Oleh : Tgk. Yusrol Hana, S. Pd. I, M.H.I*
Banyak nya jenis bantuan yang dikucurkan oleh Pemerintah Pusat, Kabupaten, Provinsi sampai ke Pemerintah Desa untuk masa penanganan Covid-19 terkadang membawa dilema dikalangan masyarakat.
Sehingga tidak jarang kita melihat komentar yang terkadang kurang beretika, mengedapankan emosinal tak terkendali, menjurus kepada penilaian personality, sampai pada pengrusakan sarana, yang tentunya nanti akan membutuhkan biaya untuk perbaikan.
Bantuan-bantuan terus dikucurkan, seperti PKH, BPNT, BLT, BST, Fakir Miskin (Dhuafa), bantuan pangan, sembako, pasar murah, bahkan ada bantuan untuk semua kepala keluarga untuk menanam, yang semuanya tentu untuk rakyat.
Hal yang paling dipermasalahkan dari banyaknya jenis bantuan adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan bantuan menanam untuk ketahanan pangan yang bersumber dari Dana Desa.
Menurut saya ini adalah program yang cukup luar biasa, yang tidak semua orang bisa memiliki ide ini. Lebih dari 200 Negara sudah terjangkit wabah Covid 19, hampir semua anggaran fokus kepada program yang tertuju bagaimana mengatasi Covid 19.
Bener Meriah yang juga merupakan Kabupaten pemekaran dari Aceh Tengah, juga ikut menjadi Kabupaten terdampak Covid 19, segala cara dan upaya dilakukan oleh Pemerintah agar wabah ini tidak “menyentuh” masyarakatnya.
Seperti mendorong warga agar berbudaya hidup bersih, menjaga social distancing dan lain sebagainya. Dibalik program itu semua, jauh sebelum Pemerintah Pusat sampai Pemerintah Provinsi mencanangkan ketahanan pangan, Bener Meriah sudah mensosialisasikan dan menghimbau tentang ketahanan pangan, hal ini menurut saya dilakukan oleh Pemerintah.
Selain karena dampak Covid 19 juga karena adanya informasi dari BMKG tentang adanya kemungkinan kemarau panjang yang berakibat pada kekeringan. Terkait adanya pro kontra, itu menurut saya hal yang biasa.
Program ini cukup cemerlang hanya saja butuh edukasi kepada Masyarakat. Kenapa butuh edukasi?? Menurut pantauan saya, ada pro kontra dikalangan masyarakat tentang bantuan ini akibat ketidakpahaman tentang bantuan ini.
Belum ada benang merah yang begitu jelas membedakan antara BLT dan Bantuan untuk menanam. Menurut hemat saya, sangat gampang membedakan antara BLT dan bantuan menanam.
BLT merupakan bantuan yang bersumber dari Dana Desa, kriteria penerima sudah ditentukan dan kita terikat dengan ketentuan itu, kalau dulunya ada 14 kriteria dan minimal 9 harus terpenuhi (lihat Surat dari Menteri Desa Nomor : 1261/PRI.00/IV/2020 Tanggal 14 April 2020), yang selanjutnya berubah menjadi 3 kriteria yang harus dipenuhi oleh calon penerima BLT.
Bisa dipastikan, tidak semua warga Bener Meriah bisa menerima bantuan ini. Selanjutnya Bantuan Menanam untuk ketahanan Pangan, bantuan ini merupakan kebijakan Pemerintah Kabupaten Bener Meriah dalam menyikapi situasi wabah Covid 19 serta adanya warning dari BMKG tentang kemarau panjang dan berakibat pada situasi kekeringan.
Semua Kepala Keluarga akan mendapatkan bantuan ini, berupa bibit dan pupuk. Semua warga didorong untuk meningkatkan ketahanan pangan, ini lebih mendorong warga pada kesiapan untuk menghadapi situasi krisis pangan, bila pun suatu saat kondisi normal, hasil menanam ini bisa dijual dan diganti dengan kebutuhan lain.
Menyangkut dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten dalam pengaturan Dana Desa, sah-sah saja, sebab secara hirarki Pemerintah Desa merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kabupaten merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah Pusat dan seterusnya.
Terlebih dalam hal ini Pemerintah Kabupaten wajib menterjemahkan segala kebijakan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi, jadi intinya tidak ada yang ganjil dalam hal ini.
Selanjutnya yang ingin saya sampaikan bahwa, media sosial saat ini memang cukup luar biasa perkembangannya, namun kita harus berfikir jernih, jangan kita menutupi kebenaran dengan retorika yang seolah-olah benar.
Saatnya kita harus bersama-sama untuk berbuat yang baik dan benar, demi kemaslahatan ummat, jangan kita berargumentasi tanpa dasar, yang pada akhirnya akan menimbulkan fitnah.
Saya mengajak kepada seluruh warga Bener Meriah khususnya, dan kepada warga Indonesia umumnya, mari kita tingkatkan kesadaran akan rasa malu yang mungkin saat ini sudah hampir hilang, rasa menghormati dan menghargai sudah pudar. Sadarlah, bahwa hidup di dunia hanya sementara, akherat adalah selama lamanya.
*Ketua STIT Bustanul Arifin, Kandidat Doktoral UIN Ar-Raniry Banda Aceh