TAKENGON-LintasGAYO.co : Pengusaha di Takengon, Aceh Tengah dan Bener Meriah diberi pencerahan terkait pencarian modal usaha bagi perusahaannya tanpa harus minjam ke Bank.
Pencerahan ini disampaikan melalui workshop go publik dalam strategi menuju akselerasi pertumbuhan perusahaan yang optimal melalui pasar modal Indonesia, yang disampaikan oleh Kepala Bursa Efek Indonesia Provinsi Aceh, Thasrif Murhadi, Rabu 28 November 2018 di Takengon.
Pada kesempatan, Thasrif Murhadi mengatakan workshop go publik tersebut merupakan sarana pengenalan bagi dunia usaha di Aceh Tengah tentang bagaimana alternatif pendanaan untuk usaha.
“Selama ini mungkin perusahaan jika ingin cari dana ya minjam ke Bank. Padahal, ada media lain yang bisa digunakan untuk mengakses pendanaan itu dengan media go publik di pasar modal Indonesia,” terangnya.
Menurutnya, penyertaan dana dari masyarakat melalui pasar modal akan lebih efesien dan murah. “Kita pinjam ke Bank, dalam neraca keuangan suatu perusahaan akan dihitung sebagai hutang. Jika kita cari dana lewat go publik, maka neracanya akan menjadi penyertaan modal yang disetor bukan hutang,” jelasnya.
Go publik ini, katanya lagi, memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyertakan modalnya ke sebuah usaha yang dikelola oleh perusahaan. “Artinya kalau perusahaan untung, jadi masyarakat yang sudah menyertakan modalnya juga akan mendapat devident,” katanya.
Sebuah perusahaan yang ingin go publik, harus melalui beberapa tahapan. “Jadi melalui workshop ini, kita sampaikan kepada pemilim perusahaan menuju kesana. Banyak manfaat jika perusahaan sudah go publik, salah satunya bisa mendapatkan dana segar yang lebih besar tanpa meminjam ke Bank. Artinya, lewat go publik perusahaan bisa mengakses dana tanpa batas,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua KBQ Baburrayan, Rizwan Husin, dalam kesempatan itu mengatakan, dengan penjelasan tersebut dunia usaha di Aceh Tengah mendapatkan ilmu baru.
“Problem kita disini ya itu tadi, jika ingin tambah dana ya pinjam ke Bank. Ribetnya kita harus punya agunan, dana yang diberikan juga hanya sebesar 70 persen dari nilai agunan. Jika kita punya aset 5 M, maka cuman dapat pinjaman Bank sebesar 3,5 M saja, kalau kita hitung di dunia usaha kopi, uang 3,5 M hanya cukup untuk 2 kontainer saja. Sangat kecil kalau aset kita kecil tentunya,” jelas Rizwan Husin.
Melalui pengenalan go publik ini, Rizwan mengatakan hal ini merupakan peluang yang sangat bagus. Dan perusahaan yang dipimpinnya perlahan akan menuju ke arah itu. “Pelan-pelan kita ikuti prosesnya, InsyaAllah ke depan kita juga akan go publik,” demikia Rizwan Husin.
[Darmawan Masri]