Mitos Aih Putih Pining, Ritual Pemandian Penyembuh Berbagai Penyakit

oleh

Oleh : Ali Usman*

Ada sebuah mitos yang seakan menjadi historis bagi warga di pedalaman Pining, Gayo Lues, khususnya di sungai Aih Putih. Konon, aliran Aih Putih mampu mengobati segala penyakit saat dimandikan oleh seseorang yang telah menyatu dengan alam beserta isinya termasuk penunggu (Gayo : Empu ni Tempat).

Tokoh masyarakat Pining, Abu Kari Aman Jarum, menceritakan seseorang terkena penyakit, bila dimandikan di sungai Aih Putih dengan ritual khusus maka penyakitnya akan sembuh.

“Aih Putih Ari Goh Lemu, ken tuker ganti tawar ulung kayu, dedingin sejuk urum pisang abu kene sebuku ni jema jehmen (Air yang mengalir di Sungai Aih Putih berasal dari pengunungan Goh Lemu untuk peganti pesijuk, demikan pesan para Nenek Moyang),” demikian sepenggal kalimat yang dibacakan Aman Jarum, yang dipercaya oleh masyarakat lokal menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Diceritakan, Aih Putih yang mengalir dengan kesejukkannya bukan hanya diberikan oleh alam. Melainkan, kesejukkan itu memberi manfaat dengan rasa segar dan menyejukkan jiwa yang kotor.

“Di sungai Aih Putih, Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang, menciptakan seluruh isinya dengan manfaat dan kelebihan masing-masing. Begitu juga dengan tumbuhan yang ada di aliran sungai ini, memiliki kelebihan dan khasiatnya,” ungkap Aman Jarum.

Dilanjutkan, setiap menyentuh air sungai akan terasa sangat dingin baik dari hulu yang terletak di Pegunungan Goh Lemu, mengandung aneka material seperti batu giok, mika, biji besi, timah, emas, tembaga dan ribuan aneka tumbuhan dimana akarnya berada dialiran sungai.

“Di hulu sungai Aih Putih di Goh Lemu tumbuh satu tumbuhan langka yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit, serta membuat tubuh awet muda dan segar. Pohon itu disebut masyarakat Gayo dengan sebutan Geluni Item,” kata Abu Kari Aman Jarum.

Cerita Geluni Item kata Aman Jarum, juga ada di Takengon, Aceh Tengah. Ceritanya tepat pinggiran danau Lut Tawar. Dimana pada zaman dulu, sekelompok orang yang pergi berburu, saat dalam perjalanan melakukan istirahat. Saat itu, mereka (pemburu) menanak nasi, salah satu dari mereka mentambil kayu dari sekitar tempat mereka menginap, kayu itu dijadikan sebagai sendok untuk mencungkil nasi (Gayo : nyungke).

“Saat nasi matang, meraka pun bersiap menyantap. Namun setelah dimakan nasinya terasa pahit. Lalu nasinya ditumpahkan ke danau. Konon nasi tersebut menjadi Ikan Depik. Kejadian itu berlangsung beberapa kali. Mereka tidak mengetahui kenapa nasi terasa pahit. Pada akhirnya, stok beras menipis. Mau tak mau mereka harus makan nasi pahit. Akhirnya mereka pub mengetahui penyebab dari kejadian itu, tidak lain adalah kayu nyungke yang mereka gunakan,” ceritanya.

“Tanpa sadar para pemburu itu merasakan dirinya menjadi sangat segar. Mereka pun menganggap geluni item lah yang menjadikan tubuh mereka segar,” tambahnya.

Menurut Aman Jarum, Geluni Item ini memiliki beberapa khasiat yang dipercaya oleh urang Gayo. Rantingnya digunakan untuk pengembala kerbau (Gayo : Ngaih Koro) untuk memukul ke bagian perut kerbau. Konon ini dipercaya untuk menghilangkan rasa sakit diperut kerbau. Pohonnya, diyakini memiliki khasiat yang membuat badan segar.

Aman Jarum

Aman Jarum yakin, meski tergolong langka, jenis kayu ini masih tumbuh di Sungai Aih Putih tepatnya dibagian hulu. Kawasan Goh Lemu yang terbentang dari Pining Gayo Lues hingga ke Takengon, Aceh Tengah diyakini sebagian urang Gayo menyimpan sejuta misteri.

Kembali ke Sungai Aih Putih. Warga lokal, menganggap sungai ini istimewa. Hasil ikan melimpah dan aliran air yang sejuk, menambah ketenteraman warga setempat. Lokasi ini, juga sering dijadikan tempat ritual pemandian bagi orang sakit. “Konon, setelah mandi disini dengan dilakukan ritual khusus dan memohon kepada Allah SWT, mereka (orang sakit) merasa segar. Ini harus dilakukan  oleh orang yang telah menyatu dengan alam,” kata Aman Jarum.

Waktu pemandianpun ditentukan oleh sang Pawang. Biasanya hanya bisa dilakukan saat pagi hari, sebelum jenis binatang dalam hutan tersebut terbagun dan masih banyak syarat ketentuan lainya, seperti iringan mantra-matra sang pawang, serta alat ritual lainnya.

“Memang kedengarannya seperti mistis. Hal ini tidak terlepas dengan diyakininya pohon geluni item yang masih ada di sumber mata air Sungai Aih Putih. Makanya kami harus menjaga keasrian sungai dan hutannya. Tidak boleh ada yang merusaknya. Hutan Pining miik adat orang Pinin, dilarang buka tambang sampai hari kiamat,” tegas Aman Jarum.

“Pemandian di sungai Aih Putih ini tidak terlepas dari pada izin Allah SWT. Apapun khasiat yang hanya bisa dihasilkan lewat ritual ini adalah sebatas sebab dan perantara atas kuasa Tuhan,” demikian Abu Kari Aman Jarum. []

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.