TAKENGON-LintasGAYO.co : Takengon menjadi kegiatan penutup Indonesia Latte Art Artis (ILAA) Roadshow 2017 dengan slogan ‘Dukung Kopi Indonesia’ di 24 kabupaten/kota yang diselenggarakan di Totor Coffee pada Senin, 25 Desember 2017.
Selain kompetisi Gayo Battle of Brewers dan Gayo Latte Art Artis Battle, pada Minggu 24 Desember 2017 pendiri ILAA Ardian Mualana dan tim serta peserta dijamu oleh Bupati Bener Meriah, Ahmadi SE.
Pada kesempatan ini, Ahmadi, SE, memberikan apresiasi kepada tim ILAA atas terselenggaranya kegiatan ini.
“Kedatangan tokoh hilir kopi Indonesia merupakan sebuah berkah, dan tentunya akan memberikan manfaat bagi para pelaku industri kopi hulu yang ada di Bener Meriah, dan Gayo pada umumnya, untuk promosi yang tepat terhadap kopi arabika Gayo,” katanya
Bupati muda juga mengharapkan, para pelaku industri kopi lokal, dapat berkolaborasi untuk menyelenggarakan event-event kopi selanjutnya. Hal ini bertujuan sebagai pembinaan, sehingga membangkitkan dan menempa mental yang kompetitif bagi barista lokal.
“Pemda Bener Meriah siap membantu dan dalam waktu dekat juga akan melaksanakan championship bagi barista di Bener Meriah,” tambah Ahmadi
Kegiatan dilanjutkan dengan Trip to Coffee Origin. Tempat pertama yang dituju adalah Kebun Percobaan (KP) Gayo di Pondok Gajah, Bener Meriah. Peserta disambut oleh Ali Amran yang menjelaskan dengan rinci beberapa varietas arabika yang ada di kebun koleksi tersebut seperti Gayo 1, Gayo 2, P88, dan Sln. 9 yang didapat dari India.
Tujuan berikutnya adalah kebun keluarga milik Iwan, pemilik Kenred Coffee dengan single variety farm, kebun yang hanya ditanami dengan satu varietas langka, USDA.
Ardian Maulana, pendiri ILAA benar-benar menunjukkan antusiasmenya. Penjelasan yang mendetil dari salah seorang peserta trip, Iwan Juni, membuat Ardian benar-benar merasa berada di surga kopi, seperti pengakuannya di beberapa kesempatan. baca : Founder Indonesia Latte Art Artis, Gayo Surganya Kopi
Di hari kedua fokus berpindah tempat ke Aceh Tengah, diselenggarakan di Tootor Coffee, kepunyaan Alfi Sahri. Pagi harinya dilaksanakan Public Cupping yang terbuka untuk umum.
Acara tersebut dibantu oleh Gayo Cuppers Team (GCT) yang menyediakan tujuh varian kopi arabika Gayo. Mulai dari yang diproses basah dan kering serta kopi luwak dan kopi wine yang kontroversial.
Pemaparan yang mendalam dari pendiri GCT, Mahdi Usati, benar-benar menambah wawasan kopi bagi peserta yang hadir. Setiap yang hadir tampak antusias diajari cara mengevaluasi kopi. Sebuah kelas kopi penuh manfaat yang bisa didapat dengan gratis. Paska technical meeting, masuklah ke puncak acara, Gayo Battle of Brewers dan Gayo Latte Art Battle 2017.
42 brew master dan 12 latte art artist dari Tanoh Gayo, Lhokseumawe, Langsa, Banda Aceh dan bahkan dari Bandung menunjukkan kebolehannya. Regulasi yang diterapkan telah mengadopsi regulasi dari regulasi event-event sejenis di dunia.
Selain kemampuan teknis, hal-hal non teknis seperti kedisiplinan, pengetahuan yang mendalam, customer skill dan mental kompetisi, juga harus dimiliki kompetitor untuk menjadi yang terbaik. Sejak pukul 10:00 hingga tengah malam tak banyak kompetitor dan pengunjung yang beranjak dari tempatnya kecuali untuk jeda shalat.
Antusiasme yang luar biasa. Juri untuk Gayo Battle of Brewers adalah Mahdi Usati (CQI Q-Grader), Joka Syauta (Experienced Cupper) dan Iwan Juni (praktisi kopi). Sementara Ardian Maulana dan Fajar dari ILAA menjadi juri untuk Gayo Latte Art Battle 2017.
Ada yang unik di kelas brewer, penampilan peserta termuda menghebohkan arena kompetisi. Khairy Imtiyazul Huda, yang berasal dari Kenred Coffee Bener Meriah tampil layaknya seorang barista profesional. Tak ada kesan canggung dan terlihat benar-benar menguasai Hario V60 yang menjadi alat seduh utama di kelas ini. Penampilannya menjadi perhatian utama dan “Pak Zul”, panggilan akrabnya, menjadi idola pada malam itu.
Kegiatan ini didukung oleh Kenred Coffee Bener Meriah, Tootor Coffee Aceh Tengah, kolaborasi dengan Gayo Cuppers Team, Gayo Barista Community (GBC) serta didukung oleh Pemda Bener Meriah, Pemda Aceh Tengah, Merabata Coffee, Buana Mandiri, Kampung Kupi Roastery, Black Beans, Otten Coffee, iBrew Specialty Coffee Education dan Toko Sinar Jaya.
Lewat penjurian yang ketat dan objektif, akhirnya didapat tiga barista terbaik untuk masing-masing event.
Baca : Ini Pemenang Kompetisi Indonesia Latte Art Artist di Takengon
Selain well organized dan objektifitasnya, kesuksesan terpentingnya adalah terbentuknya nilai moral positif. Rivalitas tak menimbulkan friksi, namun menguatkan tali silarurahmi. Tak ada rasa kekecewaan bagi kompetitor yang belum beruntung. Mereka berhasil mengkonversinya menjadi semangat untuk lebih banyak belajar, seperti pengakuan beberapa barista.
Acara ditutup dengan penampilan Ngongsi Club yang menghibur peserta dan pengunjung hingga pukul 23:00. Diharapkan akan banyak diselenggarakan acara-acara sejenis dalam rangka mendukung kopi Indonesia. [SP/ZR]