[Tambang Linge Bag.2 Selesai] Kisah Anak Bernegosiasi dengan Calon Pemerkosa Ibunya

oleh

Oleh : Win Wan Nur*

Perdebatan berlanjut. Karena pertentangan semakin sengit. Masing-masing kubu, yang setuju dan tidak setuju ibu diperkosa, melancarkan argumennya.

Kurangnya sumber daya dan dana, karena isu yang mereka bahas hasilnya tak langsung tampak di depan mata (dampak AIDS dan penyakit kelamin, perlu proses yang cukup makan waktu untuk terlihat hasilnya).

Dalam perkembangannya, suara anak-anak yang menolak ibunya diperkosa mulai kehilangan minat pendengar.

Saudara yang mengaku miskin yang tinggal bersama ibu, terang-terangan meremehkan peringatan saudara-saudara yang menolak ibu diperkosa.

Saudara-saudara kaya, silau dengan uang yang akan dibawa calon pemerkosa, semakin bersemangat mengompori saudara-saudara yang katanya miskin yang masih tinggal dengan ibu di rumahnya.

Mereka semakin bersemangat memojokkan adik-adiknya yang tak setuju ibu diperkosa, ketika si calon pemerkosa, dengan mulut manisnya mengatakan, HIV itu insyaallah ada obatnya.

“Sebagai bukti niat baik saya, nanti kalian akan saya libatkan dalam memantau perkembangan virus HIV di tubuh saya.” Katanya.

“Nah lihat itu, dia sudah menjamin HIV nya tidak menular. Dia tentu tak asal ngomong, dia ngomong begitu tentu atas dasar pendapat para dokter hebat di belakangnya,” seru saudara-saudara kaya yang sudah benar-benar silau dengan kemilau harta yang dia bayangkan akan digelontorkan oleh si calon pemerkosa.

Prettt!

Hinanya lagi, itu anak-anak membuat tim khusus untuk bernegosiasi dengan calon pemerkosa ibu LINGE. Membicarakan bagaimana teknisnya, supaya si lelaki kaya memperkosa tanpa membuat ibu LINGE menderita.

Kalau ditentang, dibilanglah adik-adik yang menjunjung tinggi kehormatan ibu menginginkan saudaranya tetap miskin.

Yang lain, dengan nada bijak bicara, “Sudahlah, ini di luar kuasa kita. Sekuat apapun kita berjuang, kita takkan mampu menahan rencana itu. Bahkan bapakpun sudah setuju ibu diperkosa itu orang. Jangan sampai, nanti, sudahlah ibu diperkosa, orang di luar keluarga kita yang dianggap bapak itu jadi pahlawan. Mereka mengambil manfaat dan kita tidak mendapat apa-apa.”

Betapa menjijikkannya rapat keluarga ini.

Menjawab serangan saudara-saudarinya. Si anak perantau dan segelintir saudaranya yang konsisten meletakkan kehormatan ibu dan keselamatan anggota keluarga dari infeksi HIV/AIDS serta penyakit kelamin, di atas segalanya, serentak berkata:

“Bagi kami, mau niat si pemerkosa itu bisa ditahan. Mau kami dianggap penjahat selamanya. Bagi kami, label kata Pahlawan sangat jauh dari sepadan jika untuk itu kami harus membelinya dengan persetujuan agar kami rela ibu kami diperkosa. Apapun resikonya, kami takkan pernah setuju ibu LINGE kita diperkosa.”

“Meskipun si calon pemerkosa dengan kekuatan uangnya membayar saudara-saudara kami yang lain, mempengaruhi seluruh dunia untuk membuat opini bahwa merekalah pahlawan dan kami penjahat sesungguhnya. Kami akan tetap menolak ibu LINGE kami diperkosa.”

“Sekarang, jelas kami tak mampu melawan. Tapi tunggu, kalau kami ditakdirkan tumbuh besar, saat kami nanti mampu, KAMI BUNUH ITU PEMERKOSA!!!”

Baca juga : [Tambang Linge Bag.1] Kisah Anak Dan Calon Pemerkosa Ibunya

*Ditulis pada tanggal 3 januari 2019 jam 4.00 pagi, di ruang tunggu stasiun Gubeng Surabaya

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.