Oleh : Fauzan Azima*
Setelah mandi kembang setaman, lalu berwudhu’ dengan niat memandang Zat Allah di dalam air menjadi Nurullah Seutuhnya, diteruskan dengan bermusyahadah, akhirnya saya menemukan jawaban; ternyata pekerjaan manusia hanya satu adalah “menghubung-hubungkan.”
Sepinter apapun profesor, tugasnya tidak lebih dari menghubung-hubungkan teori yang satu dengan teori lainnya. Bahkan kelahiran kita sendiri oleh sebab dihubung-hubungkan. Begitupun Agama Islam yang kita cintai inipun bisa berkembang dengan pesat karena silsilah pesan bersambung yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada sahabat, lalu kepada Tabiin, selanjutnya kepada ulama dan sampailah kepada kita hari ini.
Tegasnya, apapun yang terjadi di dunia ini saling berhubungan. Masalahnya hanya soal hubungan jauh dan dekat saja. Mulut bisa berkata bahwa saya tidak punya hubungan dengan si polan, pendapat saya sebagai ustadz membantah pendapat teungku itu. Itu hanya teori, faktanya semua kita ibarat tamu undangan sebuah pesta, tuan rumah menyuguhkan “manna wa salwa” yang sudah disediakan di dalam baskom. Di dekat baskom itu ada gula, madu, garam dan penganan lainnya.
Bagi lidahnya yang suka manis akan menambah gula atau madu, yang merasa hambar akan menambah sedikit garam. Kalau ditanya, bagaimana rasa manna wa salwanya, masing-masing berpendapat berbeda karena semua tamu undangan telah menambah dengan zat lainnya sehingga rasanya tidak lagi orisinil. Pada prinsifnya masing-masing tamu undangan pesta menikmati manna wa salwa. Hanya penambahan zat lainnya yang membuat sensasi rasa berbeda pada lidah.
Saya pun dengan kerendahan hati menjalankan pekerjaan sebagai manusia yakni menghubung-hubungkan antara Virus Corona Wuhan Tiongkok dengan peristiwa viral beberapa waktu lalu di Mesjid Oman.
Sebagai ilmu pengetahuan, memaknai sesuatu dengan dengan tiga cara; pertama pemaknaan menurut “lughah” atau bahasa, kedua pemaknaan menurut maknawi atau istilah, dan ketiga yang lebih penting adalah pemaknaan menurut rasa yang tidak akan pernah ditemukan jika di dalam bathin kita masih ada kesombongan walau sedebu, kebencian walau sedebu, dan tidak ada kasih sayang sesama makhluk walau sedebu.
Berdasarkan lughah atau bahasa Virus Corona Wuhan Tiongkok adalah serius caranya Tuhan membuat tiang bengkok. Sedangkan menurut maknawi atau istilah adalah Tuhan benar-benar telah menunjukan orang-orang yang membengkokkan agama. Sedang makna menurut rasa adalah Tuhan telah menunjukan fakta yang terjadi di Mesjid Oman sebagai suatu tindakan bahwa agama telah dibengkokan.
(Mendale, 29 Januari 2020)