Banda Aceh -LintasGayo.co: Antropolog Teuku Kemal Fasya, S.Ag, M.Hum mengatakan, masalah Aceh bukan semata soal kekerasan dimasa lalu, tetapi bagaimana kekerasan itu difahami dan dinarasikan, walau dibanyak hal belum memuaskan.
“Perlu strategi sejarah baru, sehingga yang terjadi hari ini bisa lebih konfrehensif selesai,” Kata Teuku Kemal Fasha saat mempresentasikan bahan buku soal perdamaian pada Focus Discussion Group (FGD) Perencanaan Pendidikan Perdamaian Aceh angkatan ke-4 tahun 2018 yang digelar Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Aceh di Ruang Memorial Perdamaian Kesbangpol Aceh, Kuta Alam, Banda Aceh, Senin 29 Oktober 2018.
Pada FGD tersebut Dosen Malikusaleh Lhokseumawe itu menyampaikan hasil kajiannya berjudul “Narasi Kekerasan dan Libido Nasionalisme: Sebuah Tantantagan Antopologi Perdamaian”.
“Fokus buku ini lebih pada rekonstruksi sejarah dengan pendekatan antropogi atau etnografi,” lanjut Kemal Fasya.
Dalam kajiannya, Kemal Fasya menekankan pada materi sejarah yang pernah berlangsung di Aceh, seperti sejarah peristiwa Cumbok yang perlu diluruskan karena banyaknya stigma dimasyarakat yang berpihak.
“Ya penekanannya lebih pada rekonstruksi sejarah yang pernah berlangsung di Aceh,” ulang Kemal.
Selain Kemal Fasya, ada empat penulis lainnya yang dipilih Kesbangpol Aceh untuk menulis buku “Perdamaian” yang dikaji akademisi, yakni Prof. Dr. M. Hasbi Amiruddin (judul Kajian Proses Damai Aceh dan Peran Intelektual) Dr. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, MA, Ph.D, (judul Kajian Damai Aceh dalam Kosmik budaya lokal), Wiratmadinata, SH, MH, (judul Kajian Belajar Damai di Ruang Memorial) dan M Adli Abdullah, SH, MCL. (Judul Kajian Proses Damai Aceh, Pengalaman Insider).
Hadir pada FGD kajian materi Teuku Kemal Fasya antara lain Prof. Drs. Yusni Saby, MA. yang sekaligus mejadi fasilitator, Prof. Hasbi Amiruddin (Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme) Aceh, Cut Asmaul Usna (Akademisi/ Tenaga Ahli DPR Aceh), Mukhlisuddin Ilyas (Anggota Tim Pengkaji Pendidikan Perdamaian Aceh), Nurma Dewi (LSAMA), Bisma Yadi Putra (KKR Aceh), Drs. Halim Perdana Kesuma (Kepala Bidang Penanganan Konflik dan Kewaspadaan Nasional) dan lain-lain.(js)