Catatan: Husaini Muzakir Algayoni*
“Berbeda warna itu indah, keindahan warna dikotori oleh ekstremis-ekstremis sakit jiwa dan akal sempit”
Pemilihan Presiden Republik Indonesia merupakan pesta demokrasi yang semestinya dihadapi dengan suka cita oleh seluruh rakyat Indonesia, adu gagasan, argumen dan adu ide dalam demokrasi memperkaya khazanah pemikiran politik. Namun, pesta demokrasi saat ini telah menjarah ke paham-paham ekstrim yang berbahaya bagi perkembangan demokrasi dan politik Indonesia.
Paham-paham ekstrim seperti menghina, mencaci maki, memfitnah, mengadu domba dan merendahkan orang lain layaknya iblis merendahkan Nabi Adam. Paham ekstrim tersebut disebarkan oleh ekstremis-esksremis yang mempunyai sakit jiwa dan akal sempit dalam berpikir yang berasal dari pendukung dua kandidat yang sedang bertarung memperebutkan kursi RI-1 yaitu, Ir. H. Joko Widodo dan Letnan Jenderal (Purn) H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo.
Para pendukung Jokowi ekstrimis menyerang Prabowo, begitu juga dengan Pendukung Prabowo ekstrimis menyerang Jokowi dengan cara-cara yang tidak layak dipertontonkan dalam pesta demokrasi. Kedua golongan ekstrimis ini, menurut hemat penulis berbahaya bagi perkembangan demokrasi dan politik Indonesia. Oleh
karena itu, kita harus menghindari dan menjauhi sikap-sikap ekstremis yang sakit jiwa dan akal sempit dengan membuka cakrawala pemikiran.
Salah satu penyebab orang yang jatuh dalam ekstemis ini karena menutup diri untuk menerima perbedaan cara berpikir (eksklusif), sebagaimana pakar pendidikan dan psikolog keluarga memaparkan indikasi ekstremisme ini terjadi sejak seseorang mulai menutup dirinya untuk menerima perbedaan cara berpikir dan budaya, merasa keyakinannya superior, lebih murni dan mengajak orang lain untuk memiliki cara berpikir yang sama dengan dirinya dengan berbagai macam cara, dari yang persuasif hingga paksaan, intimidasi, group atau social bullying dan bentuk lainnya. Kompas.com
Solusi terhindar menjadi pendukung ekstremis tentunya menerima segala perbedaan. Berbeda warna itu indah, keindahan warna dikotori oleh ekstremis-ekstremis sakit jiwa dan akal sempit. Berpikir terbuka (inklusif), melihat, menganalisis dan memverifikasi content-content bacaan yang berasal dari online karena bahan bacaan menentukan cara berpikir dan kehidupan dibentuk oleh cara berpikir, sebagaimana filosof Plato pernah mengatakan “Hidup seseorang dibentuk oleh pikirannya sendiri.” Sementara Napoleon Bonaparte mengatakan “Tidak ada ruang di kepala seorang fanatik yang bisa dimasuki akal sehat.” []