Murtadha Muthahhari; Sang Guru yang Mencerahkan

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni

“Eksistensi Islam tidak bisa dipertahankan kecuali dengan kekuatan ilmu dan pemberian kebebasan terhadap ide-ide yang muncul” – Murtadha Muthahhari-

Murtadha Muthahhari adalah seorang ilmuwan cemerlang karena menghasilkan karya-karya keilmuwan yang sangat bermutu, Muthahhari juga dikenal sebagai pemikir Islam, ulama, guru besar dan figur politik. Ketika Muthahhari gugur ditembak pada tanggal 2 Mei 1979, pemerintah Iran menjadikan tanggal 2 Mei sebagai Ruz-e Moallem atau hari guru.

Muthahhari ditembak oleh pengikut Furqan (kelompok yang menyebarkan reinterpretasi doktrin Syiah secara modern-radikal dan anti ulama yang memandang Muthahhari sebagai lawan intelektual yang terberat). Ayatullah Ruhullah Khomeini terkenal dengan etika yang bernuansa mistis mengatakan bahwa Muthahhari adalah bagian dari dagingku.

Muthahhari lahir pada tanggal 2 Februari 1991 di Khurasan, Iran. Dalam perjalanan hidupnya di bidang ilmu pengetahuan, Muthahhari telah banyak menghasilkan karya yang dikumpulkan dalam bentuk buku sebanyak 14 jilid yang berjudul Majmu’eye Atsar (Kumpulan Karya) yang masing-masing memiliki tebal halaman 700 hingga 800 halaman. Karya paling penting ialah kritiknya terhadap materialisme, prinsip filsafat dan metode realisme.

Dalam mengenang jasa Muthahhari bagi perkembangan dan kemajuan khazanah intelektual Islam yang disumbangkan dan ditorehkan lewat pemikirannya di hari gugurnya ini, maka disini penulis mencoba menguraikan sedikit banyaknya pemikiran-pemikiran yang berasal guru besar yang mencerahkan ini.

Manusia dalam pandangan Muthahhari terdapat istilah yang disebut dengan Insan Kamil (manusia teladan atau manusia ideal). Insan Kamil merupakan manusia yang mampu mengembangkan potensi insaniah secara harmonis yaitu sesuai dengan ajaran Islam, konsep Insan Kamil yang ditawarkan oleh Muthahhari bertujuan melahirkan manusia yang sehat jasmani dan rohani agar dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Mencapai derajat Insan Kamil, manusia harus terlebih dahulu mengenal pribadi-pribadi yang memiliki kategori seperti: jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan, cerdas serta pintar dan ruhani yang berkualitas tinggi. Untuk mencapai Insan Kamil bagi manusia biasa tentu sulit rasanya tapi tidak bagi Nabi Muhammad Saw, beliau adalah manusia sempurna, ideal dan teladan (Insan Kamil).

Berhubungan dengan manusia, Muthahhari mengkritik teori Libido Seksual Sigmund Freud, yang mana teori ini manusia menjadi sehat bila kebebasan seksnya tidak terhambat. Teori Sigmund Freud (peletak dasar ilmu psikologi modern) kata Muthahhari sangat cocok dengan kepentingan penguasa yang lemah ditaklukkan dan yang kuat bebas berkuasa.
Sebagai pemikir maka Muthahhari berpikir dan melakukan perenungan serta pemahaman intelektual adalah tujuan hidup seorang muslim, pencerahan intelektual merupakan suatu kebahagiaan tertinggi yang memang menjadi tujuan setiap filosof dan pemikir.

Muthahhari menyukai filsafat yang berpaham materialisme dan eksistensialisme, namun ia juga mengkritiknya kembali karena tidak sesuai dengan tauhid. Paham-paham yang berasal dari Barat bisa melemahkan Islam, oleh karena itu Muthahhari melawannya dengan intelektual. Muthahhari mengatakan bahwa eksistensi Islam tidak bisa dipertahankan kecuali dengan kekuatan ilmu dan pemberian kebebasan terhadap ide-ide yang muncul.

Menyukai filsafat dengan nuansa materialie dan eksistensialisme, maka Muthahhari merupakan seorang marxis. Namun, ia juga mengkritik paham tersebut dengan sangat keras, maka bisa dibilang bahwa Muthahhari merupakan seorang yang anti marxis. Benci dan cinta dari pemikiran marxisme, itulah sosok dari seorang guru Muthahhari.

Dari ulasan singkat di atas, semoga dapat memberikan pencerahan dan nasihat kepada generasi-generasi Islam sekarang yang sedang menuntut ilmu bahwa betapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam menjaga eksistensi suatu peradaban bangsa dan agama, sebagai pemikir filosofis yang rasional maka Muthahhari mengajarkan kepada penuntut ilmu untuk berpikir terbuka (tidak tertutup/jumud) sehingga bisa menghasilkan ide-ide baru dalam perkembangan khazanah intelektual Islam.

Dikala akal tak berfungsi lagi untuk berpikir (belajar dan menelaah segala sesuatu secara mendalam, menyeluruh dan sistematis) atau akal sudah pensiun karena malas untuk berpikir maka yang akan terjadi adalah lidah lebih tajam daripada akal, hoaks lebih dipercaya daripada ilmuwan yang pakar dibidangnya. Maka bencana kebodohan akan menghegemoni kehidupan manusia dan kebodohan itu hanya bisa dilawan dengan ilmu pengetahuan. Nah!

Bahan Bacaan:
– Jurnal Didaktika Islamika. “Kritik Murtadha Muthahhari Atas Konsep Moralitas Barat”. Nomor 2. 2016.
– John L. Esposito. Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern. Bandung: Mizan. 2002.
– Sulaeman, Otong. Dari Jendela Hauzah. Bandung: Mizan Pustaka, 2010.
– Republika.co.id “Manusia Kulit.”

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.