Forum Silaturrahmi dan Komunikasi Penggerak Pendirian ISBI Aceh Meminta Kemenridtekdikti Serius Menangani Kasus ISBI

oleh

JANTO-LintasGAYO.co : Sehubungan dengan kisruh yang terjadi di ISBI Aceh dan kondisi kampus yang semakin jauh dari cita-cita pendirian ISBI Aceh, maka Forum Silaturrahmi dan Komunikasi Penggerak Pendirian ISBI Aceh meminta Kemenridtekdikti untuk serius menangani kasus ISBI Aceh dengan tidak mengorbankan masa depan generasi Aceh baik mahasiswa maupun dosen

Hal tersebut disampaikan ketua Forum Silaturrahmi dan Komunikasi Penggerak Pendirian ISBI Aceh Teuku Kamal Sulaiman pada siaran persnya yang disampaikan ke media ini pada Senin 22 Oktober 2017.

Menurut Teuku, Perjalanan tiga tahun ISBI Aceh tanpa kejelasan kurikulum
yang di pakai adalah pencorengan terhadap kerja para tim Pendiri ISBI Aceh yang telah menyiapkan semua dokumen saat pendiriaan termasuk Kurikulum.

“Tidak digunakannya dokumen
pendirian adalah sebuah pelecehan terhadap pekerjaan pendirian ISBI Aceh,” tambah Teuku lagi.

Diceritakan Teuku, tahun kedua
Kepemimpinan Dr. Ahmad Akmal, MPd, kami sudah pernah menyurati Menristekdikti untuk meninjau kinerja Rektor dan tidak memperpanjang masa jabatannya yang jauh lari dari cita-cita pendirian seperti yang diharapkan Presiden Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono yang mana harapan didirikannya empat Perguruan Tinggi ISBI Aceh yaitu sebagai ketahanan budaya Indonesia dengan menjaga budaya lokal.

Tak hanya itu, rektorat ISBI juga melakukan skorsing kepada 17 dosen tetap non PNS yang melakukan Mosi tidak percaya kepada Rektor dengan tidak memberikan jam mengajar adalah perlakuaan yang tidak mencerminkan nilai-nilai demokrasi dan pancasila.

Kehilangn putra terbaik Aceh

Diantara 17 dosen tersebut, 13 diantaranya adalah putra Aceh yang memiliki kualifikasi sarjana dan magister Seni. Kami sangat menyayangkan hal tersebut terjadi, apalagi jika sampai terjadi pemecatan terhadap putra Aceh karena mereka adalah ujung tombak ISBI Aceh kedepan. Aceh.

“Aceh sudah terlalu banyak kehilangan putra terbaiknya dengan bekerja diluar Aceh, tentu kami tidak ingin putra terbaik Aceh tersebut juga hengkang dari Aceh. Kami akan melakukan upaya hukum jika ada dosen yang dikeluarkan karena Mosi tidak percaya terhadap Rektor,” tambah Teuku lagi.

Pelantikan Rektor

Dilantiknya Rektor baru ISBI Aceh dari akademisi yang tidak berlatar belakang Seni juga mengkhawatirkan, terutama untuk keberlangsungan ISBI Aceh yang sesuai dengan cita-cita pendirian dan terkesan bahwa ISBI Aceh sebagai tempat mencari jabatan dan membantu keluarga dalam bentuk praktek nepotisme seperti yang telah berlangsung selama tiga tahun ini.

Menristekdikti harus selektif dalam menetapkan Rektor ISBI Aceh selanjutnya agar tidak mengulangi kesalahan pengangkatan Rektor dengan menunjuk orang yang tidak kompeten
sehingga berakibat pada nasib keberlangsungan ISBI Aceh, dimana menjelang kelulusan angkatan pertama ISBI Aceh belum terakreditasi dan ini sangat merugikan Aceh dan Rakyat
Aceh. Maka Rektor ISBI Aceh haruslah
berlatar pendidikan Seni agar percepatan pemulihan dan pembangunan ISBI Aceh dapat
berlangsung dengan cepat.

“Selaku warga Negara Republik Indonesia, Kami akan terus mengawal perjalanan ISBI Aceh dan menolak rektor selanjutnya yang tidak memiliki pengetahuan tentang ilmu seni dan
budaya serta tidak memiliki pengetahuan tentang sejarah lahirnya ISBI Aceh,” tegas Teuku.

Perlu diketahui, kehadiran ISBI Aceh adalah sebagai jawaban dari usaha yang dilakukan bertahun-tahun oleh para sesepuh Seniman dan Budayaan di Aceh

“Kami berharap kepada
Menristekdikti untuk dapat berlaku arif dan bijaksana dalam menangani kisruh ISBI Aceh, agar Perguruan Tinggi Seni pertama di Aceh ini mampu bertahan di hati Seniman dan Rakyat Aceh,
Indonesia dan Dunia,” pungkas Teuku. [SP/ZR]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.