Cara Olah Kopi Semi Washed Hanya Ada di Gayo

oleh
Nico bersama Win Ruhdi Bathin. (ist)

Oleh : Win Ruhdi Bathin*

Salah satu kopi terbaik dunia ini, murni dikelola dan kuasa penuh petani. Dikenal dengan taste and flavournya. Diolah dengan metode semi washed. Tradisional banget. Petani kupi gayo memanen kopi dari pagi sampai sore. Malamnya, kopi merah digiling. Dipisahkan kulit merahnya dengan biji kopi yang masih berkulit. Disebut gabah.

Lalu di fermentasi sekitar 12 jam. Agar lendir yang kaya gula itu, mudah dibersihkan dari kulit gabahnya. Pagi harinya, kopi kopi ini dicuci. Dibersihkan hingga kulit gabahnya kesat. Kopi gabah dengan kadar air 40 + ini dijemur lagi. Setengah hari agar kulit gabahnya mudah terkelupas. Biasanya di huller ke penggilingan kopi besar.

Kopi tanpa kulit tanduk ini, disebut labu. Kadar air pada biji basah ini sekitar 40 persen. Barulah kemudian labu dijemur hingga kadar air 12 perse. Semua proses itu disebut semi washed.

Metode semi washed, hanya ada di Gayo. Tidak ditemukan di belahan bumi dan planet lain. Metode semi washed Gayo ini, sudah ditiru produser kopi di benua Amerika Latin dan China.

Menurut penelitian Prof. DR. Abu Bakar Karim, seorang peneliti kopi Gayo, pola semi washed sangat di recomended. Karena hasilkan rasa dan aroma kuat. Kopi semi washed Gayo inilah yang di eksport ke antero donya. Terbanyak ke negara paman “salah teram” (trump). Dalam bentuk kopi mentah (green beans).

Inen Anbiya (80), Warga Gunung Paya Reje, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah yang masih sehat dan kuat mengolah kopi Gayo yang dikenal dengan aroma dan rasa yang khas. (Wrb)

 

Paling banyak kopi Gayo diperoleh dari “kuperasi”, istilah Gusdur untuk koperasi. Seorang Doktor yang bekerja untuk sebuah perusahaan roaster ternama di negara salahteram (Amerika), pernah menguji kekuatan rasa dan aroma kopi Gayo.

Doktor tersebut, namanya tidak diinisialkan atau tidak disebutkan karena lupa. Pernah mengaduk aduk kopi Gayo dengan berbagai kopi dari dunia lain. ((Blend). Hasilnya? “Rasa kopi Gayo masih bisa dikenali”, katanya. Oleh mereka, kopi Gayo dijadikan induk blending. Kopi blend mereka harus ada bahan kopi gayo di dalamnya.

Hanya saja yang saya bingung waktu itu, kenapa IOM dari negara salahteram, mengurusi kopi Gayo. Program ini pun pakai MoU. Padahal IOM itu singkatan, International Organisation Migration. Ngurus pengungsi. Mungkin sudah diganti, Int org Mengupi (IOM). Tapi namanya tangan dibawah, program itu diterima dengan senyum dan tangan terbuka.

Padahal, analisis inteligenku berdasarkan pemikiran minum kopi, pasti ada apa apanya. Mana mungkin salahteram ngasi makan siang gratis. Sangking hebatnya petani kopi Gayo, hingga kini, Pemda setempat tak pernah membuat, penelitian kopi gayo, kebun induk, katalog kupi Gayo atau pelatihan kupi gayo serta pelatihan roasting berskala dunia dan planet.

Semuanya dilakukan petani sendiri. Perlu benih dan bibit kopi Gayo, ambil ke kebun aman polan. Belajar roasting, tinggal datang ke roaster aman Shafa misalnya.
Pemda diberi petani dan pedagang kopi uang Rp. 250 perkilo dari kopi yang dijual ke luar daerah. Disebut dalam bahasa kantornya retribusi!

Setahun, tak kurang dari Rp. 2 milyar disubsidi, disumbang petani untuk pemimpin dan keraninya PAD. Sementara, untuk nilai uang dari perdagangan kopi Gayo setahun, didapat uang Rp. 2 trilyun. Itu angka terendah. Konon mencapai 6-8 T (tee nya huruf besar ya).

Begitulah kemandirian petani kopi dengan kasih sayang dan cintanya kepada negara yang bil khusus ke pemda. Yang mengelola daerah kopi ini per lima tahun. Sesuai masa kepemimpinan Kepala Daerah.

Wallahu’alam bissawab. Semoga segala jenis bantuan dan sumbangan petani kopi dan pengolahnya untuk daerah ini diterima dan dikelol dengan baik.

*Pemerhati Kopi Gayo

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.