Oleh : Fauraria Valentine*
Bicara musim haji, tentu air zamzam menjadi oleh-oleh pada list pertama yang di nanti keluarga dan tamu jemaah haji di rumah. Air yang biasa di hidangkan dalam cawan kecil ini menjadikannya semakin ekslusif. Doa-doa terbaik pun dipanjatkan sebelum meminumnya. Bukan rahasia lagi bahwa air zamzam mengandung banyak manfaat dan barokah bagi peminumnya.
Sumur zamzam dapat memompa air sebayak 8.5-11 liter air/ detik, 660 liter/menit dan 39.600 liter/ jam. Dengan jumlah sebesar ini air zamzam tetap mampu memenuhi pasokan air bagi jamaah haji. Sebagaimana asal kata zamzam sendiri dalam bahasa Arab yang berarti banyak atau melimpah.
Sumur yang sudah ada sejak 2.572 tahun sebelum Rasulullah lahir ini bermula pada sejarah nabi Ismail yang menangis karena kehausan, kemudian mengharuskan Ibunda Hajar berlari antara Safa dan Marwa untuk mencari air. Di sinilah sejarah air zamzam dimulai, sampai air zamzam mampu menghidupkan kota Mekkah yang tandus dengan airnya.
Tapi tahukah kamu bahwa sumur zamzam pernah terkubur dan hilang selama 300 tahun. Lalu bagaimana sumur zamzam bisa kembali di temukan??? Berikut sepenggal kisahnya;
Saat itu Shayba yang merupakan salah satu pemuka Quraisy bermimpi setiap malamnya yang membisikkan dirinya untuk menggali. Mimpi pertama Shayba berbunyi “Galilah Thayyiba”, malam berikutnya ia kembali bermimpi “Galilah yang berharga”, Shayba bertanya-tanya tentang arti mimpinya sampai di malam terakhir mimpinya tentang perintah itu semakin jelas, “Galilah zamzam”.
Saat itu sumur zamzam menjadi kisah yang telah terlewat, tak ada yang tahu lagi di mana keberadaannya serta bagaimana kenikmatan airnya. Maka Shayba yakin sekali bahwa dirinyalah yang akan mengemban tugas untuk menemukannya. Mimpi Shayba juga semakin jelas dengan diberikannya tanda-tanda di mana lokasi sumur itu berada; “zamzam berada di antara kotoran dan darah, dekat burung gagak dan sarang semut ” .
Keesokan harinya Shayba bangun dengan tekat untuk menemukan kembali sumur zamzam. Maka dimulailah pencarian dari sekitar Ka`bah, ia menemukan kotoran dan darah tak jauh dari sana. Kotoran unta dan darah bekas sembelihan di sisinya memenuhi pertanda pertama dari mimpinya semalam.
Beberapa burung gagak berkaki putih pun bertengger di sana, juga deretan semut yang menandai ada sarang semut. Shayba pun menyadari bahwa tempat itu adalah lokasi yang akan menjadi tempat penggaliannya, ia pun mulai menggali.
Orang-orang merasa heran dengan apa yang dilakuan Shayban, karena penggalian berada di dekat Ka`bah tentu ini menjadi perhatian orang-orang yang lewat. Beberapa di antara orang-orang mengolok Shayba atas apa yang ia lakukan, tapi Shayba seolah tak mendengar perkataan mereka dan terus menggali. Ia yakin, mimpi-mimpi yang dilaluinya bukanlah hanya sekedar bunga tidur belaka.
Sampai terdengar teriakan Shayba memuji nama Allah. Orang-orang di sekitarnya pun langsung menuju ke arah Shayba, penasaran dengan apa yang terjadi. “Sumur zamzam telah di temukan kembali” pekik Shayba penuh haru. Serta merta semua pemimpin Quraisy datang dan ingin menyaksikan langsung berita yang mereka dengar, “inilah sumur kakek kita, Ismail”. Mereka mencoba mengklaim kepemilikan sumur zamzam atas dirinya.
Shayba juga tentu tak tinggal diam, ia kemudian menceritakan petunjuk dari mimpinya dan usaha yang dilakukannya untuk menggali sumur ini. Tentu Shayban berkeras pula untuk menjadi pemilik atas sumur zamzam seperti yang lainnya.
Perdebatan meruncing dan semakin memanas, peperangan seolah telah tampak di depan mata. Kemudian salah seorang dari mereka memberika usul untuk menemui penyihir dari Bani Saad dan meminta pendapatnya untuk menyelesaikan perkara mereka.
Penyihir itu berada si Syiriah dan mereka melewati Syam untuk sampai ke sana, itu bukanlah perjalanan yang mudah melewati lautan gurun yang luas. Di tengah jalan mereka kehabisan persediaan air, sedangkan posisi mereka berada di tengah perjalanan. Terlalu jauh untuk mencapai Syiriah dan tak memungkinkan pula untuk mundur ke belakang.
Keputusasaan, membuat mereka merasa bahwa ajal akan segera datang menjemput. Salah satu dari mereka memberikan saran untuk menggali kubur masing-masing, siapapun yang kemudian wafat terlebih dahulu akan di kebumikan oleh yang lainnya. Sehingga nanti hanya akan ada satu orang yang tidak terkubur, itu lebih baik dari pada tak satupun dari jasad mereka yang terkubur.
Shayba pun terus berfikir dan mengutarakan ketidaksepatakannya. “Bagaimana kita hanya pasrah pada keadaan tanpa berusaha terlebih dahulu?” Ia memutuskan untuk mencari sumber air di sana. Mereka berpencar dan ternyata Shayba berhasil menemukan sumber air hingga mereka semua selamat.
Maka tuntaslah sudah semua perkara dan bulatlah kesepakatan untuk menyerahkan pemeliharaan sumur zamzam kepada Shayban. Tak ada perdebatan lagi.
Siapakah Shayban yang mendapatkan kesempatan emas menemukan kembali sumur zamzam ini?
Shayban adalah anak dari Hasyim yang merupakan kakek buyut Rasulullah, sebagai pedagang Hasyim sering melakukan perjalanan. Kemudian beliau menikah dengan wanita Madinah, sayangnya tak lama menikah Hasyim meninggal dalam perjalanan dagangnya di Palestina.
Shayba terlahir tanpa seorang ayah dan tak pernah tahu keluarga ayahnya. Ia hanya tanya bahwa ayahnya berasal dari Mekah.
Sampai suatu hari Al Muthalib yang merupakan paman Shayba datang ke Madihah mencari keponakannya, dan membawanya kembali ke Mekah. Sehingga Shayba bisa belajar dan mengenal lingkungan keluarganya di Mekah.
Saat Al Muthalib membawa Shayba memasuki Mekah, orang-orang tak tahu bahwa anak yang di bawanya adalah keponakannya. Mereka mengira Shayban hanyalah budak dari Al Muthalib, sehingga mereka langsung memanggilnya Abdul Muthalib (dalam tanggungan Al. Muthalib) dan nama kemudian terus melekat pada dirinya.
Abdul Muthalib tumbuh besar di Makah dengan Nasab yang baik dan terpandang. Memiliki 10 anak laki-laki dan 6 anak perempuan. Salah satu anak laki-lakinya, dan merupakan anak kesayangannya bernama Abdullah yang kemudian menikah dengan Siti Aminah. Memiliki seorang anak mulia bernama Muhammad, nabi besar dan panutan bagi kita semua; Rasulullah SAW.
Disari dari dari beberapa sumber.
*Penulis adalah Kabid Kaderisasi Forum Lingkar Pena (FLP) Takengon dan founder Sahabat Safar