi tengah lapangan dekat dengan striker dan bermain dengan kemampuan menakjubkan, menghancurkan pertahanan lawan sehancur-hancurnya.

Ini semua bisa dia dilakukan karena ada Xavi, Iniesta, Busquet, Puyol sampai Pique di belakangnya.

Pada saat yang bersamaan, dia membunuh Pedro, Alexis Sanchez sampai David Villa.
Bahkan ada kabar dialah otak di balik penjualan Ibra.

Sementara itu, CR7 dari awal mula karirnya, selalu bergerak di sayap kiri dan bermain dengan dukungan…. bisa dikatakan tak ada dukungan.

Kecuali pergerakan Benzema yang dengan cerdik selalu mampu membuka jalan bagi CR7 untuk bisa menusuk ke kotak pinalti atau mendekat ke kotak pinalti lawan (ketika indentitas Madrid sudah sempurna diubah oleh Mourinho) mungkin ditambah dengan Oezil yang mampu mengirim umpan umpan menarik sesuai kemampuan CR7.

Mereka inilah yang membuat Madrid menjadi Tim dengan serangan balik paling mematikan di muka bumi. Situasi seperti inilah yang membuat kenapa kita sering kita lihat CR7 melakukan gol gol dengan tendangan keras. Keadaan inilah yang membuat fenomena itu menjadi wajar.

Apa yang TIDAK WAJAR adalah dengan jarak memulai serangan dari posisi yang jauh dari gawang lawan tapi CR7 masih mampu menyabet beberapa kali predikat top skorer dan sepatu emas.

Sudah kawan jangan lagi kalian ajak saya berdebat tentang materi ke 2 tim ini pada saat itu. Karena itu akan memaksa saya menjelaskan satu persatu kemampuan para pemain di kedua tim.

Dan kalau itu kita paparkan satu-persatu, maka JELAS SEKALI kalau CR7 sukses besar SEORANG DIRI menahan laju Barca yang hebat itu dalam ambisinya menguasai dunia.

Atau paling tidak, kalaupun Barca menguasai dunia tetapi penguasaan itu hanya seperti Belanda menguasai Aceh atau Romawi menguasai bangsa GALIA di dalam cerita di komik ASTERIX.

Sejarah seharusnya mencatat GENERASI EMAS BARCA begitu sempurna dalam sejarah SEPAK BOLA DUNIA.

Tapi, ternyata TUHAN berkehendak lain. DIA mengirimkan RONALDO, pemain bernomer punggung 7 untuk menyadarkan makhluknya dari ilusi berbalut pencitraan tentang kesempurnaan generasi emas Barcelona.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.