Oleh : Fauzan Azima*
Hampir seluruh musisi dunia sudah melihat penampilan Alif Ba Ta memainkan alat musik gitar lewat channel YouTube. Mungkin mereka meremehkan sebelum menyaksikan lelaki yang bernama asli Alief Gustakhiyat (31 tahun) asal Ponorogo, Jawa Timur itu sebelum menyaksikannya langsung. Tidak ada yang bisa menahan pujiannya setelah melihatnya memainkan gitar dengan sempurna.
Dunia sekarang memang sedang demam dengan performance Alif Ba Ta. Semua orang ingin tahu kehebatan beliau membetot senar-senar gitar itu bercampur suara bass, melodi, piano, sekaligus gejrengan dengan tempo yang pas. Rata-rata reaksi kekaguman mereka dengan bertanya “Bagaimana beliau melakukan itu?”
Pasti ada sesuatu yang lain dari sekedar keahlian bermain gitar. Penampilannya jiwa yang tenang (ya ayyuhan nafsun mutmainnah) dengan latar belakang poster angka, poster huruf abjad, sebatang rokok pada asbak dan kopi hitam. Sungguh terlalu sederhana properti yang digunakan untuk sebuah anugerah keahlian tingkat dewa. Namun pada kebersahajaan itulah letak dari petunjuk itu.
Secara umum penggunaan properti yang sederhana mengingatkan kepada kita semua untuk hidup bersahaja dan tidak berlebih-lebihan sebagai wujud kasih sayang kepada sesama serta agar orang lain tidak membangun kebencian kepada kita karena penyakit hati, yakni sifat iri.
Kemudian masing-masing properti itu kita detailkan satu per satu. Kita mulai dari poster angka yang dimulai dari 0 sampai dengan 9. Poster itu mengajarkan kepada kita semua, seberapapun uang yang kita miliki, itu hanya susunan angka satu dan seterusnya. Tidak patut kita sombong dengan kekayaan.
Andai Allah SWT mencabut angka-angka itu, tidak bermakna lagi uang yang kita miliki.
Kita telah salah kaprah menilai orang tari jumlah kekayaan atau uang yang dimiliki.
Seseorang yang merantau dan sekolah bertahun-tahun, lalu pulang ke kampung, masyarakat mengukur keberhasilannya seberapa harta dan uang yang dibawa. Sungguh standar yang merusak mental dan akhlak manusia. Sehingga untuk mencapai standar itu mereka mau korupsi, mencuri dan menipu.
Poster huruf abjad; a, b, c dan seterusnya merupakan peringatan kepada kita bahwa salah satu syahadat manusia “Lamutakallimun” karena kita benar-benar fakir Illallah. Tanpa abjad kita tidak bisa berkata-kata. Sekarang bukan zamannya lagi membangun perdebatan yang tidak produktif. Banyak acara-acara televisi yang menampilkan dialog yang akhirnya menimbulkan permusuhan antar kelompok.
Kopi yang merupakan awalnya pengganti korma yang kemudian diistimewakan dengan “do’a Alif” yang berlafadz “Dengan Alifnya Allah Yang Maha Hidup lagi menghidupkan; jadikan orang mencium bunga kopi, makan kopi dan minum kopi ini dimudahkan menjadi kekasih Allah.”
Terlepas dari perdebatan para ahli ilmu tentang pentingnya merokok adalah wujud kasih sayang kepada kaum kecil. Petani tembakau dan buruh pelinting rokok adalah potret orang-orang miskin yang perlu kasih sayang kita. Andaikan pabrik rokok ditutup gara-gara kita tidak merokok. Bagaimana tanggung jawab sosial kita terhadap nasib mereka.
Beberapa tahun lalu, negeri kita pernah demam batu cincin. Itu sebenarnya sama dengan fenomena fingerstyle Alif Ba Ta menjadi peringatan dan renungan, sebagaimana kita membersihkan dan menggosok batu agar mengkilat, begitupun hati kita harus diperbaharui dengan selalu mensucikannya melalui zikir, muhasabah atau apa yang disebut dengan tazkiatun nafsi.
Besok kita merayakan hari raya qurban dan marilah berqurban yang pada hakikatnya adalah keikhlasan sebagaimana fingerstyle Alif Ba Ta memainkan gitarnya serta memperdengarkan iramanya kepada kita semua. Selamat merayakan Idul Adha 1441 Hijriah. Mohon maaf lahir dan bathin.
(Mendale, Kamis, 30 Juli 2020)