Tindak Tutur dan Kesopanan dalam Berbahasa

oleh

Oleh : Rika Juliana Tanjung*

Lingusitik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Salah satu cabang dari linguistik adalah pragmatik. Seorang ahli bahasa Leech mengemukakan bahwa pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna ujaran di dalam situasi-situasi tertentu atau dalam konteks tertentu, dengan kata lain pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji hubungan timbal balik antara fungsi dan bentuk tuturan.

Di dalam pragmatik terdapat prinsip-prinsip tentang bagaimana seorang manusia bertutur dalam situasi tertentu. Salah satu dari prinsip tersebut adalah prinsip kesantunan atau kesopanan. Mengetahui prinsip-prinsip kesopanan, penutur dapat menerapkannya dalam situasi dan konteks tertentu.

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang berlangsung apabila antara penutur dan mitra tutur memiliki kesamaan makna tentang pesan yang dikomunikasikan tersebut. Dalam pragmatik mempelajari tindak tutur dan kesopanan dalam bertutur. Berikut penjelasan yang akan saya sampaikan tentang tindak tutur dan kesopanan dalam bertutur.

Tindak Tutur
Tindak tutur adalah salah satu analisis pragmatik yang mengkaji bahasa dengan aspek pemakaian aktualnya. Tindak tutur pertama kali dikenalkan oleh Austin pada tahun 1965, yang merupakan teori yang dihasilkan dari studinya. Kemudian teori ini dikembangkan oleh Searle (1969) dengan menerbitkan sebuah buku Speech Acts: An Essay in the Philosphy of Language. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekedar lambing, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambing, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur.

Leech (1994:4) menyatakan bahwa sebenarnya dalam tindak tutur mempertimbangkan 5 aspek situasi tutur yang tercakup: (1) penutur dan mitra tutur, (2) konteks tuturan, (3) tujuan tuturan, (4) tujuan tuturan, (5) tindak tutur sebagai sebuah tindakan/aktivitas dan tuturan sebagai produk tindak verbal.

Suwito dalam bukunya Sosiolinguistik: Teori dan Problem mengemukakan jika peristiwa tutur (speech event) merupakan gejala social dan terdapat interaksi antara penutur dalam situasi dan tempat tertentu, maka tindak tutur lebih cenderung sebagai gejala individual, bersifat psikologis dan ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu.

Austin membedakan 3 jenis tindakan:
Tindakan lokusi, mengucapkan sesuatu dengan kata atau kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus menurut kaidah sintaksisnya. Contohnya, Ani: “Ibu sedang memasak di dapur”, kalimat tersebut memiliki informasi bahwa ibu dari si Ani sedang memasak di dapur.

Selanjutnya, tindakan ilokusi yaitu tindak tutur yang mengandung maksud, berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan, dan lain sebagainya.

Tindak tutur ilokusi berkaitan dengan beberapa fungsi dalam pikiran pembicara. Contohnya: Ayah: “Ujian sudah dekat” Jika sang Ayah bicara pada anaknya, maka yang timbul di pikiran anak mungkin saja bisa berupa teguran dari sang Ayah agar dia lebih rajin belajar karena ujian sudah dekat.

Terakhir, tindakan perlokusi, tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk memengaruhi mitra tutur. Tindak tutur perlokusi memiliki akibat tuturan (hal yang dilakukan pendengar akibat ilokusi). Tindak tutur perlokusi terjaadi bila lawan tutur melakukan sesuatu setelah adanya lokusi dan ilokusi. Dari contoh 2 maka perlokusinya adalah anak belajar dengan rajin karena ujian sudah dekat.

Pembagian Tindak Tutur

Tindak tutur di bagi menjadi beberapa bagian, diantatanya :
Tindak tutur langsung, tindak tutur yang sesuai dengan fungsi kalimat yang membentuknya (kalimat berita, Tanya dan perintah). Contoh, seorang Dokter berkata pada pasiennya “buka mulutnya!”

Tindak tutur tidak langsung, tindak tutur yang tidak sesuai dengan fungsi kalimat yang membentuknya. Contoh Andi: “Bu, mau bikin kopi, tidak ada gulanya”. Lalu Ibunya mengatakan “ ini uangnya beli sana”.

Tindak Tutur Literal, tindak tutur yang memiliki maksud yang sama dengan kata-kata yang menyusunnya. Contoh: Ayah “ nilai raportmu bagus, ya!” , tindak tutur yang disampaikan seorang ayah kepada anaknya, ketika melihat nilai raport yang diperolehnya bagus.

Tindak Tutur Non-Literal, tindak tutur yang memiliki maksud yang berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya. Contoh: Dosen: “Bagus, berisik aja terus!” tindak tutur bernada ironis yang disampaikan oleh seorang dosen ketika mahasiswanya berisik. Bukan berarti dia memuji mahasiswa, akan tetapi menyuruh mereka untuk tidak berisik.

Prinsip Kesopanan dalam Pragmatik
Banyak dari ahli linguistik yang mengemukakan konsep tentang kesopanan. Mereka mempunyai konsep yang berbeda. Prinsip kesopanan berkenaan dengan aturan tentang hal-hal yang bersifat sosial, estetis, dan moral dalam bertindak tutur. Didalam bertutur seorang penutur tidak hanya menyampaikan informasi, tugas, kebutuhan, atau amanat tetapi lebih dari itu, yaitu menjaga dan memelihara hubungan sosial antar penutur dan mitra tutur.

Prinsip kesopanan Brown dan Leinson (1978)
Brown dan Levinson menggemukakan wajah datang dalam dua varietas, yaitu wajah positif dan wajah negatif. Wajah positif adalah keinginan seseorang untuk dipikirkan dengan baik.

Manifestasinya mungkin termasuk keinginan untuk memiliki apa yang kita kagumi dari orang lain, keinginan untuk dipahami, oleh orang lain dan keinginan untuk diperlakukan sebagai teman dan orang kepercayaan. Tentang kualitas pekerjaan seseorang mengancam wajah positif mereka. Wajah negatif adalah keinginan untuk tidak dikenakan oleh orang lain dan merupakan ancaman bagi fikiran negatif mereka.

Dalam berhubungan satu sama lain, ucapan kita mungkin berorientasi pada sisi positif dan negatif. Contoh dari wajah positif adalah: “permisi pak, bisa bicara sebentar dengan anda?”. Sedangkan contoh wajah negatif adalah “aku akan menyuruhnya berhenti bahwa suaranya mengerikan sekarang!”.

*Penulis adalah mahasiswa Tadris Bahasa inggris Semester 6 STAIN Gajah Putih Takengon

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.