Krisis Corona, “Empus” Tempat Efektif Social Distancing dan Tingkatkan Imun Bagi Masyarakat Gayo

oleh

Oleh : Turham AG, S. Ag, M. Pd*

Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang lebih dikenal dengan Virus Corona semakin mengkhawatirkan, banyak orang merasa khawatir, cemas dan gelisah, bahkan stres karena penyebaran virus tersebut begitu pesat.

Pandemi ini akan menyerang siapa saja tanpa memandang tua, muda, laki-laki, perempuan, pejabat atau pun rakyat jelata, orang beriman sekalipun maupun yang tidak beragama, bahkan orang alim dan yang banyak dosa juga tidak luput dari penularan virus yang mematikan itu.

Tidak ada seorang pun yang dapat menjamin dirinya tidak akan tertular virus Covid-19 selagi masih ada saluran yang terbuka, baik melalui bersentuhan maupun dengan jalan berdekatan, namun demikian tidak boleh panik, harus optimis, waspada dan tidak boleh lengah.

Sebagai warga negara yang baik dan umat beragama tentu harus mempunyai sience of responsibility terhadap masalah penting ini agar mengikuti himbawan pemerintah dan pesan yang telah disampaikan alim ulama untuk melakukan social distancing, yaitu membatasi hubungan atau menjaga jarak antara sesama sebagai tindakan pengendalian infeksi nonfarmasi untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran virus Covid-19 dengan mengisolasi diri dan tidak keluar rumah jika tidak ada yang sangat urgen

Setelah sepekan lebih melakukan social distancing, muncul masalah baru, anak-anak mulai merasa bosan dan jenuh menghadapi kenyataan yang ada, terlalu dini memahami situasi yang genting ini, lagian dunia anak memang dunia bermain dengan teman-temanya baik dirumah maupun disekolah dan serta merta kebiasaan itu harus mereka tinggalkan.

Kenyataan pahit juga menimpa para orang tua akibat diberlakukan lockdown social distancing, timbul perasaan jenuh, bosan, panik, was-was, cemas dan gelisah bahkan setres karena perubahan pola kerja, biasa sibuk diluar rumah sekarang mengurung diri, biasa dalam lingkungan ramai kini telah menjadi sepi.

Apalagi mendengar informasi tentang social distancing semakin diperketat hanya melalui televisi dan alat komunikasi, sehingga berita yang diterima menjadi simpang siur, kurang jelas atau tidak dapat dipahami.

Agenda rutin tahunan puasa ramadhan dan idul fitri juga sudah didepan mata, harga kebutuhan pokok semakin meningkat, sementara harga kopi semakin menurun. Semua itu tentu akan menambah beban berat pikiran yang menyebakan anti bodi atau sistem imunitas tubuh menjadi lemah, padahal imunitas sangat penting untuk menangkal covid-19 dari dalam tubuh.

Anti bodi atau sistem imunitas yang ada dalam tubuh setiap saat akan selalu berubah karena adanya pengaruh beban berat dalam pikiran akibat faktor diatas, sehingga timbul stres, perasaan panik, was-was, cemas dan gelisah. Perasaan tersebut akan mengganggu sistem kerja imunitas tubuh menjadi mudah turun dan secara otomatis getaran dalam tubuh akan turut berubah.

Untuk itu tidak perlu panik, cemas dan usahakan agar tetap tenang, sikapi informasi virus covid-19 dengan bijak sana sebagai langkah untuk menjaga pikiran sekaligus mengaktifkan imunitas tubuh.

Aktifnya imunitas dalam tubuh, sama artinya telah mengeluarkan hormon imunitas dari kelenjarnya dan menstimulasi tubuh maka dengan sendirinya anti bodi akan keluar tanpa harus ada stimulasi dari luar tubuh seperti minum obat-obatan.

Kendati tidak dikatakan sebagai menenangkan pikiran dan mengaktifkan imunitas tubuh, namun masyarakat Gayo telah mengatasi perasaan setres, panik, was-was, cemas dan gelisah menghadapi social distancing dengan cara minah kuempus (mandah ke kebun) untuk sementara waktu

I empus (di kebun) anak-anak kembali bebas berekspresi, bermain sesukanya dan mengerjakan tugas belajar yang diberikan guru secara online. Orang tua juga tidak merasa khawatir karena orang yang berada di kebun dan disekitar anak hanyalah anggota keluarga yang sudah tentu steril dari virus covid-19. Pikiran orang tua juga kembali tenang sehingga dapat menstimulasi tubuh dengan melakukan kegiatan dikebun kopi, minum kopi pagi dan siang hari dibawah pokok kopi, sambil menikmati indahnya pohon kopi disela-sela kesibukan mengurus kopi.

Orang tua juga dapat mengisi waktu dengan melakukan beberapa kegiatan dikebun kopi secara santai seperti mulelang (membersihkan rumput), nebes (membabat rumput), nyumpet  (mengganti kopi yang mati), nyeding/nyerlak (mengambil ceding atau ranting yang tidak berfungsi), mangkas (memotong cabang yang rusak atau tidak produktif lagi) dan ngutip (memetik buah kopi) serta belelesen (mengambil buah kopi yang sudah jatuh karena terlalu lama tidak dikutip),

Melalui beberapa kesibukan dikebun, pikiran tercurah dan fokus tentang mengurus kopi, sehingga dapat melupakan perasaan setres, panik, was-was, cemas dan gelisah akibat lockdown social distancing. Boleh dikatakan, kopi dan kebun kopi dapat menjadi terapi, inspirasi dan alternatif bagi petani, pegawai negeri serta berbagi profesi dalam melakukan aktivitas untuk menjaga pikiran dan menenangkan diri termasuk mengaktifkan imunitas tubuh dengan menstimulasi diri, mengusir rasa setres, panik, was-was, cemas dan gelisah dalam menghadapi situasi saat ini serta menyikapi Social Distancing Covid 19 secara arif dan bijaksana.

*Warga Bener Meriah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.