Haji dan Spirit Persatuan Islam

oleh

Oleh : Johansyah*

Haji merupakan rukun Islam kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah ritual tahunan yang dilaksanakan umat Islam seluruh dunia bagi yang mampu, baik materi, fisik, mental, dan keilmuan dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan pada beberapa tempat di Arab Saudi pada musim haji. Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang biasa dilaksanakn di luar waktu tersebut kapan saja.

Aktivitas puncak haji dimulai pada tanggal 8 dzulhijjah ketika umat Islam bermalam di Mina, wukuf di padang Arafah pada tanggal 9 dzulhijjah, dan berakhir setelah melempar jumrah pada tanggal 10 dzulhijjah. Masyarakat Indonesia biasa menyebut juga hari raya idul adha sebagai hari raya haji kerena bersamaan dengan ibadah haji ini.

Banyak dalil al-Qur’an yang menyerukan tentang pentingnya ibadah haji. Salah satunya dapat disimak dari firman Allah SWT sebagai berikut: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya.

Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat.

Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna.

Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” (QS. al-Baqarah: 196).

Di satu sisi, haji adalah perintah bagi kita yang sudah mampu dari segala aspeknya tanpa harus mengetahui nilai atau hikmah diperintahkannya ibadah tersebut. Namun di sisi lain, sekiranya digali secara mendalam-apalagi mereka yang sudah pulang dari Baitullah, tentu banyak sekali hikmah dan pelajaran yang diperoleh. Orang yang pulang dari sana memiliki cerita unik dan menakjubkan, terkadang kita tersentak mendengarnya.

Terkait pesan dan nilai esensial ibadah haji, saya tertarik untuk menerupungnya dari dimensi persatuan umat. Haji adalah simbul persatuan umat Islam. Di tempat inilah bertemunya seluruh keberagaman umat Islam dari seantero dunia dalam satu visi dan misi untuk melaksanakan salah satu perintah Allah SWT.

Sayangnya, rutinitas tahunan ini masih kita jadikan sekedar untuk memenuhi panggilan Allah SWT dari aspek ritualnya saja. Di sisi lain belum menyentuh spirit persatuan dan kekuatan umat Islam. Sekali lagi, memang tidak ada tuntutan untuk membuat semacam program lain selain apa yang telah diwajibkan kepada umat Islam, yakni untuk berhaji. Ya sudah, semua fokus pada ibadah tersebut.

Tapi sebagaimana ibadah ritual lain seperti shalat, zakat, maupun puasa, haji juga sejatinya mampu menyentuh dimensi sosial kemanusiaan. Artinya ada pesan penting di balik ritual haji terkait dengan visi dan misi kemanusiaan. Di samping ritual haji, sejatinya rutinitas ibadah tahunan ini dapat dimanfaatkan untuk rembuk tahunan umat Islam seluruh dunia.

Hal ini sangat memungkinkan mengingat memang pada momen ini umat Islam berkumpul secara bersamaan dari seluruh penjuru dunia. Kenapa tidak dimanfaatkan sebagai ajang rembuk tahunan untuk membincangkan persoalan umat Islam saat ini dan melihat tantangan yang dihadapi umat Islam pada masa yang akan datang.

Di momen inilah seluruh negara Islam sejatinya duduk bersama dan berembuk bagaimana kondisi ekonomi umat Islam, politik, pendidikan, hubungan antar negara Islam, dan bagaimana strategi menghadapi tantangan dunia global yang banyak sedikitnya berpengaruh pada generasi muda muslim. Intinya banyak hal yang dapat dibincangkan dalam pertemuan ini.

Apapun ceritanya, persatuan umat Islam dunia saat ini masih menjadi tanda tanya besar. Ketika ada persoalan umat Islam di sebuah negara, terutama yang minoritas, negara-negara Islam cenderung pasif, diam, dan terkesan takut bertindak tegas atas negara-negara yang melakukan penindasan terhadap minoritas muslim yang ada di negaranya.

Katakan Indonesia, kita mengakui bahwa Indonesia berperan aktif dalam membela hak-hak komunitas muslim seperti Palestina, Rohingya, Uighur, dan yang lainnya. Tapi kita takut untuk melakukan tekanan-apalagi mencampuri urusan mereka yang berada di sebuah negara. Kita tidak berani bersikap dan bertindak tegas pada mereka yang melakukan penidasan. Paling hanya mengutuk, dan itu sama sekali tidak berpengaruh secara psikologis dan kebijakan mereka yang melakukan penindasan.

Di sisi lain, kita jarang mendengar peran negara-negara Arab dalam membela hak-hak masyarakat muslim di negara lain. Persatuan negara-negara Islam seperti yang terwadahi dalam OKI juga tidak berbuat banyak ketika masyarakat muslim mengalami tindakan kekerasan dan tekanan.

Hal ini membuktikan bahwa persatuan umat ini masih sangat rapuh. Ini juga yang menjadi faktor utama mengapa Islam di dunia tidak kuat dari segala aspeknya karena kita tidak menjunjung tinggi dan mewujudkan nilai-nilai persatuan umat sebagaimana yang diserukan dalam al-Qur’an. Tentu, persatuan umat Islam seluruh dunia adalah syarat utama untuk menguatkan Islam dalam percaturan dunia global.

Maka dalam al-Qur’an ditegaskan betapa pentingnya persatuan, agar kita tidak berpecah belah. Allah Swt berfirman: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. ali-Imran: 103).

Untuk mencapai visi persatuan ini, Allah SWT sebenarnya sudah menyiapkan wadahnya, yakni ibadah rutinitas tahunan ibadah haji sebagaimana diuraikan tadi. Yang jelas perintah haji bukan sekedar berorientasi pada dimensi vertikal. Lebih dari itu, sejatinya ibadah haji dapat dimanfaatkan sebagai wadah untuk menjalin dan menguatkan persatuan umat Islam sedunia. Begitulah, pesan tersirat haji ini sama sekali belum terbaca secara serius oleh kita umat Islam.

Ke depan, mungkin hal ini perlu menjadi bahan pertimbangan bersama. Kita coba memaksimalkan ibadah rutinitas tahunan haji untuk membangung persatuan dan kekuatan umat Islam dengan berangkat dari problematika umat Islam sedunia. Selanjutnya kita coba membangun rencana strategis bagaimana mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut.

Akhirnya, haji yang saya pahami bukan sekedar berhaji untuk menghadap Allah SWT, tapi ada sisi lain yang sejatinya menjadi tanggung jawab bersama, yakni sisi kemanusiaan dan persatuan umat. Wallahu a’lam bishawab!

*Pegawai Dinas Syari’at Islam dan Pendidikan Dayah Kabupaten Aceh Tengah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.