Alhamdulillah: Bangga Menjadi Santri

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

“Alumni Pesantren, Tetaplah Bermental Santri” (KH. Imam Zarkasyi, Perintis Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo)

Presiden Joko Widodo meresmikan tanggal 22/10 sebagai “Hari Santri Nasional” di Masjid Istiqlal, Jakarta (21/10/2015). Penetapan tersebut merupakan bentuk penghargaan pemerintah terhadap peran para santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan penetapan hari santri ini juga dapat meneladani semangat jihad cinta tanah air, rela berkorban untuk bangsa dan negara. Jokowi berharap, para santri di dalam dan di luar pesantren menanamkan jiwa religius dan kebangsaan. Kompas.com. 21/10/2015.

Dalam rangka hari santri ini tanggal 22/10/2017, penulis ingin memberitahukan kepada seluruh pembaca budiman bahwasannya penulis sangat bangga menjadi santri dan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah karena sudah menuntut ilmu di pondok pesantren dan penulis berharap juga para santri yang pernah belajar dipesantren sama perasaannya dengan penulis yaitu rasa bangga menjadi santri. Dan bagi orang tua kami dimanapun berada yang memasukkan putra-putrinya ke lembaga pondok pesantren berbangga hatilah karena kami disini menuntut ilmu jihad fisabilillah dan mudah-mudahan jerih-payah orang tua kami mendapat balasan dari sisi Allah swt.

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan kepada peserta didiknya (santri) untuk menanamkan disiplin dalam hidup, kerja keras serta sungguh-sungguh dalam belajar. Santri merupakan gelar yang memiliki marwah di hadapan masyarakat karena seorang santri merupakan seorang musafir yang sedang menuntut ilmu dalam perantauan yang menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam serta akhlak yang mulia dan kejujuran harus ada dalam setiap jiwa santri.

Hari santri merupakan hari nostalgia dengan dunia pesantren maka novel Negeri 5 Menara layak dibaca untuk mengobati kerinduan yang telah dilewati ketika berada dipesantren, novel ini penulis mengibaratkannya dengan “CLBK” Cinta Lama Bersemi Kembali; kisah santri dan pesantren terjalin kembali dalam alunan kisah nyentrik yang diperagakan oleh para santri dalam kehidupan dunia pesantren.

Bermental Santri

Kaki boleh saja beranjak dari lingkungan santri karena telah usai menyelesaikan studi namun dimanapun berada dan kapan pun itu jiwa santri itu seharusnya ada disetiap jiwa santri yang pernah belajar di pondok pesantren, “Tetaplah Bermental Santri” itulah pesan dari KH. Imam Zarkasyi seorang perintis pondok modern Gontor Ponorogo, bagi santri pasti tidak asing dengan nama ini bukan; karena nama ini adalah penulis buku panduan yang dipegang oleh santri dipesantren seperti buku Ushuluddin dan buku-buku agama lainnya.

Beliau memberikan wejangan/pesan kepada alumni santri untuk tetap bermental santri “Kamu pulang ke masyarakat harus bermental, bersikap dan berpikir jujur.” Kejujuran adalah hal utama dari setiap orang. Lebih-lebih untuk alumni pondok pesantren. Kejujuran berimbas pada kepercayaan, kepercayaan adalah modal utama dalam berwiraswasta. Masyarakat akan menilai dari segala segi dari wujud kita, tidak ada hal yang luput dari pengamatan masyarakat, oleh karena itu diperlukan kesiapan diri untuk “pulang mondok/ketika sudah menjadi alumni harus tetap berjiwa santri.”

K.H Imam Zarkasyi mengatakan bahwa bekal santri hanya mental jujur, jangan larut dalam kesemuan maunya masyarakat, ini akan membuat kita terombang-ambing karena tidak punya pendirian dan ini juga akan mengancam kejujuran. Dalam rangka hari santri ini, bagi alumni Pesantren supaya kita tetap “bermental santri” bermental santri artinya satunya pikiran, sikap dan tindakan kita dalam bingkai kejujuran. Mental kita kan tercermin dalam tindakan, omongan dan pikiran kita begitu wejangan/nasihat dari K.H Imam Zarkasyi dan pastikan kita bangga pernah menjadi santri.

Disaat dunia ini dinodai dengan orang-orang pembohong maka alumni pesantren seharusnya menjadi contoh untuk bertindak jujur dalam setiap pekerjaan, banyak pembohong lahir ketika musim pilkada maupun pemilihan calon legeslatif dimulai dan jika ada alumni pesantren yang ambil bagian dalam ajang demokrasi ini maka alumni pesantren menjadi tauladan dalam peta perpolitikan sehingga dengan peran alumni pesantren membawa mental santri yaitu kejujuran, mudah-mudahan kedepannya lahir juga orang-orang yang jujur.

Mengakhiri tulisan ini, penulis sedikit mengulang memori yang telah terekam dalam perjalanan kisah kasih seorang santri di pondok pesantren, walaupun sekarang bukan lagi menjadi santri tapi ketika mendengar kata santri mengingatkan kisah masa lalu seperti bangun pagi cepat-cepat disaat udara masih dingin harus berjuang melawan ganasnya dingin dataran tanah tinggi Gayo untuk shalat berjama’ah dimasjid, tadarus bersama dimasjid, mengikuti mufradhat, muhadatsah, muhadarah serta program-program ekstrakurikeluer lainnya penuh dengan suka ria seperti pramuka dan pencak silat. Oh indahnya dunia santri dan Alhamdulillah pernah mengecap rasanya dunia santri.

Selamat Hari Santri Nasional, semoga santri-santri yang sedang menuntut ilmu di pondok-pondok pesantren gigih mendalami berbagai macam bidang ilmu seperti para orientalis yang mengkaji keilmuan Islam dengan sungguh-sungguh dengan tujuan mengaburkan ajaran-ajaran Islam dan para alumni pesantren semoga bisa memegang perkataan KH. Imam Zarkasyi diatas yaitu “Tetaplah Bermental Santri.” Man Jadda Wajada Sebuah ungkapan populer dikalangan santri dan semoga ungkapan ini akan terus terekam setiap kaki kita berlangkah. #Banggajadisantri.

*Penulis: Alumni Pondok Pesantren Terpadu Nurul Islam Blang Rakal, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.