Oleh : Sumarsono*
Dilihat dari berbagai sudut pandang, pola asuh merupakan salah satu faktor bagaimana seorang individu akan berperilaku dimasa yang akan datang. Teori ekologi mengatakan bahwa individu menghabiskna banyak waktu didalam mikrosistem yaitu didalam keluarga. Konsep hierarki kebutuhan yang di ungkapkan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di level rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi, kebutuhan bawah seperti makan, minum, tidur, dan sebagainya. Pada tingkat selanjutnya terdapat 4 tingkatan lagi, yaitu rasa aman, cinta, penghargaan diri dan aktualisasi diri. Pemenuhan kebutuhan dalam perkembangan ini banyak tergantung dari cara lingkungan berinteraksi dengan anak-anak.
Perkembangan anak ditentukan oleh berbagai fungsi lingkungan yang saling berinteraksi dengan individu, melalui pendekatan yang sifatnya memberikan perhatian, kasih sayang dan peluang untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan taraf dan kebutuhan perkembangannya. Cakupan terbesar yang di inginkan oleh seorang individu terletak didalam keluarga terutama interaksi pengasuhan kedua orang tua.
Keluarga merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan seseorang, kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikis mula-mula terpenuhi dari lingkungan keluarga.
Sehingga keluarga termasuk kelompok yang terdekat dengan individu. Individu sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai tumpuan harapan, tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu sedang menghadapi permasalahan. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa keluarga dapat menjadi sumber dukungan sosial bagi anggota yang tengah menghadapi persoalan-persoalan Setiap anggota keluarga adalah partisipan dalam subsistem yang saling berinteraksi dan memengaruhi. Beberapa subsystem yang ada di dalam keluarga bersifat dyadi dan beberapa bersifat polyadic. Subsistem dyadic melibatkan dua orang ayah dan anak atau pun ibu dan ayah adalah satu sistem dyadic, sedangkan subsistem polyadic melibatkan lebih dari dua orang individu yakni ayah, ibu dan anak mewakili suatu sistem polyadic. Interaksi antara anak dan orang tua meliputi hubungan perkawinan, pengasuhan dan perilaku anak, yang ketiganya saling memengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Hurlock pola asuh di bagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Otoriter
Jenis pola asuh ini meliputi kontrol yang ketat dan kaku dari orang tua, aturan dan batasan dari orang tua harus di taati oleh anak, orang tua tidak mempertimbangkan pandangan dan pendapat anak serta orang tua cenderung menggunakan hukuman fisik.
2. Permisif
Pola asuh yang permisif cenderung memiliki ciri seperti tidak ada bimbingan maupun aturan yang ketat dari orang tua, tidak ada pengendalian atau pengaturan serta tuntutan kepada anak, tidak ada kontrol dari orang tua, dan anak tidak akan di hukum meskipun melanggar peraturan.
3. Demokratis
Jenis pola asuh ini sering dikatakan sebagai jenis pola asuh yang ideal karena pola asuh ini dapat dilihat dari beberapa ciri khususnya seperti anak diajak berdiskusi untuk mengambil keputusan, ada bimbingan dan kontrol dari orang tua, anak mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, serta anak diberi kepercayaan dan tanggung jawab.
Mengapa anak menjadi nakal?
Pertanyaan ini sering diajukan oleh beberapa orang tua atau bahkan orang dewasa yang memiliki persepsi bahwa anak menjadi nakal bukan karena orang tua, tapi karena faktor genetika atauu bawaan. Hal yang harus digaris bawahi ialah tidak ada anak yang memiliki naluri alami berbuat nakal, tetapi pola asuhlah yang menjadi salah satu penyebab mengapa anak menjadi nakal.
Tipe perlakuan yang salah kepada anak
1) Kekerasan fisik
2) Penelantaran anak
3) Kekerasan seksual
4) Kekerasan emosional
Perlukah menghukum anak??
Selama berabad-abad, hukuman fisik seperti memukul, dianggap sebagai metode yang perlu dan bahkan disarankan untuk mendisiplinkan anak. Ulasan penelitain bru-baru ini menyimpulkan bahwa hukuman fisik oleh orang tua berasosiasi dengan tingkat ketaatan dan agresi cepat yang lebih tinggi oleh anak-anak. Ulasan tersebut juga menemukan bahwa hukuman fisik berhubungan dengan tingkat internalasisi moral dan kesehatan mental yang lebih rendah. Sebuah studi longitudinal menemukan bahwa pemukulan sebelum usia 2 tahun berhubungan dengan masalah perilaku dan pertengahan dan akhir masa kanak-kanak.
Terdapat 5 prinsip dasar dalam memberikan hukuman, antara lain:
1) Tetapkan sanksi
2) Berikan sanksi yang sesuai
3) Jangan menunda sanksi
4) Tunjukan akibat alami
5) Berikan reward atas usahanya
Pemberian hukuman terhadap anak, dapat dilakukan dengan cara memberikan metode untuk melemahkan perilaku anak yang tidak di inginkan. Beberapa metode yang dapat dilakukan antara lain:
1) Penguatan positif, apabila perilaku yang ditunjukan oleh anak sesuai dengan apa yang diinginka oleh orang tua, orang tua harus memberikan reward kepada anak untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan, reward dapat berupa penambahan uang jajan, liburan, dan sebagainya.
2) Penguatan negatif, penguatan ini dilakukan ketika perilaku anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang tua. Penguatan negatif dapat berupa pengurangan uang jajan. Dikatakan penguatan negatif apabila penguatan tersebut berfokus terhadpa proses pembelajaran, dan dikatakan sebagai hukuman apabila hal yang dilakukan lebih menjurus kepada hasil yang diinginkan.
3) Pemunahan perilaku, pemunahan perilaku dapat dilakukan dengan cara mengabaikan perilaku yang ditampilkan anak dimana perilaku tersebut tidak diinginkan oleh orang tua.
Tips mendidik anak
1) Usahakan selalu menanamkan ajaran agama sejak dini
2) Orang tua sebaiknya menjadi teladan untuk anak
3) Orang tua disarankan memberi aturan agar anak belajar disiplin
4) Menjalin komunikasi anak dan orang tua.
*Mahasiswa Psikologi Unsyiah