Oleh : Rayhanah*
Coronavirus Diase atau dikenal dengan covid-19 salah satu penyakit menular berbahaya yang dapat menyerang pernapasan dan radang paru-paru. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan covid-19 menjadi pandemi, hal ini berdasarkan penyebarannya secara geografis telah mencapai 205 negara.
Penyebaran dan penularan covid-19 ini berlangsung sangat cepat, gejala yang muncul dari virus ini hampir sama dengan flu biasa seperti batuk, demam dan sesak nafas, tetapi demamnya lebih tinggi di atas 38 derajat.
Meskipun begitu, seseorang yang sehat dan tidak menunjukkan gejala tersebut juga dapat terkena atau sudah terbawa virus corona di dalam tubuhnya.
Lalu bahayakah virus corona ini? Tentu sangat bahaya, transmisi yang begitu cepat dan mudah. Karena itu, positif terinfeksi virus corona menjadi lebih banyak dan virus ini berbahaya karena tak semua yang terkena virus menunjukkan gejala yang serius bahkan ada yang mengalami tanpa gejala, karena itu harus diperiksa terlebih dahulu untuk mengetahui gejala-gejala tersebut.
Awalnya, virus ini ditemukan di pasar hewan Wuhan (China) yang terdeteksi tahun 2019 dan diketahui orang pertama meninggal karena virus ini juga termasuk penjual hewan yang ada di pasar hewan tersebut sehingga penyebaran virus di China semakin cepat dan menjadi pandemi global.
Semakin hari kasus positif virus corona semakin bertambah dan banyak yang meninggal dunia, tenaga medis pun kewalahan dalam menangani pasien-pasien corona. Karena itu, pemerintah China melakukan beberapa cara untuk menangkal penyebaran virus, yaitu dengan memberlakukan lockdown.
Selama lockdown diberlakukan, China memanfaatkan robot sebagai alat bantu untuk mengantar makanan di rumah sakit dan juga dikabarkan bahwa pemerintah China menggunakan teknologi tersembunyi untuk mengatasi wabah ini, dengan melacak penduduk lewat hand phone dan juga mempunyai kamera tersembunyi yang dapat mengenali wajah seseorang dan mengukur suhu tubuh.
China terkenal dengan perekonomia di dunia, tetapi ekonomi China amblas karena virus corona ini, banyak produksi pabrik-pabrik besar berhenti dan ditutup. Tidak hanya China, Indonesia juga mengalami hal yang sama, banyak pasien yang terinfeksi virus dan semakin hari pasien yang positif terus bertambah.
Maka dari itu upaya dalam menekan penyebaran virus ini, pemerintah menetapkan beberapa kebijakan yang harus dilakukan masyarakat.
Hal-hal yang harus dilakukan, seperti menetapkan pembatasan sosial berskala besar. Presiden Joko Widodo, dalam pidatonya menghimbau agar masyarakat melakukan social distancing, diharapkan di rumah saja (stay at home), bekerja dari rumah, sekolah daring, beribadah di rumah dan tidak melakukan aktivitas di luar rumah.
Korban meninggal dunia akibat covid-19 terus bertambah sedangkan vaksin untuk menyembuhkan korban dan menghilangkan virus belum ada. Semakin cepat penyebaran dan penularan covid-19 membuat masyarakat merasa cemas dan stres.
Penulis menemukan di beberapa kampung, masyarakat melakukan dan mencari segala upaya untuk terhindar dari wabah. Masyarakat mencari informasi terkini dan mencari obat herbal, berita-berita yang tersebar tentang virus ini membuat masyarakat tidak bisa membedakan antara berita hoak dengan berita yang benar dan mempercayai semua berita yang ada di media sosial.
Penulis juga menemukan di salah satu kampung, mereka menolak kedatangan warga perantau dan ada juga orang tua yang melarang anaknya untuk pulang dari perantauan karena takut membawa virus.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa orang memiliki kecemasan meningkat selama pandemi, kecemasan terhadap kesehatan dan keluarga. Dampak dari kecemasan tersebut, maka upaya untuk mengurangi penyebaran virus corona seperti penutupan tempat wisata dan warkop, menyediakan tempat cuci tangan untuk pembeli di depan toko, tidak membaca berita hoak dan penyemprotan disinfektan di setiap rumah dan jalan raya.
Masyarakat juga menerapkan hidup sehat seperti makan makanan bergizi, berolahraga, berjemur di pagi hari saat di bawah sinar matahari, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dan tidak keluar rumah.
Perlu diketahui bahwasannya (Encyclopedia of psychology dalam American Psychological Association, 2020) menjelasakan kecemasan adalah sebuah emosi dengan ciri-ciri perasaan tegang, pikiran-pikiran yang membuat kita khawatir dan terjadi perubahan fisik seperti tekanan darah meningkat.
Seseorang yang mengalami kecemasan biasanya memiliki reaksi tubuh seperti berkeringat, bergetar, pusing, dan detak jantung yang cepat. Ketika dihadapkan dengan situasi yang membuat takut, stres dan tertekan maka orang tersebut akan menganggapnya sebagai sesuatu yang mengancam.
Kecemasan terdiri dari tiga faktor yaitu: kognitif, emosional, dan psikologis. Faktor psikologis, rasa khawatir dan pemikiran negatif saat pandemi. Faktor emosional seperti perasaan takut dan faktor psikologis ketika merasakan sensasi fisik seperi berkeringat karena ketakutan dan jantung berdetak dengan cepat.
Ketika seseorang menganggap stres sebagai suatu yang mengancam, maka orang tersebut memiliki dua respon untuk menghadapinya yaitu fight atau flight (melawannya atau kabur dari situasi tersebut). Namum, pada faktanya kita banyak merespon stres pada jalan yang salah.
Misalnya, kita membaca dan mendengar berita tentang pasien positif covid-19 sudah semakin banyak dan yang meninggal pun semakin hari semakin bertambah, kemudian kita mulai berpikir bahwa kita akan juga terkena virus tersebut dan akan meninggal karena virus corona.
Lalu, wajarkah cemas dan stres saat pandemi ? Wajar, karena pada hakikatnya otak yang diciptakan Allah Swt sudah terprogram untuk menghindari ancaman, salah satunya penyakit sehingga membuat merasa cemas dan rasa cemas tersebut merupakan respons otak untuk membantu tubuh menghindari ancaman penyakit.
Rasa cemas menjadi tidak wajar apabila memikirkan sesuatu yang berlebihan sehingga membuat aktivitas sehari-hari terganggu. Misalnya, tidak bisa tidur karena memikirkan corona, nafsu makan berkurang dan tidak dapat mengerjakan pekerjaan yang biasanya kita kerjakan.
Artinya kesehatan mental terganggu karena pandemi covid-19 ini, kesehatan mental adalah kondisi psikologis individu yang mana individu menyadari kemampuannya, mampu menghadapi stres dan dapat bekerja secara produktif.
Apa yang harus dilakukan untuk mengelola perasaan cemas di masa pandemi seperti ini? Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengelola perasaan cemas di saat pandemi, seperti: Bersyukur dan berdoa kepada Allah Swt karena sampai saat ini masih diberi kesehatan.
Mengerjakan pekerjaan yang dapat membuat senang seperti menonton, membaca novel, bermain game dan lain sebagainya.
Menceritakan kepada orang terdekat hal-hal yang membuat merasa cemas dan khawatir, seperti menceritakan kepada keluarga, teman, sahabat atau orang yang anda percayai.
Mengurangi membaca berita hoak atau berita yang tidak dapat dipercaya karena berita hoak juga salah satu sumber yang membuat stres, dan istirahat secukupnya.
*Penulis, Mahasiswi Prodi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.